The Singer

The Singer

001. Artis kabur

Amira melangkah dengan santai. Kacamata hitam menutupi matanya, kerudung merah yang menutup asal-asalan kepalanya. Dress berwarna merah dengan garisan abstrak berwarna hitam itu membalut tubuhnya. Amira menyusuri jalanan Bali di pasarnya yang terdapat banyak sekali orang berjualan dan berlalu-lalang.

Kakinya berhenti di depan toko pernak-pernik accesoris itu. Tangannya secara otomatis memegangi benda-benda disana, melihat betapa cantiknya kalung itu. Liontin berbentuk kupu-kupu yang memekarkan sayapnya terlihat cantik. Amira langsung mengambil itu dan berjalan ke arah kasir.

Kasir itu perempuan. Rambutnya diikat tinggi, memakai kaos putih polos, dengan wajahnya yang mencerminkan kalau dia sedang mengantuk. "Ada tambahan lagi kak?"

"Nggak." Aku melihat sekeliling sambil menunggu si kasir sedang membuat struk belanjaan.

"Totalnya 120.000 ya," Wajahnya mengadah, menatap ke arah Amira.

Si kasir itu mengedipkan beberapa kali matanya. Amira mengeluarkan Debit Cardnya, namun tak kunjung diterima oleh si kasir.

"Mbak?" Amira menyadarkan lamunan kasir itu.

"Kakak artis ya?" Telunjuknya menunjuk ke arah Amira.

Amira yang terkejut padahal dia sudah berpenampilan seperti maling begini masih saja dikenali. Amira langsung melihat ke arah penjuru setiap ruangan ini ternyata sedang sepi. Untung saja.

"Kakak, Amira Dewangsih itu ya?" Mata bulat si kasir itu semakin membulat seakan bola matanya sebentar lagi akan keluar. "Astaga mimpi apaan aku semalam abis ngegalau dengerin lagu kakak, terus ternyata sekarang ketemu langsung sama artisnya." Ucap si kasir itu histeris.

"Mbak maaf jangan teriak ya..." Amira langsung terlihat resah.

"Maaf, maaf hehehe. Abisnya aku seneng banget, astaga."

Amira hanya tersenyum tipis, "Ini mbak, saya mau bayar."

"Oiya," Si kasir itu langsung mengambil Debit Card itu.

"Ini ya," Si kasir itu menyerahkan kantong belanjaan dan debit card, Amira. "Kak boleh minta foto?"

Amira mengangguk, "Boleh."

Kasir itu tersenyum senang seperti mendapat sembako gratis.

Setelah 3 take foto akhirnya Amira keluar dari toko itu. Melihat sekeliling terlebih dahulu sebelum berjalan kembali.

Astaga gawat!

Matanya menangkap penangkapan Mbaknya dan asisten Amira sepertinya sedang mencarinya.

Amira Dewangsih adalah artis penyanyi pendatang baru yang sedang naik daun tahun ini. Jalan karirnya sudah setaun dan dia sudah mempunyai dua album yang melonjak pendengarnya, tidak heran kalau sekarang mbaknya kelimpungan karna si artis berkeluyuran sendirian.

Yang selalu kerap dipanggil Mbak adalah kakak iparnya yang sekaligus merangkap menjadi managernya, namanya Astridia Mulan, mempunyai anak satu bernama Sagit Athala.

Dan asistennya adalah adik kandung Mbak Astrid yaitu Rania Tamara. Dia bekerja menjadi asisten Amira karna untuk menambah-nambah biaya kuliahnya yang hedon itu.

Amira langsung menundukan kepalanya dan berjalan sedikit cepat agar tidak ketauan oleh kedua perempuan yang berisik itu. Tangannya menghalangi wajahnya, agar tertutupi.

Sial! Suara cempreng itu memasuki telinganya dan telinga beberapa orang yang sedang di sekitar sini. Mata orang-orang langsung mengikuti suara itu. "AMI! Kak itu Ami kak!" Rania menunjuk ke arah Amira.

Amira langsung berlari kecil, cepat-cepat kabur ke arah parkiran. Matahari yang menyengat membuatnya pusing tujuh keliling, entah harus kemana dia bersembunyi. Matanya menyusuri parkiran itu sampai matanya berhenti menatap seorang lelaki yang sedang berdiri di depan mobil itu yang entah mobil apa, pokoknya terlihat keren. Karna Amira sendiri tidak tahu merk-merk mobil.

Langkah kaki Amira langsung mengarah ke lelaki itu. Sampai ke hadapan lelaki itu. Lelaki itu yang asalnya fokus pada handphonenya, menatap kaki yang sedang berdiri di depannya. Matanya langsung menatap lurus kedepannya. Wajahnya sedikit terkejut tapi namun hanya beberapa saat karna sudah menampilkan ekspresi datarnya.

