Sepuluh tahun kemudian, Mosa turun dari pesawat di bandara kota Kupang. Menumpang taksi menuju ke kampung halamannya.Dari bandara membutuhkan waktu sekitar lima belas jam perjalanan.
Mosa turun dari taksi ketika memasuki kampungnya. Ia berjalan kaki memasuki kampungnya. Kampungnya telah berubah banyak. Mosa berjalan santai sambil melihat lihat keadaan sekitarnya dan langsung menuju ke rumahnya,yang berada di tengah kampung.
Semua orang kampung yang berpapasan dengannya,menatapnya dengan heran dan bertanya tanya. Sebab jarang bahkan hampir tidak ada orang yang datang di kampung ini. Ketika ada orang yang datang,dengan wajah yang asing dan penampilan orang kota,mereka seakan melihat hal yang baru.
Mosa tidak mempedulikan mereka dan terus berjalan sambil melihat lihat. Akhirnya tibalah Mosa di depan rumahnya. Bekas rumahnya itu masih ada. Tapi atap dan sebagian bangunan rumah,yang terbuat dari bambu telah rubuh dan miring.
Mosa menatap lekat ke rumah reyot itu.berbagai macam kenangan melintas di benaknya. Matanya berkaca kaca menahan rasa haru. Wajah ayah dan ibunya jelas tergambar dalam ingatannya.
Sambil tersenyum,Mosa melangkah kearah rumahnya. Menurunkan ranselnya,lalu mengikat rambutnya kebelakang. Mengeluarkan sebatang rokok dan mengisapnya dengan tenang. Setelah sebatang rokok selesai dihisap,Mosa berjalan kearah salah satu tiang rumah yang masih berdiri,dan dengan sekali sentak,rumah itu benar benar rubuh dengan suara gedebuk yang keras.
Tiba tiba Mosa berhenti, ia merasa ada yang menatapnya dengan perasaan yang kuat. Walaupun sejak tadi,banyak yang mengikuti dan menyaksikan,ketika Mosa merobohkan rumahnya. Tapi kali ini,Mosa merasakan suatu tatapan yang penuh dengan perasaan.
Mosa tahu,pasti itu pamannya. Kalau para preman pembunuh orang tuanya,ia tidak akan merasakan suatu perasaan yang kuat ini. Energi yang dirasakan Mosa sangat kuat dan bercampur aduk. Ada rasa takut,kagum dan aura membunuh,walau hanya sedikit.itulah energi yang dirasakan Mosa.
Setelah merobohkan rumahnya,Mosa berjalan ke arah kerumunan orang orang yang menontonnya dan berkata :
"Bapak bapak dan ibu ibu,maaf sudah membuat kalian terkejut. Aku , Mosa, anak bapak Detu dan ibu Nola , yang punya rumah ini."
Setelah mendengar pangakuan Mosa, orang orang tua yang mengenal Detu dan Nola,sontak menarik nafas dan menatap Mosa dengan seribu tanya.
" Ohh...nak Mosa..."
" Apa orang tuamu ikut pulang ?"
"Dimana saja kalian selama ini ?"
" Untuk apa kembali...hanya membuat malu nama kampung saja "
" Dia masih kecil saat itu, jadi tidak tahu "
Berbagai macam pertanyaan dan omelan dilontarkan warga kampung. Mosa mendengarnya dengan alis berkerut. Ia menduga,pasti pamannya telah mengarang suatu cerita dan memfitnah orang tuanya. Sungguh kejam pamannya.
Sudah membunuh adik kandungnya sendiri,dan untuk menutupi perbuatan mereka, malah orang tuanya difitnah.
Mosapun pura pura tidak mengerti,apa yang di bicarakan orang orang kampungnya ini. Otaknya yang cerdas,cepat berpikir. ' jika ini permainan paman, aku akan ikut bermain sandiwara mereka' batin Mosa.
" Orang tuaku membawaku ke kota.kami pindah ke kota,karena mereka ingin,agar aku bersekolah di sekolah yang lebih baik di kota." kata Mosa, dengan sedikit mengeraskan suaranya. Ia sengaja melakukan itu,karena Mosa tahu,diantara orang banyak ini,pasti ada pamannya atau para preman yang mengeroyok ayah dan ibunya.
" Nah...benar yang kita dengar..."
" orang tuamu menjual rumah dan ladang ke pamanmu Pelo. Lalu pindah ke kota, apa kamu tahu itu ?" tanya seorang tua yang telah beruban warna rambutnya.
Mosa menatap kearah sumber suara itu. Sebelum Mosa menjawab, orang tua itu mengedipkan matanya, berjalan mendekat ke arah Mosa dan berkata :
"Baguslah kamu telah kembali...datanglah kerumahku,di dekat bak penampung air ,dinding rumah warna biru." setelah mengatakan demikian,orang tua itupun berbalik ,dan berjalan pulang.
Mosa mengernyitkan dahinya,menatap punggung orang tua itu. Batinnya ' apa yang tidak ku ketahui ? Ssemuanya aku tahu'
Mosa kemudian mengajak anak anak muda yang sebaya dengannya untuk membersihkan reruntuhan rumahnya. Semuanya dibakar oleh Mosa, diatas bekas bangunan rumahnya.sebab ia merasakan energi negatif dirumah tuanha itu.
Setelah membakar habis puing puing rumahnya, Mosa kemudian menyiramnya dengan air. Ini adalah cara sederhana menghilangkan energi negatif.
Para pemuda yang membantu Mosa ada enam orang. Setelah selesai membersihkan puing rumah dan pekarangan bekas rumahnya, Mosa memberi mereka uang ,seorang mendapat sepuluh juta, dengan pesan :
" Gunakan uang ini sebaik mungkin."
Hari telah sore,ketika Mosa selesai membersihkan bekas rumahnya. Mosa teringat dengan undangan lelaki tua tadi.
" Hmm... Apa salahnya,aku ke rumahnya. Mungkin dugaanku benar, Paman Pelo mengarang cerita untuk menutupi perbuatan mereka, sekaligus memfitnah orangtuaku " gumam Mosa.
Kemudian
" Tok tok tok "
" tunggu " sahut orang dari dalam
" ooh nak... Mari masuk " kata orang tua itu sambil membuka pintu rumahnya.
" Trimakasih ..." sahut Mosa, sambil melangkah masuk dan duduk di kursi plastik yang ada di ruang tamu itu.
" Akhirnya kamu datang juga, nak...Mosa ya ?" lelaki tua itu berkata sambil mengingat ingat nama Mosa.
" Ya pak, nama saya Mosa. Ada yang mau bapak sampaikan?" tanya Mosa dengan sopan. Bagaimanapun ia belum percaya dengan lelaki tua ini. Mosa yakin,lelaki tua ini bukan salah satu preman yang membunuh orang tuanya.
" Hahaha..." tiba tiba lelaki tua itu tertawa
" Nak Mosa,apakah benar ,orang tuamu ada di kota ?" tanya pak Tua. Mosa terkejut,seakan sandiwaranya sudah ketahuan.
'apakah lelakk tua ini mengetahui sesuatu ? Apakah ia mengetahui, kalau orangtuaku sudah meninggal ? Batin Mosa.
" Ya benar pak Tua. Orang tuaku ada di kota " akhirnya Mosa tetap bersandiwara.
" Nak Mosa...kenalkan,saya adalah Pak Jona". Pak tua itu memperkenalkan namanya.
" Apakah engkau tahu apa yang terjadi dengan kedua orang tuamu ?" kembali pak Jona bertanya. Ia tahu, apa yang terjadi dengan orang tua Mosa. Sedangkan ia tidak melihat Mosa di sana.
Mosa sedikit terkejut,tetapi ekspresi wajahnya biasa biasa saja.
" Pak Jona..."
" Nak Mosa " Pak Jona menyela perkataan Mosa.
" Apakah engkau mencurigai aku ?" tanya pak Jona serius.
"Pak Jona, aku tahu ,pak Jona mengetahui kejadian yang sebenarnya. Tapi yang aku tidak tahu, dari mana pak Jona mengetahui kejadian itu."
Sambil berkata demikian,Mosa melepas energi yang kuat kearah pak Jona,untuk menekannya,mengatakan yang sebenarnya.
Pak Jona agak terkejut dengan energi yang menyelubunginya. Ia tidak menyangkah,anak muda yang baru berusia sekitar dua puluh tahun ,telah memiliki kemampuan yang lumayan tinggi. Pak Jona berpura pura tidak mengetahui, kalau ia di tekan dengan energi yang ditembakkan oleh Mosa.
Sambil tersenyum pak Jona menetralkan energi itu dan bergumam :
" Hebat "
Mosa kaget dengan sikap pak Jona yang tidak terpengaruh,bahkan Mosa merasa,seakan energi yang dilepaskannya tadi,menguap begitu dan lenyap begitu saja.
" Engkau tahu, aku tahu kejadiannya ?" tanya pak Jona ,yang membuat Mosa tersadar dari lamunannya. Siapa pak Jona inj ? Kali inj Mosa lebih berhati hati dan selalu waspada.
" Ya aku tahu, pak Jona tahu kejadiannya . Apakah pak Jona mau menceritakannya ?" Tanya Mosa.
" Hmm akupun tahu...kalau kau pun telah mengetahui kejadian yang menimpa orang tuamu. Lalu mengapa bertanya lagi ?" pak Jona balik bertanya.
" Seperti yang aku katakan tadi...dari mana pak Jona tahu ?"
" Nah...itu baru betu hahahahaha...maaf nak,aku sudah agak pikun, jadi tidak ingat pertanyaanmu tadi "
Pak Jona tersenyum. Sebab ia merasakan ,kalau Mosa mulai agak tenang. Tidak mudah mengungkit kenangan lama, yang membangkitkan trauma,benci dan dendam atas kematian orang tua atau anggota keluarga kita, yang mati dengan cara dibunuh.
" Baiklah...aku akan mwmberitahumu "
Akhirnya, Pak Jona menceritakan kejadian yang ia saksikan sendiri.
Saat itu,jauh di dalam rumpun pisang, pak Jona sedang bermeditasi,menghimpun energi alam. Samar samar, ia mendengar suara benturan senjata tajam. Kemudian pak Jona menghentikan meditasinya dan berlari ke arah datangnya suara benturan senjata tadi. Pak Jona berkelebat,dan sekali lompat dengan kecepatan yang tinggi, ia naik keatas dahan pohon dan menyaksikan suami istri itu dibantai. ia datang terlambag.
Setelah mendengar cerita pak Jona,Mosa menutup matanya,teringat kembali kejadian sepuluh tahun yang lalu.
"Seperti itulah kejadiannya. Aku disuruh ayah untuk bersembunyi di rumpun pisang,dan menyaksikan mereka membunuh orang tuaku. Jadi ,ketika pak Jona datang,tentu tidak melihat aku yang bersembuyi,sampai larut malam,baru berlari kearah pantai, dan takut untuk kembali ke rumah "
Demikianlah, Pak Jona dan Mosa bercerita panjang lebar sampai larut. Karena sudah malam, disertai dengan tidak tahu harus kemana, akhirnya Mosa menerima tawaran pak Jona ,untuk menginap di rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Bunk. Franz Tototrihartoko
lumayan
2024-07-06
0
Jimmy Avolution
Hadir...
2023-06-11
1
wong ndéso
baca dr awal males
wlo bgtu tetep kukasih vote
2023-05-12
1