"Pergi saja kamu dari sini! saya tidak menginginkanmu lagi. Kamu tidak berguna!"
"Huhuhu! Ayah maafin Achiel!"
Pria yang berwajah sangar dan gemuk itu mengayunkan kakinya ke badan Achiel yang sedang bersimpuh di atas tanah. Achiel menangis kesakitan setelah tendangan tersebut melayang ke perutnya hingga membuat dia terjatuh ke tanah. Tak seorang pun yang berani mendekatinya bahkan Ibu dan saudara-saudaranya. Mereka hanya bisa menyaksikan Achiel menangis kesakitan.
Badan yang kurus kering itu berusaha untuk bangkit kembali sambil memegangi perut yang sakit, dia memandangi ayahnya sambil memohon ampun. Ibu dan saudaranya merasa Iba melihat Achiel yang selalu menjadi sasaran ayahnya saat pulang dari minum atau kalah berjudi. Mereka tidak tahu kenapa ayahnya memperlakukan hal tersebut hanya kepada Achiel.
"Kamu pergi dari rumah ini. Kalau sampai saya lihat kamu masih di rumah ini, akan saya buat kamu sampai tidak bisa bangun!" ancam Edwin yang merupakan ayah kandung dari Achiel Dirgantara.
Edwin peri ke kamar setelah mengancam Achiel yang masih bersimpuh di tanah. Seorang anak laki-laki dengan umur 10 tahun harus menerima penderitaan seperti itu dari sang ayah.
"Achiel, kamu tidak apa-apa Nak?" tanya Helena yang menghampiri Achiel.
Helena membangunkan Achiel di bantu oleh Kakak perempuan Achiel, pelan-pelan mereka memapah Achiel ke dalam dapur yang masih di atapi dengan daun kelapa yang sudah kering. Helena tidak berani membawa Achiel masuk ke dalam kamar, dia takut suaminya akan bertindak lebih kejam lagi kepada Achiel.
"Olivia, tolong ambilkan adikmu air!" perintah Helena kepada putri pertamanya.
Yang di perintahkan pun segera mengambil sebuah gelas dan menuangkan air ke dalamnya, kemudian memberikannya kepada sang ibu yang sedang memegang tubuh adiknya.
"Minum dulu nak!" ujar Helena yang melihat putra keduanya telah menggigil.
Helena menyuapi Achiel air dengan pelan-pelan, dia merasa sangat kasihan kepada putranya namun Helena juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Bu kenapa ayah setiap mabuk atau kalah berjudi selalu melampiaskannya kepada Kakak? padahal kami bertiga sama-sama anak kandung dari ayah?" tanya Willy yang merupakan adik Achiel yang paling kecil.
Helena hanya menggelengkan kepalanya, dia sendiri tidak tahu mengapa suaminya memperlakukan putranya seperti itu.
"Kalian masuk kamar dan tidur. Jangan bikin ayah kalian curiga dan terbangun, Ibu di sini menemani Achiel!" ucap Helena kepada kedua anaknya.
Willy dan Olivia pun menuruti perintah Ibunya, dia tidak ingin saudaranya tambah menderita.
Helena memangku Achiel setelah kedua putranya pergi. Dia menaikkan pakaian yang di kenakan putranya itu dan melihat perut yang tadi di tendang oleh suaminya. Ada luka memar di daerah perut anaknya, Helena meniupnya agar putranya tidak merasakan kesakitan.
"Ibu tidak perlu melakukan itu, Achiel udah biasa kok Bu!" ucap Achiel lemah menatap Ibunya.
Achiel memang sudah terbiasa menerima pukulan keras seperti itu, terlalu banyak pukulan yang dia rasakan sehingga rasa sakit tersebut tak seberapa di bandingkan dengan yang sebelumnya. Tanpa di sadari Achiel telah tumbuh menjadi anak yang kuat.
9 Tahun kemudian....
Achiel telah tumbuh menjadi dewasa, Olivia yang merupakan kakak perempuannya sudah menikah dengan laki-laki yang di cintai-nya. Sedangkan Willy yang merupakan adik satu-satunya sudah kelas 10 SMK.