"Mas, saya boleh minta tolong?"

Pria itu langsung terlihat bingung.

"Kenapa?" Tanyanya.

Amira melihat ke belakang. Astaga, disana ada mbak Astrid dan Rania mulai mendekat walau mata mereka tidak melihat ke arah sini. "Mas ini mobil mas kan? Saya boleh masuk dulu? Sebentar aja."

Pria itu mengeluarkan mimik wajah kebingungannya, mungkin dalam pikiran pria ini. 'Kenapa sih nih cewek aneh?'

"Mas?" Amira menyadarkan lamunan pria itu.

"Saya gak bisa asal ngajak orang masuk mobil sembrangan."

Amira mulai resah karna takut managernya dan asistennya itu semakin dekat. "Mas, saya orang baik kok. Saya lagi dikejar orang, jadi please, boleh bantu saya? Saya butuh tempat sembunyi sekarang juga."

"Dikejar? Dikejar siapa?"

Astaga pria ini kebanyakan cincong, pikir Amira.

"Dikejar debt collector. Mas, tega lihat saya dipukulin? Jadi tolong bantu saya ya?"

Pria dihadapannya itu mengerutkan keningnya, "Emang sampai segitunya?"

"Iya mas, tolong ya?"

Maafkan Amira, Ya Tuhan, karna sudah berbohong. Karna sepertinya orang di depannya ini tidak mengenal Amira.

Mungkin karna kasihan melihat ekspresi Amira seperti orang ketakutan akhirnya pria itu membuka mobilnya. Membuat Amira langsung cepat-cepat masuk mobil itu.

Amira langsung menghembuskan nafas lega-nya. Pria disampingnya itu terus menatap Amira dengan tatapan aneh. Amira membalas melirik ke arah pria itu.

"Kamu beneran dikejar debt collector?" Tanya pria itu memastikan. Karna takutnya siapa tau, ternyata wanita ini penipu atau tukang hipnotis orang. Jaman sekarang kan harus waspada.

"Beneran mas. Debt collectornya kaya monster, makanya saya kabur."

Pria itu menaikan satu alisnya merasa keheranan. "Kamu ngutang berapa sih emang? Buat apa juga?"

Mata Amira menatap ke arah luar. Ternyata Mbak Astrid dan Rania memarkiran mobilnya di dekat mobil ini karna sekarang mereka berjalan mendekat.

"Mas, ini mobil kalo dari luar kacanya gelap kan?"

"Ya?" Pria itu tidak mengerti maksud dari pertanyaan gadis aneh ini. Oh, atau jangan-jangan dugaanya benar kalau perempuan ini ada berniat jahat. Astaga, masih kecil sudah berani berbuat macam-macam, mau jadi apa dia di masa depan? "Kamu mau ngerampok saya ya?" Tanya pria itu.

"Hah?" Kali ini Amira yang kebingungan, namun karna ketakutan Amira akhirnya Amira menundukan kepalanya agar tidak terlihat dari luar.

Pria itu terus melihat Amira dan melihat ke arah luar juga. Disana hanya ada dua seorang perempuan. Lalu mana debt collectornya? Apa dua perempuan itu?

"Kamu ini sebenernya dikejar siapa sih?"

"Penyihir, Mas."

Hah? Kenapa sih perempuan ini aneh sekali. Pikir pria itu.

Amira langsung melihat ke arah luar sana. Melihat mobil mbak astrid telah pergi. "Mas, makasih ya, udah mau nolong saya. Ini ada sedikit uang buat bantuannya." Amira mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribu.

Pria itu langsung mengernyit berbicara kembali di kepalanya. 'Apa-apaan sih? Dia gak kenal saya apa?' "Kamu gak kenal saya ya?"

"Hah? Ngga. Mas siapa? Bupati kah? Eh saya buru-buru. Pokoknya makasih ya mas, ini uangnya." Amira langsung keluar dari mobil hitam itu. Dan berlari kecil entah mau kemana.

Pria itu masih bengong, terkejut dengan keadaan tadi. Sampai kesadarannya kembali. Bangku yang diduduki perempuan itu digantikan oleh teman pria itu.

"Duit apaan tuh, Kan? Oiya tadi gue liat ada cewek keluar dari mobil sini. Siapa deh? Cakep gue liat-liat perawakannya. Wah atau jangan-jangan itu duit dari cewek tadi ya? Wah gila lu open BO bro?"

Alkan yang daritadi mendengarkan celotehan temannya langsung mengambil topi yang daritadi tertengger di kepalanya. Melemparkan ke arah temannya. "Sialan lu."

Temannya hanya tertawa-tertawa gila.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!