Jakarta selalu riuh dan sesak. Ami memandangi jalanan dibawah sana dari atas lantai gedung ini. Penuh dengan mobil yang berlalu-lalang, sedikit macet. Langit biru cerah dan panas itu tidak membuat orang-orang menghentikan aktivitasnya.
Ami dipanggil karna katanya ada pekerjaan yang menginginkan dia menjadi Brand Ambassador. Ami selama ini hanya pernah 1 kali mengambil job iklan, karna menurutnya itu bukan ke ahliannya. Namun untuk saat ini mbak managernya memaksanya untuk mengambil pekerjaan ini karna dengan harga menggiurkan.
Suara pintu terbuka, disana mbak manager berjalan ke arahnya. Ami masih memandang ke bawah sana. Tanpa menoleh pun ia tau siapa yang datang. "Hi, Sudah makan?"
Kali ini pandamgan Ami memandang mbaknya yang sedang duduk di kursi depannya. "Sudah, harusnya hari ini aku libur."
Mbaknya tidak menanggapi. Fokus pada tab di pangkuannya, mencoret-coret jadwal Ami. "Besok kita rapat sama perusahaan Your Glow, Mi." Ucapnya tanpa memandang Ami.
Ami menghelakan nafasnya. Kembali memandang keluar sana. "Aku kan udah bilang. Aku gak mau ngambil kerjaan syuting iklan atau jadi model."
"Yang ini bayarannya gede tau. Kamu bakalan nyesel kalau nolak. Bakalan di omelin juga sama Pak Handoko kalau sampai nolak."
Pak Handoko adalah ceo dari agensi yang menaungi Amira.
"Kamu mau baca dulu soal perusahaan mereka gak?" Kali ini tatapan mbaknya pada Ami. Mulai memasukan Tabnya ke dalam tas.
"Nggak."
Mata mbak manager mulai tajam pada Ami, menyimpulkan bahwa dia kesal. "Hey, tapi ini harus tau. Gimana bisa kamu bawain jadi seorang iklan yang soal info perusahaannya aja kamu gak tau."
"Besok aja mbak. Aku pengen tidur. Kita baru aja nyampe pulang dari Bali loh. Malah langsung disuruh kerja!" Ami menunjukan bahwa dia juga bisa kesal.
Kali ini mbak manager yang menghela nafas. Lalu berdiri menenteng tasnya. "Yaudah ayok kita pulang."
---
Suara ketukan pintu dari luar terdengar, terdengar juga suara pintu terbuka dan sebuah longokan kepala muncul mengintip. "Hallo, Pak. Maaf ganggu. Tapi Ibu Besar ngirim saya Email isinya model-model yang akan dijadikan syuting iklan nanti. Bapak mau liat?"
Alkan memandangi sekretarisnya dari kursinya, terlihat hanya kepalanya dan badannya masih tertinggal di luar. Sungguh amat random sekretarisnya ini. "Masuk aja kesini, Lan." Lana nama sekretaris Alkan yang sudah menjabat 2 tahun setengah bersama Alkan.
Kali ini Lana menegapkan tubuhnya dan masuk, berjalan ke arah Alkan sambil membawa Tab besar di tangannya. "Bapak mau liat sendiri di Tab atau saya tampilan di layar besar?"
"Kamu jelasin aja, Lana."
Sesegera mungkin Lana langsung menghubungkan Tab nya dengan proyektor di depannya. Layar lumayan besar itu memunculkan deretan bio data seorang artis dan model. "Ibu ngirim ke saya 25 kandidat, Pak. Bapak boleh pilih 3 dari mereka untuk ikut pengiklanan kita." Kata Lana sambil memegang remote mulai dengan mengoper pada data lebih lengkap.
Lana daritadi menjelaskan tentang kegiatan mereka dan riwayat hidup mereka. Alkan masih belum memilih juga padahal sudah 10 orang yang ditampilkan.
"Kalau yang ini namanya Langga pamungka. Dia aktor yang selalu muncul di layar lebar. Dia bintang cilik dulunya sampai sekarang karirnya berjalan mulus walau sempat hiatus 3 tahun melanjutkan studynya di luar negri-"
Alkan menghentikan penjelasan Lana. "Tunggu Lan, saya kira cuman perempuan?"
