Bab 5

Saat Sean tengah tertidur ditemani dengan kedua orang tuanya. Winda pun memutuskan untuk kembali kerumahnya. 20 menit perjalanan, ia pun sudah sampai dirumahnya. Winda pun memutuskan untuk memasak makanan untuknya dan untuk Sean.

"Aku akan memasak bubur untuk Sean, dia paling suka kalau aku yang masak semoga Sean bisa makan agak banyak hari ini"ucap Winda yang menata makanan dikotak makan. Setelah selesai menata makanannya Winda pun memutuskan untuk makan. Setelah selesai ia pun memutuskan untuk kembali ke rumah sakit.

Di rumah sakit, Sean sudah terbangun kembali saat ini. Winda pun masuk kedalam ruangan Sean.

"Dari mana saja kamu"tanya nyonya Selina pada Winda.

"Saya pulang kerumah nyonya"jawab Winda dan nyonya Selina pun hanya mengangguk. Winda pun mendekat ke Sean.

"Nyonya, tadi dokter bilang jika sudah 1 jam Sean sadar dia harus diberi makanan untuk menambah tenaganya, dan saya sudah membuatkan makanan untuknya bisakah saya menyuapi Sean"izin Winda pada nyonya Selina.

"Memangnya apa yang kamu masak"tanya nyonya Selina.

"Saya memasak bubur untuk Sean nyonya"ucap Winda.

"Kenapa harus bubur, Sean lebih suka makanan bertekstur"ucap nyonya Selina.

"Maaf nyonya, tapi Sean kan baru saja bangun pencernaannya pastinya belum bisa mencerna dengan baik makanya aku buatkan bubur"jawab Winda.

"Baiklah kalau begitu, kamu bisa menyuapi Sean"ucap nyonya Selina. Nyonya Selina pun menjauh dari Sean lalu duduk di dekat tuan Andree yang sedang melihat laptopnya di sofa, Winda pun duduk di dekat Sean dan Sean terus menatapnya.

Sudah lama aku tidak makan masakan Winda, aku sangat rindu tetapi kenapa harus makan bubur sih"batin Sean. Winda pun mulai membuka kotak makan yang ia bawa dan mulai menyuapi Sean.

"Makanlah pelan-pelan"ucap Winda pada Sean. Sean pun mulai memakannya. Saat sedang makan, Sean kesusahan dalam menelannya Winda pun memberikan air minum untuk membantu Sean menelan makanan itu.

10 menit Winda menyuapi Sean, Sean hanya sanggup makan setengah dari makanan itu saja.

"Aku makan lagi"ucap Winda menyodorkan sendok yang berisi bubur. Sean pun mengedipkan mata dengan cepat.

"Sudah kenyang"tanya Winda. Sean pun mengedipkan matanya dua kali.

"Yasudah kalau begitu tapi minum lagi ya"ucap Winda yang kemudian memberikan minum untuk Sean. Setelah selesai makan Winda pun membersihkan sisa makanan Sean lalu membersihkan wajah Sean.

"Sudah kenyang sayang"tanya nyonya Selina yang mendekati Sean. Sean pun mengedipkan matanya dengan cepat.

Nyonya Selina pun membelai rambut Sean, "Sean sayang, mamah sama papah pergi dulu ya kami akan mencari alat untuk membantumu berbicara besok kami juga akan membawa barang-barang untuk pernikahan kalian besok, kami pergi dulu ya Winda akan menjagamu disini"ucap nyonya Selina lalu mencium kening Sean.

"Winda kami akan pergi kamu jaga Sean ya"ucap nyonya Selina pada Winda.

"Baik nyonya"jawab Winda. kedua orang tua Sean pun pergi dan Winda pun duduk di sebelah Sean.

Sean pun menatap Winda, sedangkan Winda ia malah memainkan tangan Sean dan tak menatap Sean.

Sean pun menium rambut Winda dan winda pun melihat kearah Sean.

"Ada apa kamu butuh sesuatu"tanya Winda. Sean pun berkedip cepat.

Winda pun mengangguk lalu memainkan tangan Sean kembali, "apa cubitanku kerasa"tanya Winda dan Sean pun mengedipkan matanya dengan cepat.

"Tidak apa-apa lama kelamaan pasti kerasa"

"Oh ya, apa kamu tidak keberadaan jika kita menikah"tanya Winda. Sean pun hanya tersenyum.