Achiel kini sudah berumur 19 tahun, dia telah bekerja di sebuah toko kecil yang tidak terlalu terkenal. Kehidupannya kian tahun kian membaik, Ayahnya tidak lagi memukulinya dan telah berhenti berjudi dan mabuk-mabukan.
Namun, sawah yang sebelumnya mereka punya kini sudah ludes di jual oleh Edwin untuk berjudi.
Pagi-pagi sekali, Achiel berangkat kerja dengan semangat. Meskipun gaji yang di dapatkan tidak terlalu besar, namun dia bersyukur bisa membantu perekonomian keluarganya.
Ayahnya Achiel sekarang hanya seorang kuli bangunan yang kerjanya serabutan, sedangkan Ibunya saat ini bekerja di sawah orang lain. Mereka memiliki gaji yang kecil, bahkan tidak cukup hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Untungnya Achiel telah bekerja sehingga bisa membantu menambah uang belanja dapur.
"Sepertinya sekarang ada anak magang yang mulai kerja di sini, tapi kok belum datang ya? padahal toko buka jam 7 sedangkan sekarang sudah jam 7 lewat 15 menit?" gumam Achiel sendirian sambil menaruh sapu di tempatnya.
Achiel tidak lagi mempedulikan hal tersebut, dia bersiap-siap berdiri di depan kasir dan mengecek uang kecil sebagai uang kembalian nantinya.
"Kenapa Bu Rita tidak pernah menyiapkan uang kecil ya, padahal itu penting. Kalau gak ada uang kecil gimana nanti kasih uang kembalian ke pelanggan?" keluh Achiel setelah mengecek laci kasir yang di penuhi dengan uang 50 ribuan dan 100 ribuan.
Achiel pun segera pergi ke seberang tokonya untuk menukar uang kepada pedagang yang berjualan di pasar tersebut. Setelah selesai menukar uang, Achiel buru-buru kembali ke tokonya.
Baru saja Achiel sampai di meja kasir, dua orang wanita masuk ke tokonya. Achiel mengira itu pelanggan karena mereka masih memakai jaket, jadi Achiel pun menyapa pelanggan tersebut dengan ramah.
"Eh, kita bukan pelanggan. Kita siswa yang akan magang di sini," ucap salah satu wanita tersebut sambil tersenyum.
"Oh maaf, maaf! Saya kira pelanggan!" kata Achiel dengan rasa malu-malu.
"Iya tidak apa-apa!" sahut wanita tersebut.
Setelah ini keadaan kembali sunyi, dia tidak berani berbicara dengan wanita. Achiel sibuk dengan pekerjaannya sendiri tanpa mempedulikan siswa magang tersebut.
Siswa yang tadi berbicara dengannya pun menghampiri Achiel saat dia sedang membersihkan Rak pajangan snack.
"Boleh Aku bantu gak?" tanya wanita tersebut.
"Boleh! kamu pindahin aja snack-nya ini, nanti aku lap rak-nya!" kata Achiel dengan rasa malu.
"Iya Kak! Bye The Way nama Kakak siapa?"
"Nama aku Achiel Dirgantara, kamu bisa panggil aku Achiel!"
"Kenalin, nama Aku Lestari!" kata wanita itu menyodorkan tangannya ke arah Achiel.
"Sorry, tanganku kotor!" kata Achiel yang masih memegang lapnya.
Lestari pun menurunkan tangannya dengan kecewa. Dia melanjutkan menurunkan barang yang di pajang di rak tersebut.
Lestari bekerja sambil memperhatikan wajah Achiel yang menurutnya tampan, sampai lupa bahwa dia menurunkan barang yang salah.
"Itu kan udah di bersihin rak-nya, kenapa di turunin lagi barangnya?" ucap Achiel yang melihat Lestari melamun memandangi wajahnya.
"Maaf Kak, gagal fokus! habisnya Kakak ganteng sih!" ucap Lestari tanpa malu-malu.