"Bu Jasmine minta saya buat masukin model pria juga, Pak. Katanya ini untuk marketing skincare kita yang tidak hanya wanita saja yang membutuhkan." Jelas Lana.
Alkan menganggukan kepalanya, "Ada berapa model Pria yang dipilih Jasmine?"
"3, Pak. Yang 2 model biasa."
"Ambil si Langga ini aja. Yang 2 lainnya skip langsung."
"Baik Pak," Lana langsung mulai memencet next untuk bio data lainnya.
"Untuk yang ke 19 ada Sesil Diana. Dia penyanyi sekaligus Artis pemain film layar lebar yang sedang naik daun. Filmnya sudah 2 dan ratingnya sangat tinggi. Dia-"
Alkam memotongnya kembali, "Ambil aja."
Lana mengangguk lalu kembali menjelaskan model selanjutnya sampai pada nomor 22. "Yang ini Amira Dewangsih visualnya memang tidak secantik Sesil. Tapi dia punya daya tarik yang menarik fansnya, Pak. Dia juga seorang penyanyi yang tidak pernah menerima tawaran iklan, saya dengar dia hanya satu kali menerima dan tidak mau lagi. Saya tidak tahu kenapa ibu memasukan ke list. Mungkin karna sedang hits di kalangan juga lagu-lagunya."
Alkan fokus pada tampilan foto disana. Amira ya? Dia bilang, dia tidak mau Alkan mengenalnya. Tapi malah dipertemukan kembali dalam kerja sama. Mungkin memang ini yang dinamakan takdir. Oke, kalau begitu jika dia tidak ingin dikenal sebagai Amira kemarin, mari kita membuat perkenalan baru.
"Pak, bagaimana dengan yang ini?"
"Ambil."
"Bapak serius?" Wajah Lana agak terkejut. Alkan tidak tahu mengapa Lana terkejut dengan keputusannya.
"Masih ada 3 model lagi dan sebenarnya lebih bagus dari sini prediksi saya untuk jadi model, Pak. Bapak gak mau liat dulu?"
"Skip aja. Kamu bisa langsung kirim list yang saya pilih ke Jasmine, gak usah ke ibu saya. Dia harusnya istirahat karna sedang sakit bukan ikut mengurus perusahaan." Jelas Alkan sambil kembali menghidupkan laptopnya untuk kembali ke pekerjaannya yang tadi tertunda.
"Baik, Pak. Untuk Temanya sudah fixed yang kemarin kita bahas?"
"Sudah saya atur semuanya. Tim tinggal mempelajarinya. Lihat di email masing-masing. Sudah saya kirimkan."
"Baik, Pak. Kalau begitu saya keluar dulu. Terima kasih atas waktunya." Lana mematikan layar itu, lalu membawa Tabnya dalam genggamannya untuk ikut keluar.
"Ya, tolong minta Pak Budi buatkan saya kopi ya, Lan."
"Siap!"
Pintu ruangannya sudah tertutup rapat. Dalam ruangan sebesar ini tinggal Alkan kembali disini.
Soal Amira kemarin Alkan sedikit kesal pada wanita ceroboh itu. Entah dia sungguhan polos atau bego. Atau mungkin campuran polos dan bego. Kalau begitu akan Alkan ajarkan agar dia bersikap hati-hati. Sekaligus Alkan juga ingin mengenal tentamg Gadis itu. Apalagi tentang latar belakang keluarganya yang sudah Alkan telusuri lewat orang suruhan Alkan, karna media sudah menutup rapat soal latar belakang keluarganya.
Alkan sebenarnya sibuk tidak seharusnya dia mengurusi hal yang tidak penting. Namun, sepertinya tidak ada salahnya kan mencari hiburan di tengah kesibukannya. Maksudnya Alkan ingin menjadikan Amira sebagai hiburanya. Entah dalam konteks positif atau negatif. Karna belum dimulai jadi mari menerka-nerka saja.
Alkan sangat tidak sabar ingin melihat ekspresi wajah gadis itu saat mengetahui bahwa mereka bekerja sama dalam pekerjaan. Apakah dia akan memundurkan diri atau meneruskan karna takut diomeli oleh semua pihak agensinya karna tanpa alasan yang pasti. Karna tidak mungkin dia jelaskan sesuatu yang menimpanya pada saat di Bali kemarin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Kyara
kayaknya ami itu bego sama polos gk ada bedanya 🤭
2023-02-21
0