Winda pun mengerti dengan senyuman itu, "Lalu apa kamu tidak marah dengan nona Luna yang ingin menikah dengan pria lain"tanya Winda. Sean pun tak tersenyum lagi.

"Ah sudahlah"ucap Winda dan kembali memainkan tangan Sean.

Sore harinya, Winda sudah selesai memandikan sean dan saat ini ia sedang memakaikan baju untuk Sean. Kedua orang tua Sean pun datang.

"Sudah mandi sayang"ucap nyonya Selina dan Sean pun tersenyum.

"Sean kami sudah membeli alat untuk membantumu berbicara besok dan sekarang kamu coba ya"ucap ayahnya. Tuan Andree pun memasangkan alat itu kepada Sean.

"Sean coba keluarkan suara kamu"ucap ibunda Sean. Sean pun mulai membuka mulutnya.

"W.. winda"ucap Sean. Winda pun tersenyum mendengarnya.

"Seperti bekerja walau bukan seperti suaramu yang asli, tetapi ini cukup untuk besok"ucap tuan Andree. tuan Andree pun duduk di dekat Sean.

"Winda kemarinlah"ucap nyonya Selina yang duduk di sofa. Winda pun mendekat.

"Iya nyonya kenapa"jawab sean.

Ini baju buat kamu besok dan besok saya sudah memanggil perias untukmu.

"Baik nyonya"jawab Winda.

Nyonya Selina dan Tuan Andree pun mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk pernikahan Sean dan Winda besok. Malam harinya.

"Winda, besok kamu akan menikah dengan Sean lalu siapa yang akan menjadi wakilmu panggilan orang tuamu"ucap nyonya Selina. Winda pun terdiam.

"Winda jawablah kenapa kamu diam"ucap nyonya Selina.

Winda pun masih terdiam, dan saat itu Sean yang mendengar pertanyaan dari ibunya kepada Winda pun langsung melihat kearah ibunya.

"Mah.."panggil Sean.

"Iya sayang kenapa"jawab nyonya Selina.

"Kedua orang tua Winda sudah tidak ada dan seminggu yang lalu ibunya Winda baru saja pergi"ucap Sean.

"Ohh... begitu lalu siapa yang akan menjadi wakil dari Winda, Winda apa kamu masih punya keluarga"ujar nyonya Selina.

"Tidak nyonya, keluarga dari ayah dan ibu saya sudah tidak ada lagi"jawab Winda sambil menunduk.

Nyonya Selina pun menatap Tuan Andree, "Tidak apa-apa jika tidak ada wali"ucap tuan Andree.

Setelah pembicaraan itu, kedua orang tua Sean pun memutuskan untuk pulang, sedangkan Winda dan Sean kini mereka juga memutuskan untuk tidur. Sebelum tidur,

"Winda"panggil Sean.

Winda pun melihat kearah Sean, "Ada apa kamu butuh sesuatu "tanya Winda.

"Ya"jawab Sean. Winda pun bangun dari posisi tidur lalu mendekati Sean.

"Kamu butuh apa, tubuhmu tidak nyaman"tanya Winda.

Mereka pun saling bertatapan.

"Aku tidak butuh apa-apa Winda, aku hanya butuh kamu, maaf jika dulu aku ingin meninggalkanmu begitu saja dan sekarang kamu harus menikah denganku yang cacat ini"ucap Sean.

"Sean jangan bicara seperti itu, aku tidak keberatan kok, lagian jika kamu tetap menikah dengan nona Luna aku juga tidak ada menikah untuk seumur hidupku, dan aku hanya akan hidup sendirian sampai ajalku datang"ucap Winda.

"Jangan seperti itu Winda, aku minta maaf karna ingin meninggalkanmu, dan sekarang berjanjilah kepadaku untuk tetap bersamaku, aku akan menjagamu sampai akhir hayatku"

"Sekarang, maukah kamu menikah denganku"sambung Sean.

Winda pun mulai menangis, lalu mengangguk menyetujui ucap Sean. Sean pun tersenyum.

"Selalulah bersamaku Winda, walaupun aku cacat aku akan selalu berusaha untuk menjagamu"ucap Sean.

"Dan aku juga akan selalu disisimu dan menjagamu sebagai istrimu sampai akhir hayatku"ucap Winda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!