Jangan berhenti mencintaiku

Dada Dewa seketika sesak, melihat Mega dan Satrio yang tidak bisa mengendalikan diri. Tatapannya meredup, melihat kenyataan jika Mega tidak cukup kuat menggenggam cinta untuk nya.

Sedangkan Satrio dan Mega. Setelah sadar apa yang mereka lakukan salah. Mega dengan cepat pergi menjauhi Satrio.

Sementara Satrio, cukup sedih terhadap situasi yang dia hadapi. Ingin berteriak lantang tidak rela jika kekasihnya menjadi istri kakaknya. Namun seakan dunia menentangnya dan memihak pada mereka untuk bersatu demi Rania.

.

.

"Da da Oma..." pamit Rania dalam gendongan Dewa dan mereka semua pamit pulang terlebih dahulu.

"Da da sayang."

"Ma, pa. Kita pulang dulu ya," imbuh Dewa kepada mama papa nya.

"Iya kamu hati-hati ya." Pak Hendarto yang mengantar mereka sampai pintu. Dimana Satrio baru akan masuk ke dalam ruang rawat mama nya. "Sat, kamu pulang bawa mobil papa aja." Pak Hendarto yang kemudian menyerahkan kunci mobilnya kepada Satrio.

"Iya pa," jawab Satrio yang tahu apa maksud papa nya. Dia tidak boleh satu mobil dengan kakaknya dan Mega. Melihat mereka bertiga berjalan meninggalkan ruang rawat mama nya, terasa sakit sekali bagi Satrio.

Ketiganya kemudian menaiki mobil pergi meninggalkan rumah sakit. Suasana di dalam mobil juga tidak seperti biasa. Mega duduk diam menikmati pemandangan jalan dan kendaraan malam itu dengan memangku putrinya di atas pahanya.

Dewa sesekali menoleh ke istri dan putrinya. Terasa sekali, jika pikiran Mega bercabang malam itu. Dewa dapat merasakan nya.

"Papa... Ania lapal," ucap putri kecilnya yang memecah keheningan mereka.

"Rania lapar?" balas Dewa dengan suara lembut kepada putri nya.

"He em," angguk nya.

"Rania mau makan apa?" tanya Dewa kembali memberi pilihan kepada putri nya mau makan apa.

"Pa, Ania mau mam bulgel pa," jawab bocah manis itu yang belum jelas untuk menyebut huruf r.

Dewa dan Mega tertawa kecil melihat celoteh anak mereka yang mulai tumbuh semakin pintar.

"Mam burger pa... Hore mam burger..." ujar Mega menirukan gaya bocah manis itu sembari menegakkan kedua tangan putrinya ke atas yang membuat Rania tidak jadi mengantuk malam itu.

Ketiganya kemudian tertawa.

Dewa kemudian menuju pada restoran burger. Dimana Rania sudah tertawa binar dan senang sekali keluar dari mobil.

Ketiganya kemudian makan apa yang sudah di pesan. Rania dengan lahap memakannya tanpa menyia-nyiakan makanan tersebut.

Sedangkan lagu dengan judul Jangan Berhenti Mencintai ku milik penyanyi wanita Titi DJ, menggema dengan keras menyelimuti sudut restoran. Membuat bergetar di hati Dewa kala mendengarnya.

Suara musik di restoran burger itu seperti dapat merasakan apa yang di rasanya. Hatinya jujur berkabut, setelah sepasang matanya menyaksikan sendiri jika Mega tidak bisa menepis ciuman dari adik nya.

Dewa menggenggam erat jemari istrinya dengan tatapan teduh. Menyuruh Mega menikmati lagu tersebut, seolah memberi isyarat padanya untuk tidak berhenti mencintai nya. Dan tidak berubah dengan kedatangan Satrio yang sedikit banyak akan memberi batu sandungan pada kehidupan rumah tangga nya.

Hari kian bergulir...

Semakin dekat...

Dirimu di hatiku...

Meskipun tak terucapkan...

Ku merasakan...

Dalamnya cinta mu...

Jangan berhenti mencintai ku...

Meski mentari berhenti bersinar...

Jangan berubah sedikit pun...

Di dalam cinta mu...

Ku temukan bahagia...

Jalan mungkin berliku...

Tak akan lelah...

Bila disamping mu...

Semakin ku mengenal mu...

Jelas terlihat...

Pintu masa depan...

Jangan berhenti mencintai ku...

Meski berhenti bersinar...

Jangan berubah sedikit pun...

Di dalam cinta mu...

Ku temukan bahagia...