Achiel yang tadinya merasa tidak nyaman dengan keberadaan Lestari kini menjadi semakin risih. Untunglah saat itu seorang pelanggan datang sehingga Achiel bisa menghindar dari Lestari.
"Kak Achiel mau kemana?" tanya Lestari ketika Achiel ingin beranjak dari tempatnya.
"Ke kasir ada pelanggan!" sahut Achiel.
"Kan ada Amelia di sana?" kata Lestari berusaha menahan kepergian Achiel.
"Dia gak bakalan paham!" sahut Achiel lalu pergi dengan cepat.
Ketika Achiel berada di dekat kasir, dia melihat Amelia sudah memberikan nota dan uang kembalian kepada pelanggan yang tadi datang. Achiel pun menghampiri Amelia.
"Kamu udah bisa ya? kirain belum!" ucap Achiel yang merasa malu dengan Amelia.
"Udah Kak, di sekolah kita udah di ajarkan kok!" sahut Amelia tanpa menoleh ke arah Achiel, melainkan sibuk mengutak-atik komputer kasir.
"Kan aku sudah bilang sama Kak Achiel, Amelia pasti bisa jadi kasir. Jadi kita lanjut bersihin Rak yuk, sambil berbincang-bincang!" ajak Lestari yang datang menjemput Achiel di meja kasir.
"Mmm... kamu bantu Lestari bersihkan Rak ya? gak harus semuanya kok, cuma beberapa saja. Nanti akan di lanjutkan sama yang shift siang!" perintah Achiel kepada Amelia.
"Baik Kak!" sahut Amelia sopan.
Amelia pun pergi ke rak snack yang tadi di bersihkan oleh senior dan temannya. Lestari mengikutinya dari belakang dengan raut wajah yang sangat kesal.
'Gara-gara Amelia, aku gak bisa berduaan deh sama Kak Achiel. Tahu gitu dulu aku gak usah ajak dia training di sini!' batin Lestari kesal.
Setelah beberapa menit kemudian, Lestari dan Amelia sudah selesai membersihkan rak. Lestari segera pergi ke meja kasir agar bisa berduaan dengan Achiel. Sedangkan Amelia dia mencuci lap yang di gunakan untuk membersihkan rak tadi di kamar mandi.
"Kak Achiel lagi apa?" tanya Lestari ketika melihat Achiel sedang menggunakan komputer.
"Input barang! kamu bantu aku ambilkan barang di gudang ya!" kata Achiel kepada Lestari yang mencoba mendekatinya.
"Baik Kak!" Lestari langsung pergi menuju gudang yang ada di depan kamar mandi sesuai dengan petunjuk yang di berikan oleh Achiel.
Lestari berpapasan dengan Amelia saat Amelia keluar dari kamar mandi dengan membawa lap di tangannya. Lestari pun menghentikan langkah Amelia dan berbisik dengannya.
"Aku suka sama Kak Achiel, kamu jangan dekati dia ya!" ucap Lestari.
Setelah mengatakan hal tersebut, Lestari kembali ke meja kasir sambil membawa barang yang di minta oleh Achiel tadi. Sedangkan Amelia masih berdiri dengan rasa heran kepada temannya.
'Padahal Lestari sudah punya pacar, kenapa dia masih menginginkan Kak Achiel? lagipula apa hubungannya denganku?' batin Amelia sambil berjalan ke arah kasir.
"Kak lapnya di jemur di mana? masih basah soalnya?" tanya Amelia sambil menunjukkan kain lap yang masih basah di tangannya.
"Taruh saja di laci belakangku!" kata Achiel tanpa menoleh ke arah Amelia.
Amelia pun menaruh di tempat yang sudah di perintahkan. Amelia berdiri di belakang Achiel dan Lestari sambil mengintip komputer.
'Di lihat-lihat sepertinya Kak Achiel sedang mengajari Lestari input barang deh. Lebih baik aku keliling rak aja deh, Lestari sudah bilang agar tidak mengganggunya dengan Kak Achiel!' batin Amelia lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Achiel dan Lestari di meja kasir.
