Cinta Sejati Amelia Achiel
"Pergi saja kamu dari sini! saya tidak menginginkanmu lagi. Kamu tidak berguna!"
"Huhuhu! Ayah maafin Achiel!"
Pria yang berwajah sangar dan gemuk itu mengayunkan kakinya ke badan Achiel yang sedang bersimpuh di atas tanah. Achiel menangis kesakitan setelah tendangan tersebut melayang ke perutnya hingga membuat dia terjatuh ke tanah. Tak seorang pun yang berani mendekatinya bahkan Ibu dan saudara-saudaranya. Mereka hanya bisa menyaksikan Achiel menangis kesakitan.
Badan yang kurus kering itu berusaha untuk bangkit kembali sambil memegangi perut yang sakit, dia memandangi ayahnya sambil memohon ampun. Ibu dan saudaranya merasa Iba melihat Achiel yang selalu menjadi sasaran ayahnya saat pulang dari minum atau kalah berjudi. Mereka tidak tahu kenapa ayahnya memperlakukan hal tersebut hanya kepada Achiel.
"Kamu pergi dari rumah ini. Kalau sampai saya lihat kamu masih di rumah ini, akan saya buat kamu sampai tidak bisa bangun!" ancam Edwin yang merupakan ayah kandung dari Achiel Dirgantara.
Edwin peri ke kamar setelah mengancam Achiel yang masih bersimpuh di tanah. Seorang anak laki-laki dengan umur 10 tahun harus menerima penderitaan seperti itu dari sang ayah.
"Achiel, kamu tidak apa-apa Nak?" tanya Helena yang menghampiri Achiel.
Helena membangunkan Achiel di bantu oleh Kakak perempuan Achiel, pelan-pelan mereka memapah Achiel ke dalam dapur yang masih di atapi dengan daun kelapa yang sudah kering. Helena tidak berani membawa Achiel masuk ke dalam kamar, dia takut suaminya akan bertindak lebih kejam lagi kepada Achiel.
"Olivia, tolong ambilkan adikmu air!" perintah Helena kepada putri pertamanya.
Yang di perintahkan pun segera mengambil sebuah gelas dan menuangkan air ke dalamnya, kemudian memberikannya kepada sang ibu yang sedang memegang tubuh adiknya.
"Minum dulu nak!" ujar Helena yang melihat putra keduanya telah menggigil.
Helena menyuapi Achiel air dengan pelan-pelan, dia merasa sangat kasihan kepada putranya namun Helena juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Bu kenapa ayah setiap mabuk atau kalah berjudi selalu melampiaskannya kepada Kakak? padahal kami bertiga sama-sama anak kandung dari ayah?" tanya Willy yang merupakan adik Achiel yang paling kecil.
Helena hanya menggelengkan kepalanya, dia sendiri tidak tahu mengapa suaminya memperlakukan putranya seperti itu.
"Kalian masuk kamar dan tidur. Jangan bikin ayah kalian curiga dan terbangun, Ibu di sini menemani Achiel!" ucap Helena kepada kedua anaknya.
Willy dan Olivia pun menuruti perintah Ibunya, dia tidak ingin saudaranya tambah menderita.
Helena memangku Achiel setelah kedua putranya pergi. Dia menaikkan pakaian yang di kenakan putranya itu dan melihat perut yang tadi di tendang oleh suaminya. Ada luka memar di daerah perut anaknya, Helena meniupnya agar putranya tidak merasakan kesakitan.
"Ibu tidak perlu melakukan itu, Achiel udah biasa kok Bu!" ucap Achiel lemah menatap Ibunya.
Achiel memang sudah terbiasa menerima pukulan keras seperti itu, terlalu banyak pukulan yang dia rasakan sehingga rasa sakit tersebut tak seberapa di bandingkan dengan yang sebelumnya. Tanpa di sadari Achiel telah tumbuh menjadi anak yang kuat.
9 Tahun kemudian....
Achiel telah tumbuh menjadi dewasa, Olivia yang merupakan kakak perempuannya sudah menikah dengan laki-laki yang di cintai-nya. Sedangkan Willy yang merupakan adik satu-satunya sudah kelas 10 SMK.
Achiel kini sudah berumur 19 tahun, dia telah bekerja di sebuah toko kecil yang tidak terlalu terkenal. Kehidupannya kian tahun kian membaik, Ayahnya tidak lagi memukulinya dan telah berhenti berjudi dan mabuk-mabukan.
Namun, sawah yang sebelumnya mereka punya kini sudah ludes di jual oleh Edwin untuk berjudi.
Pagi-pagi sekali, Achiel berangkat kerja dengan semangat. Meskipun gaji yang di dapatkan tidak terlalu besar, namun dia bersyukur bisa membantu perekonomian keluarganya.
Ayahnya Achiel sekarang hanya seorang kuli bangunan yang kerjanya serabutan, sedangkan Ibunya saat ini bekerja di sawah orang lain. Mereka memiliki gaji yang kecil, bahkan tidak cukup hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Untungnya Achiel telah bekerja sehingga bisa membantu menambah uang belanja dapur.
