002. Bertemu kembali

Pemandangan Bvlgari Resort Bali pada pagi hari ini memang menakjubkan. Alkan sedang berbincang dengan temannya dan beberapa rekan yang kerap menjadi partner kerja sama di bisnisnya itu. Pagi-pagi yang menyejukan ini malah dirusak oleh topik obrolan soal politik.

Alkan Pramaga adalah seorang pengusaha sekaligus dokter yang memliki beberapa rumah sakit di beberapa kota. Hobbynya adalah membeli saham sehingga membuat kekayaanya seperti tidak akan pernah habis. Pria berumur 31 itu yang hobbynya juga meeting dan meeting jungkir balik keluar negri. Kalau kata ibunda tercintanya sih, rumahnya dia itu di Airport saking seringnya bulak balik. Beberapa rumah sakit adalah peninggalan mendiang Papahnya Alkan sedangkan Alkan dari SMA sudah diberi benefit dari hasil rumah sakit itu dan dia pakai untuk membeli beberapa saham di beberapa perusahaan.

Alkan mengambil S1 Kyoto University mengambil jurusan Medical Science lalu mengambil program belajar kembali di Yale University mengambil jurusan Data Analytics & Technology. Menjadikan dia seorang menantu idaman para ibu-ibu sosialita, teman-teman bundanya.

"Saya dengar Tama sedang bekerja sama dengan pemilik partai PKJ ya?" Ucap Pak Adrian seorang pemilik pabrik sepatu yang sudah menyebar beberapa cabang. Pak Tama adalah pemilik stasiun TV swasta.

"Iya, maklum lah sebentar lagi pencoblosan. Pasti para partai sedang gencar-gencarnya mencari dukungan." Jawab Pak Jardi pemilik properti yang selalu dibeli oleh orang-orang yang sudah memiliki rumah itu. Obrolan itu diselingi tawa yang sebenarnya tidak lucu. Kalau mau melihat kelucuan mungkin lebih tonton saja Rangga, temannya itu memiliki bakat pelawak.

"Kamu dukung siapa Alkan Tahun ini?" Tanya Pak Adrian.

"Ah saya belum riset soal partai-partai terbaru, Pak. Jadi belum ada yang bisa saya pilih sekarang nih."

"Kamu ini. Tidak usah riset semua mencari tau. Dukung saja Partai Om mu itu. Kan kalian kerabat." Om nya memang seorang politikus, namun Alkan tidak menyukainya, karna beberapa kali kerap melakukan tindakan kotor.

"Jangan dong om. Mending dukung papah saya aja. Alkan juga pasti dukung papah saya." Semua orang di meja ini tertawa, melupkan adanya seorang anak politikus juga disini. Tara namanya. Ayahnya sudah dua kali menjabat hampir menjadi presiden namun gagal.

Alkan ikut terkekeuh, lalu matanya tidak sengaja menangkap pemandangan gadis aneh yang kemarin dia temui. Sedang mengekori perempuan yang kemarin ia lihat juga dari dalam mobil. Wanita di depan menyerocos, tidak berhenti bicara sedangkan gadis dibelakangnya itu hanya manggut-manggutkan kepalanya. Tangannya menggandeng anak kecil sekitar berumur 5 tahun. Sedang tertawa-tawa karna melihat gadis itu manggut-manggut.

Dua perempuan dan anak kecil itu mendekat menjadikan pembicaraanya cukup terdengar sampai ke telinga Alkan.

"Pokoknya Mbak gak mau ya, kejadian kemarin ke ulang. Mbak ngizinin kamu jalan-jalan tapi harus ditemenin Rania. Kamu tahu gak kalau kamu jalan sendiri itu bahaya, Mi." Ucapannya terjeda karna mendorong kursi untuk diduduki lalu kembali berbicara, "Kalau sampai kejadian kemarin keulang, Mbak bakalan stop debit card kamu. Ami, kamu ini harus hati-hati dan nurut kata Mbak, kamu ini sekarang jadi tanggung jawab Mbak. Jadi tolong kamu harus bisa di atur. Ami kamu denger kata Mbak ngga sih?"

Gadis yang dipanggil Ami itu yang tadinya sedang bercanda dengan anak kecil lalu menatap mbaknya. "Iya, kanjeng ratu." Tangannya menyatu lalu diangkat di depan wajahnya lalu menunduk berbarengan dengan wajahnya seakan sedang menyembah.

Anak kecil itu kembali tertawa melihat tingkat gadis itu. Mbaknya menatap sinis lalu menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Amira terkekeuh pelan dan mengambil sendoknya untuk bersiap makan.

"Liatin biasa aja kali, Kan. Emang sih tuh cewek cantik banget. Dia penyanyi kan itu?"

"Hah?" Tatapan Alkan langsung terputus dan menatap temannya. "Dia siapa?"

"Artis itu. Yang lagi terkenal. Masa lu gak tau? Suka lu sama dia? Bisa lah ntar gue kenalin kalau lu mau itu juga." Ucap Tara sambil meminum kopinya.

"Yang mana sih, Tar?" Tanya Pak Jardi.

"Itu Pak yang pakai dress kuning." Jawab Tara.

Pak Jardi mengangguk-angguk. "Oh itu dia nanti malam jadi guest star tuh."

"Di acaranya Pak Brata?"

"Iya,"

Oh ternyata dia artis, pantas saja kemarin dia dikejar-kejar karna jalan sendirian. Pikir Alkan.