Amelia berkeliling di antara lorong Rak yang terpajang di dalam toko tersebut. Sesekali dia merapikan pajangan barang yang kurang rapi dan melihat expayed dari produk tersebut.
Beberapa saat setelah Amelia berkeliling, Amelia merasa bosan karena tidak ada pekerjaan yang harus dia lakukan. Tanpa sengaja Amelia menengok ke arah kasir, dia melihat Achiel dan Lestari sudah memainkan handphonenya.
Melihat hal tersebut, Amelia semakin bosan. Karena bukan dirinya saja yang tidak mendapat pekerjaan, bahkan kakak seniornya juga.
Saat Amelia sibuk merapikan pajangan barang di rak, seorang wanita yang dia kenal datang dari lantai atas. Wanita tersebut berama Rita yang merupakan pemilik toko tersebut.
"Pagi Buk!" sapa Amelia menolehkan wajahnya ke arah Rita dengan senyuman yang manis.
"Kamu sendiri? bukannya sama teman kamu ya?" tanya Rita menghentikan langkahnya.
"Ada Bu, dia di meja kasir sama Kak Achiel!" sahut Amelia.
"Oh coba panggilkan dia, saya mau memperkenalkan beberapa hal tentang toko ini kepada kalian!"
Segera setelah di perintahkan oleh Bu Rita, Amelia langsung pergi mencari Lestari yang sedang asik bermain handphone di samping Achiel.
Lestari pun akhirnya pergi dari sisi Achiel yang membuat Achiel bernafas lega.
'Syukurlah dia di bawa pergi sama Amelia, aku udah gak tahan dengan sikap genitnya!' batin Achiel.
Achiel menaruh handphonenya mengingat Bu Rita datang ke toko dengan pakaian seadanya. Achiel berdiri di meja kasir sambil menunggu pelanggan yang tak kunjung datang ke tokonya.
Sesekali dia melihat ke arah Amelia saat Bu Rita memperkenalkan suplayer dari beberapa produk yang di pajang dekat kasir. Achiel baru menyadari wajah Amelia yang cantik dan mulus. Senyum yang dia ukir di wajahnya juga tampak manis saat sedang berbincang dengan Bu Rita.
'Aduh, tolong! Jantungku berdebar-debar lihat senyum Amelia!' batin Achiel, sepertinya dia mulai jatuh cinta dengan senyum manis Amelia.
Saat Achiel sedang memperhatikan Amelia, Lestari melihatnya dan merasa cemburu. Lestari tidak fokus mendengar penjelasan Bu Rita, sehingga saat Bu Rita menyadari dia di berikan pertanyaan oleh Bu Rita yang berkaitan dengan penjelasan tadi.
Karena Lestari tidak mendengarkannya alhasil dia tidak mampu menjawab. Itu membuat Bu Rita tahu akan sifat Lestari seperti apa.
"Sudah cukup sampai di sini ya! Kira-kira ada yang ingin kalian tanyakan tidak?" tanya Bu Rita.
"Tidak!" sahut Amelia dan Lestari serempak.
"Kalau tidak ada, Kalian lanjut ya. Dengarkan saja apa yang di katakan oleh senior kalian," ucap Rita lalu mengakhiri pertemuan itu.
Setelah selesai memberikan penjelasan kepada Amelia dan Lestari, Bu Rita pergi dan kembali naik ke tangga. Rumah dan tokonya satu gedung, jadi saat dia ada perlu dengan karyawannya tinggal telepon agar karyawannya ke atas.
Beberapa saat kemudian, seorang pelanggan datang ke toko. Achiel sudah siap siaga berada di kasir bersama Amelia, sedangkan lestari masih duduk di lantai dan memainkan handphonenya.
"Di sini jual sendal gak ya?" tanya pelanggan tersebut dengan membawa beberapa barang belanjaan.
"Maaf Kak, di sini tidak jual sendal!" sahut Achiel dengan ramah.
"Oh ya udah, kalau gitu ini saja!" ucap pelanggan tersebut sambil menaruh barang yang di belinya di atas meja kasir.