"I love you sayang," ucap Dewa yang terlihat sekali tidak ingin kehilangan dan mengecup lama jemari istrinya.

Mega tersenyum dan menyandarkan kepalanya pada bahu suaminya. Dimana keromantisan tercipta tanpa peduli siapa saja yang melihatnya. Karena diselingi canda saat keduanya melihat Rania dengan lahap sekali makan nya.

Namun tidak pada sepasang mata Satrio. Yang sejak tadi sengaja mengikuti mobil mereka dan berada di tepi jalan. Jelas sekali melihat senyum mereka terpancar bahagia, dari dinding yang kesemuanya dari restoran burger tersebut adalah kaca. Seolah lupa pada hatinya yang tersakiti oleh pernikahan mereka secara sembunyi-sembunyi yang tidak terbuka.

"This is not afair," lirihnya dengan kedua batas pipi yang mengeras bersamaan dengan dengus kasar yang keluar.

Jelas sekali tersirat apapun itu namanya. Rasa benci, kecewa, marah, terluka bersatu dibenak nya. Sulit untuk dia terima dengan lapang dada.

Melihat keluarga kakak nya selesai makan dan hendak pulang. Satrio dengan cepat menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya lebih dulu.

Perjalanan selama dua puluh lima menit itu pun berakhir dengan berhentinya roda empat yang sudah terparkir di garasi rumah.

Masuk ke dalam rumah dan menaiki anak tangga menuju lantai dua. Namun seketika tubuh Satrio berhenti di depan pintu kamar kakaknya. Lagi-lagi banyak rasa itu membuat nya membeku berdiri tanpa ada reaksi.

Entah harus bagaimana kedepannya? Satu atap dengan mereka berdua yang jelas-jelas sudah memberinya kubangan luka cukup dalam di hati paling dasar. Ditutup begitu saja, luka nya masih terasa perih dan sulit terobati. Dan hanya Mega lah penyembuhnya.

Mungkinkah dia harus menghancurkan rumah tangga kakaknya supaya kekasihnya kembali ke pelukannya lagi? Tidak tahu.

Satrio benar-benar diliputi banyak rasa. Tidak serta merta akan membiarkan begitu saja mereka bahagia diatas luka yang sudah mereka buat sewenang-wenang.

Tidak lama suara riak canda tawa mereka terdengar. Membuat Satrio mempercepat langkah dan segera masuk kamar nya.

Dewa dan Mega mengantar putrinya untuk tidur di kamarnya. Setelahnya mereka masuk ke kamar mereka sendiri, bersamaan dengan Satrio keluar dari kamar yang dua matanya dikejutkan oleh suami istri yang tampak mesra dengan saling melingkarkan lengan ke pinggang pasangan nya.

"Mau aku temani ngopi?" tawaran Dewa pada Satrio, supaya mereka bisa berbincang santai seperti dulu. Karena hanya dengan begitu, Dewa berusaha membuat Satrio dekat lagi kepadanya. Dengan begitu, adiknya bisa perlahan merelakan Mega untuk hidup bersama nya.

"Boleh," jawab Satrio yang kemudian setengah menunduk. Menghindari tatapan wanita yang tengah bergelayut di bahu kakaknya. Seketika Mega melepas pelan lingkaran tangan pada pinggang suaminya.

"Kamu tidur duluan ya sayang," kata Dewa kepada istrinya yang didengar jelas oleh dua telinga Satrio.

Mega mengangguk pelan.

Dewa dan Satrio kemudian menyuruh bibi untuk membuatkan dua cangkir kopi dan mereka menikmati malam dengan duduk tegang bermain catur di taman belakang rumah.

Tampak sekali, jika mereka menikmati bermain catur dengan beberapa kali tawa terdengar saat salah satu kalah dalam permainan.

"Apa kamu sudah memaafkan kakak?" tanya Dewa disela-sela permainan mereka.

"Siapa bilang? Aku tidak pernah bilang seperti itu?" tatap Satrio yang jelas sekali jika dia tidak rela begitu saja.

"Jadi maksud kamu?"

"Kakak tahu maksud ku bukan? Jika semua ini tidak adil untuk aku dapat.

"Lalu kamu mau apa?"

"Kakak takut? kalau aku merebut hati Mega secara nyata-nyata kepada kakak," ujar Satrio dimana kepulangan nya tidak ada sangkut paut tentang kata maaf dari kakak nya.

Dewa mendengus halus. Tatapan keduanya terlihat sekali jika nampak sebentar lagi akan terjadi saling gempur antar hati.

BERSAMBUNG

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!