Mbaknya itu kembali membuka mulutnya, "Nanti malam, jangan lupa ya. Harus mau didandani gimana aja sama Periasnya. Kamu jangan kebanyakan ngatur deh. Kasian tau periasnya."

"Aku tuh gak suka terlalu tebel mbak make upnya apalagi kalau aneh-aneh." Gadis itu menampilkan raut cemberutnya.

"Ya gak apa-apa toh. Kan biar penampilan kamu terlihat fresh."

Amira memutarkan bola matanya, jengkel. Fresh fresh dikira dia ini freshcare apa? Tidak sengaja menatap ke arah kanan, Amira terkejut karna disana ada pria yang kemarin menolongnya. Amira langsung mengatur mimik wajahnya biasa saja. Dan langsung tersenyum ke arah pria itu. Namun bukannya dibalas senyuman, pria itu malah membuang muka ke arah lain. Cih sombong banget.

Malam itu terhiasi dekor dari acara apa ya? Ami sendiri lupa ini dia menghadiri acara apa sih? Aura berwarna biru sebagai background dari acara ini.

Penampilannya tadi cukup memukai membuat sorakan dari beberapa tamu yang datang. Ami membawakan 2 lagunya yang terbaru.

Setelah menampilkan penampilannya Ami melangkahkan kakinya ke dalam mencari tempat untuk duduk. High heels almond toe itu mengetuk lantai dengan langkah kakinya. Dress selututnya dari Dior itu membalut tubuhnya.

Sungguh rasanya Ami ingin pulang saja karna tidak mengenal satu pun manusia yang berada disini. Walau ada beberapa kalangan artis tapi Ami ini manusia introvert anri social. Dia dari tadi menengokan kepalanya entah akan duduk dimana. Sampai ada seorang melayan menawarinya minuman.

"Kak Amira ya? Tadi ada yang nitip minuman katanya untuk Kakak." Pelayan itu menyodorkan gelas terisi minuman berwarna ungu. Entah apa. Mungkin wine?

Amira mengambil minuman itu dan tersenyum berterimakasih. Rasa canggung ini membuat Amira kehausan rasanya. Mau tidak mau Amira meneguk minuman itu. Rasanya ternyata enak seperti minuman rasa anggur?

"Amira!" Seseorang memanggilnya dari belakang sontak Ami memutar tubuhnya. Seorang perempuan cantik menyapanya. "Hi! Kenalin aku Sesil. Penampilan kamu keren banget." Oh Amira ingat siapa dia. Dia pemain artis yang baru rilis filmnya kemarin. Membuat seluruh bioskop heboh karna visual pemainnya.

Ami langsung mengambil jabatan tangan itu. "Oh hi! Thank you, Kak?"

Wanita cantik di depannya itu tertawa manis sampai rasanya Ami sendiri mau pingsan melihatnya. "Eh santai aja. Gak usah manggil pake kak, gapapa kok."

"Oke," Jawab Ami dengan senyuman kecil. Sungguh rasanya awkawrd banget.

"Oiya, kamu mau gabung duduk disana? bareng yang lain yuk? sekalian aku kenalin sama yang lain juga." Sesil menunjukan tempat tadi dia duduk. Disana ada beberapa artis lain sedang berbincang sambil tertawa-tawa kecil.

Amira baru saja ingin menyetujui ajakan itu namun rasanya tiba-tiba panasnya merasakan panas menjalar ke seluruh tubuhnya. Rasanya gerah membuat keringat dingin mulai bermunculan. "Sorry kayanya aku mau ke toilet dulu."

Ami bisa melihat raut kebingungan dari wajah Sesil. "Oh oke, gapapa kok. Nanti nyusul aja ya?"

Ami hanya menganggukan kepalanya lalu berjalan tergesa ke toilet. Astaga rasanya gak enak banget. Ami mulai meneteskan air matanya. Ami merasakan perasaan gak enak di area kewanitaanya. Sampai Ami berjongkok di depan toilet tidak sanggup untuk berjalan lagi. Ami menundukan kepalanya rasanya pusing karna kegerahan, rasanya Ami ingin membuka seluruh bajunya saja.

Ami melihat sepatu hitam di depannya. Berdiri di depan Ami. "Kamu ngapain disini?"

Ami langsung mendongakan kepalanya. Kepalanya berdengung resah. Mata Ami menatap ke arah bibir pria di hadapanhya itu. Astaga kenapa rasanya Ami ingin menciumnya sih? Ami langsung menutup mukanya dengan telapak tangannya dan menangis.

Pria itu tiba-tiba dibuat panik karna melihat Ami seperti itu. "Eh hey, kenapa? Tolong jangan nangis nanti kalau ada yang liat orang bisa salah sangka." Pria ikutan ikutan jongkok di depan Ami. Tangannya menyentuh pundak polos Ami. Membuat kulit Ami meremang seketika. Rasanya Ami ingin menarik tangan pria itu untum menyentuh lebih dalam tubuhnya.

"Ayok berdiri kita ke mobil saya aja. Ayok saya bantu." Ami belum menjawab pertanyaan pria itu namun menuruti perintahnya untuk mengikuti ke arah parkiran mobil.

Ami melihat pria di sampingnya ini. Tangannya memeluk pundak Ami seakan takut Ami akan jatuh tiba-tiba. Ami mengenal pria itu, pria yang kemarin menolongnya juga. Apa pria ini akan menolongnya juga hari ini?

Terpopuler

Comments

Kyara

Kyara

ini lucu bgt othor 😆

2023-02-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!