Achiel pun mengambil barang tersebut satu per satu untuk di scan mulutnya tidak berhenti bicara menjelaskan deskripsi produk tersebut dan expayed-nya.
"Total semuanya 105.200 Kak!" ucap Achiel kepada pelanggannya.
"Ini ya!" kata pelanggan tersebut lalu mengambil barangnya dan pergi meninggalkan kasir setelah menerima Nota.
"Zaman sekarang masih ada juga orang yang simpan uang 200 rupiah," kata Achiel menepuk jidatnya setelah pelanggan tersebut pergi.
Amelia hanya tertawa kecil, karena memang sangat jarang orang-orang yang akan menyimpan uang receh seperti itu termasuk dirinya.
"Sebentar lagi akan ada barang datang, kalian bantu aku nanti ya untuk cek barang sama nota-nya!"
"Baik Kak!" sahut Amelia dan Lestari serempak.
"Di sini kerjanya santai, selama gak ada pelanggan boleh main Handphone. Tapi kalau ada Bu Rita kalian jangan coba-coba ya!" kata Achiel yang masih berdiri di kasir.
"Bukannya ada CCTV? Bu Rita bisa pantau kita dari sana kan?" tanya Amelia mengernyitkan keningnya karena menurutnya itu percuma.
"Bu Rita gak pernah cek yang gitu-gitu. Dia sibuk urus 3 anak yang bandel!" sahut Achiel.
"Kak Achiel udah berapa tahun kerja di sini?" tanya Lestari secara tiba-tiba.
"Satu tahun kurang lah! Tamat sekolah langsung kerja di sini!" kata Achiel yang sebenarnya enggan berbicara dengan Lestari.
"Aku ambil tempat duduk untuk kalian dulu ya!" ucap Achiel.
"Gak usah Kak, kita bisa duduk di lantai kok!" tolak Amelia sambil mengibaskan tangannya.
"Kasian kamu duduk di lantai!" kata Achiel.
"Ambilkan aku aja Kak kalau Amelia gak mau, dia emang gitu orangnya. Udah biasa duduk di bawah, kalau aku sih gak terbiasa ya!" kata Lestari sambil melirik ke arah Amelia dengan tatapan sinis lalu kembali tersenyum setelag menatap ke arah Achiel.
"Ya udah kalau gitu!" ucap Achiel.
"Kamu kenapa bicara seperti itu?" tanya Amelia setelah Achiel pergi mengambil kursi.
Namun Lestari tidak menjawabnya, dia sibuk memainkan handphonenya membalas chat kekasihnya yang bernama Chandra.
Achiel datang dengan membawa 2 buah kursi yang tidak terlalu tinggi itu dan memberikannya kepada Amelia dan Lestari.
"Untuk Kakak saja," ucap Amelia kembali menolak kursi tersebut.
"Tidak apa, pakai saja!" bujuk Achiel dengan mendorong kursi tersebut ke arah Amelia.
Amelia pun berdiri dari tempat duduknya, dia berkata kepada Achiel bahwa dia akan berkeliling di toko agar lebih mengenal toko tersebut.
"Amelia!" seru Achiel yang membuat gadis yang berumur 17 tahun itu menoleh ke arahnya.
"Ada apa Kak?" tanya Achiel.
"Boleh minta Wa-nya gak? Mau masukin grup toko!" kata Achiel kepada Amelia.
"Minta saja sama Lestari, Handphone-ku gak ada baterai, lupa Cas!" kata Amelia kemudian membalikkan badannya kembali.
Achiel menatap lestari dengan enggan, namun demi mendapat nomor WhatsApp Amelia dia melawan rasa enggan tersebut.
"Kak Achiel mau nomor WhatsApp-nya Amelia? gak sekalian punyaku Kak?" tanya Lestari menengadahkan wajahnya ke arah Achiel yang sedang berdiri di sampingnya.
"Gak usah, nomor Amelia saja. Nanti kalau ada apa-apa aku info ke Amelia saja!" ucap Achiel dengan ekspresi j*jiknya.
"Kenapa tidak punyaku saja Kak? lagipula Amelia anaknya pendiam dan jarang ngobrol takutnya dia gak bisa sampaikan informasinya!" ujar Lestari berkali-kali mencoba menjatuhkan nama baik Amelia.
"Aku yakin dia pasti bisa, bukannya dia lebih pintar dari kamu?" tanya Achiel yang langsung menusuk ke hati Lestari.
Akhirnya Lestari pun menyerah, dia memberikan nomor WhatsApp Amelia kepada Achiel. Tentu saja itu membuat Achiel puas dan bersemangat.
Achiel pun segera menghubungi WA tersebut dan ternyata handphone Amelia berbunyi yang dia taruh di dalam tasnya. Achiel pun kebingungan karena Amelia sempat bilang baterainya habis.
'Sepertinya cewek ini susah di dekati! Kalau begitu aku harus berjuang lebih keras lagi!' batin Achiel antusias.
Waktu telah menunjukkan pukul 11 siang, cacing di perut Achiel sudah berisik dan minta di isi. Achiel pun izin untuk makan, kebetulan di depan tokonya ada yang berjualan nasi.
"Kak aku ikut ya!" pinta Lestari kepada Achiel yang hendak pergi.
Achiel melirik ke arah Amelia yang sedang berdiri di meja kasir, lalu berkata ,"Terus Amelia gimana? Kasihan dia sendirian! Kalau kamu lapar banget ya udah kamu aja duluan!".
Lestari melirik ke arah Amelia dengan tatapan yang sangat tajam, Amelia pun langsung mengerti dengan tatapan yang di berikan oleh Lestari.
"Gak apa-apa Kak, aku bisa jaga sendiri kok!" ucap Amelia sambil tersenyum sesekali melirik ke arah sahabatnya itu.
"Ya udah kalau gitu!" kata Achiel lalu pergi bersama Lestari.
Lestari yang berjalan di belakang Achiel membalikkan badannya dan mengacungkan jempol ke arah Amelia. Amelia pun hanya tersenyum, dia sebenarnya juga lapar namun apa daya dia tidak memiliki uang. Amelia hanya bisa menahan rasa lapar tersebut sampai waktu pulang.
'Semoga saja barangnya datang waktu aku sama Kak Achiel pergi makan. Dengan begitu Amelia pasti bakalan kebingungan dan aku juga akan mengundur banyak waktu untuk Kak Achiel kembali!' batin Lestari yang sangat membenci anita yang menganggapnya sebagai sahabat.
Setelah Achiel pergi, sebuah mobil BOX datang ke tokonya. Itu adalah suplayer yang membawa barang. Sopir yang mengendarai mobil BOX tersebut masuk ke toko dan menemui Amelia yang berdiri di depan kasir.
"Ada kiriman barang dari perusahaan Indramayu!" ucap sopir tersebut.
"Bawa masuk saja Pak!" kata Amelia ramah.
Meskipun sebenarnya dia sangat takut, tetapi dia mencoba untuk tetap tenang. Amelia belum pernah menerima barang, di sekolahnya hanya praktek di bagian kasir dan pemajangan barang. Namun Amelia mendapat materi tentang prosedur penerimaan barang, jadi Amelia bisa sedikit tenang.
Lima Dus sudah di bawa masuk oleh sopir tersebut, namun ternyata itu belum habis. Sopir terebut masih membawa 2 kerat Coca Cola yang berisi 390ML di dua tangannya.
"Ini nota-nya!" Sopir tersebut menyodorkan 1 lembar Nota berwarna putih ke arah Amelia setelah menaruh barangnya di lantai.
Amelia menerima Nota tersebut dan berkata ,"Saya cek dulu ya!".
Amelia mengecek satu per satu barang yang datang dan Nota yang di berikan untuk mencocokkan agar tidak ada kesalahan dalam penerimaan barang.
"Karyawan baru ya Mbak?" tanya sopir teresebut kepda Amelia yang sedang sibuk mengecek Nota.
"Bukan Pak! Saya siswa magang di sini!" sahut Amelia berusaha membagi fokusnya kepada suplayer-nya.
"Sudah Pak! Berarti ini sudah di bayar kan ya?" tanya Amelia.
"Sudah Mbak!" kata suplayer tersebut.
Setelah melakukan pengecekan sopir tersebut pun pergi dan Amelia pun membawa barang yang berat itu ke depan kasir. Amelia tahu apa yang akan di lakukan-nya setelah menerima barang, namun dia tidak berani melakukannya dan memilih untuk menunggu Achiel.
"Amelia mengambil satu per satu produk tersebut dan menaruhnya di meja kasir. Sisanya dia kesampingkan dulu dus-dus yang berukuran sedang tersebut.
Sedangkan di sisi lain, Lestari duduk di dekat Achiel yang sedang menikmati makanannya. Achiel makan dengan terburu-buru entah itu karena lapar atau merasa kasihan kepada Amelia yang sendirian.
"Kak Achiel pelan-pelan aja makannya, awas keselek!" ujar Lestari perhatian.
'Udah biasa makan buru-buru kok. Kamu juga cepat sedikit makannya, kita cuma punya waktu 15 menit istirahat!" kata Achiel setelah meminum air di gelasnya.
"Aku udah selesai, aku duluan ya!" kata Achiel namun di cegah oleh Lestari ketika dia hendak bangun dari tempat duduknya.
"Tungguin aku Kak, aku takut nyebrang jalannya ramai!" kata Lestari memelas.
Achiel karena merasa kasihan akhirnya bersedia menunggu dan kembali duduk di samping Lestari. Achiel adalah pria yang sangat tidak ingin menyakiti wanita karena dia sendiri sangat menyayangi Ibunya dan Achiel tidak ingin ada orang yang menyakiti Ibunya.
'Aku akan makan pelan-pelan untuk mengundur banyak waktu!' batin Lestari yang senang karena Achiel bersedia menunggunya.
Menyadari tindakan Lestari yang sengaja makan dengan pelan-pelan, Achiel pun mengancam akan meninggalkannya jika Lestari tidak mempercepat waktu makannya.
"Sebentar Kak!" ucap Lestari yang tidak takut dengan ancaman Achiel.
"Kasihan teman kamu sendirian dan juga ada barang yang kan datang!" kata Achiel.
"Amelia bisa kok menanganinya!" ucap Lestari yang mulai menjebak Amelia.
"Dia masih siswa training, aku akan ke toko. Kamu nyebrang sja sendirian nanti!" kata Achiel lalu pergi meninggalkan Lestari sendirian.
"Ihh Kak Achiel!" teriak Lestari kesal.
Lestari memutuskan untuk menyudahi makannya dan mengejar Achiel kembali ke toko.
...***...
Setelah beberapa menit menunggu, Achiel dan Lestari akhirnya datang, Terlihat raut wajah Achiel terkejut ketika melihat ada banyak barang yang datang.
"Barangnya udah datang? dari suplayer yang mana? apa kamu sudah cek NOTA?" tanya Achiel yang takut Amelia melakukan kesalahan sat menerima barang.
"Katanya perusahaan dari Indramayu, ini Nota-nya coba Kak Achiel cek deh!" kata Amelia menyodorkan nota tersebut.
"Achiel pun menerima Nota-nya dan mengecek barang tersebut. Wajah Achiel sangat fokus dan merasa sedikit grogi karena di lihat oleh dua wanita di sampingnya.
Lestari yang sedari tadi diam mendadak tersenyum ketika melihat raut wajah Achiel yang berubah menjadi bingung.
'Mampus kamu Amelia. Kalau saja kamu melakukan kesalahan fatal dan merugikan Kak Achiel, kamu pasti akan dibenci sma Kak Achiel,' batin Lestari.
"Benar semua! Kamu hebat seperti yang di katakan oleh Lestari!" puji Achiel kepada Amelia.
Mendengar hal tersebut, Lestari menjadi sangat kesal karena di tidak percaya bahwa Amelia bisa melakukan hal tersebut.
'Lestari bilang aku hebat? itu pasti kaena dia ingin menjebak ku,' batin Amelia yang sudah hafal dengan sikap sahabatnya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!