"Sepertinya sekarang ada anak magang yang mulai kerja di sini, tapi kok belum datang ya? padahal toko buka jam 7 sedangkan sekarang sudah jam 7 lewat 15 menit?" gumam Achiel sendirian sambil menaruh sapu di tempatnya.
Achiel tidak lagi mempedulikan hal tersebut, dia bersiap-siap berdiri di depan kasir dan mengecek uang kecil sebagai uang kembalian nantinya.
"Kenapa Bu Rita tidak pernah menyiapkan uang kecil ya, padahal itu penting. Kalau gak ada uang kecil gimana nanti kasih uang kembalian ke pelanggan?" keluh Achiel setelah mengecek laci kasir yang di penuhi dengan uang 50 ribuan dan 100 ribuan.
Achiel pun segera pergi ke seberang tokonya untuk menukar uang kepada pedagang yang berjualan di pasar tersebut. Setelah selesai menukar uang, Achiel buru-buru kembali ke tokonya.
Baru saja Achiel sampai di meja kasir, dua orang wanita masuk ke tokonya. Achiel mengira itu pelanggan karena mereka masih memakai jaket, jadi Achiel pun menyapa pelanggan tersebut dengan ramah.
"Eh, kita bukan pelanggan. Kita siswa yang akan magang di sini," ucap salah satu wanita tersebut sambil tersenyum.
"Oh maaf, maaf! Saya kira pelanggan!" kata Achiel dengan rasa malu-malu.
"Iya tidak apa-apa!" sahut wanita tersebut.
Setelah ini keadaan kembali sunyi, dia tidak berani berbicara dengan wanita. Achiel sibuk dengan pekerjaannya sendiri tanpa mempedulikan siswa magang tersebut.
Siswa yang tadi berbicara dengannya pun menghampiri Achiel saat dia sedang membersihkan Rak pajangan snack.
"Boleh Aku bantu gak?" tanya wanita tersebut.
"Boleh! kamu pindahin aja snack-nya ini, nanti aku lap rak-nya!" kata Achiel dengan rasa malu.
"Iya Kak! Bye The Way nama Kakak siapa?"
"Nama aku Achiel Dirgantara, kamu bisa panggil aku Achiel!"
"Kenalin, nama Aku Lestari!" kata wanita itu menyodorkan tangannya ke arah Achiel.
"Sorry, tanganku kotor!" kata Achiel yang masih memegang lapnya.
Lestari pun menurunkan tangannya dengan kecewa. Dia melanjutkan menurunkan barang yang di pajang di rak tersebut.
Lestari bekerja sambil memperhatikan wajah Achiel yang menurutnya tampan, sampai lupa bahwa dia menurunkan barang yang salah.
"Itu kan udah di bersihin rak-nya, kenapa di turunin lagi barangnya?" ucap Achiel yang melihat Lestari melamun memandangi wajahnya.
"Maaf Kak, gagal fokus! habisnya Kakak ganteng sih!" ucap Lestari tanpa malu-malu.
Achiel yang tadinya merasa tidak nyaman dengan keberadaan Lestari kini menjadi semakin risih. Untunglah saat itu seorang pelanggan datang sehingga Achiel bisa menghindar dari Lestari.
"Kak Achiel mau kemana?" tanya Lestari ketika Achiel ingin beranjak dari tempatnya.
"Ke kasir ada pelanggan!" sahut Achiel.
"Kan ada Amelia di sana?" kata Lestari berusaha menahan kepergian Achiel.
"Dia gak bakalan paham!" sahut Achiel lalu pergi dengan cepat.
Ketika Achiel berada di dekat kasir, dia melihat Amelia sudah memberikan nota dan uang kembalian kepada pelanggan yang tadi datang. Achiel pun menghampiri Amelia.
"Kamu udah bisa ya? kirain belum!" ucap Achiel yang merasa malu dengan Amelia.
"Udah Kak, di sekolah kita udah di ajarkan kok!" sahut Amelia tanpa menoleh ke arah Achiel, melainkan sibuk mengutak-atik komputer kasir.
"Kan aku sudah bilang sama Kak Achiel, Amelia pasti bisa jadi kasir. Jadi kita lanjut bersihin Rak yuk, sambil berbincang-bincang!" ajak Lestari yang datang menjemput Achiel di meja kasir.
"Mmm... kamu bantu Lestari bersihkan Rak ya? gak harus semuanya kok, cuma beberapa saja. Nanti akan di lanjutkan sama yang shift siang!" perintah Achiel kepada Amelia.
"Baik Kak!" sahut Amelia sopan.
Amelia pun pergi ke rak snack yang tadi di bersihkan oleh senior dan temannya. Lestari mengikutinya dari belakang dengan raut wajah yang sangat kesal.
'Gara-gara Amelia, aku gak bisa berduaan deh sama Kak Achiel. Tahu gitu dulu aku gak usah ajak dia training di sini!' batin Lestari kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments