Why?

Satrio menggeleng kepala kecil, pelan dan berulang. Menatap wajah Mega yang tidak ada bersitan gurau di dalam nya. Meraih seluruh jari tangan Mega. Kelopak mata nya membeliak, tatkala melihat cincin melingkar di jari manis kanan Mega yang artinya sudah jelas apa.

Semakin dekat Satrio memperhatikan betul jari manis kekasihnya yang telah tersemat cincin pernikahan. "Apa karena ini?" tanya Satrio sembari menunjukkan cincin tersebut kepada Mega.

Mega mengangguk dengan air mata yang tergenang. Bahkan sejak tadi dia belum sempat mengeringkan wajahnya yang berderai.

Satrio masih terdiam, membisu dengan amarah yang dia tahan dengan segenap rasa tidak percayanya. "Apa kamu serius?" tanya Satrio dengan wajah sedih dan kecewanya. Mengguncang kedua bahu Mega sebagai bentuk penekanan apakah semua yang dia katakan itu benar.

Mega takut dan masih dengan tangisnya.

Satrio mengulang pertanyaannya dengan reaksi yang sama. "Apa kamu serius?" lebih keras lagi dia menyuarakan tanya yang pada akhirnya kedua tangannya luruh dari bahu Mega dan beralih pada kepalanya yang tengah dia pegang kuat karena merasa hancur. Setelahnya dia menunduk. Mengatur apa yang dirasa. Satrio masih belum puas terkait sebab mengapa Mega ingkar janji padanya. "Kenapa Mega, kenapa?" teriaknya membuat Mega semakin takut. Terlebih belum ada kata Dewa yang harus dia ungkap yaitu kakaknya yang akan memperparah keadaan.

Rasanya, ingin lenyap saja dari muka bumi ini untuk sementara. Sayangnya tidak bisa dan malah sekarang harus di depan nya dan mau tidak mau dia harus jujur perihal dustanya.

Bibir Mega tidak sanggup lagi berkata-kata selain isak samar dan tangis sendu yang dia rasakan.

"Aku tidak percaya kamu tega." Satrio mencengkeram lengan Mega dengan tatapan murka dan kecewa yang teramat. "Asal kamu tahu, tidak pernah sekalipun aku berusaha mengkhianati kamu disana. Bahkan tidak pernah terlintas di benakku untuk mencoba mencintai wanita lain dan mengizinkan nya singgah di hatiku, apalagi menetap selain kamu Mega." Pelupuk mata Satrio tanpa sadar basah. Terlihat sekali jika hatinya bukan hanya retak menjalar patah. Namun hancur dan berkeping-keping. "Jadi selama ini kamu membohongi ku? dengan kamu terus berbalas email dengan panggilan sayang kepadaku itu semua palsu? jawab Mega! jawab!" Satrio sudah tidak bisa membendung murka nya. Nada penekanan nya membuat Mega semakin tidak ingin melanjutkan kata-kata.

Mega mengangguk lemah.

"Why?"

"Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi selain itu?"

Satrio melengos, sanggahan Mega tidak serta merta dia terima. Satrio beranjak bangkit dan berdiri. Mencoba menafsirkan semuanya namun sulit untuk dia mengerti. "Siapa laki-laki itu? Apa aku mengenal nya? Apa dia teman kampus kita?"

Tidak lama Rania keluar dari mobil, berlari dan memanggil mama nya. "Mama..." teriaknya keras dan panjang.

Baik Satrio dan Mega menoleh ke arah anak kecil yang ditaksir Satrio berumur sekitar lima tahunan.

"Mama..." Rania yang kemudian memeluk mama nya.

Membuat Satrio tertegun tidak mampu berkata apa selanjutnya. Masih berdiri menatap Mega yang merangkul putrinya untuk duduk di sebelahnya.

Cukup lama retina mereka berdua bertukar. Tanpa ada kata yang keluar, baik dari mulut Mega maupun Satrio.

"Dia putri kamu?" tanya Satrio menyusup di hembusan suara angin siang itu.

Mega mengangguk.

Satrio bertambah hancur hatinya. Pupus sudah harapannya menikahi wanita yang dia amat cintai selama ini. Ingin menjadikannya istri dan ibu untuk anak-anak nya kelak, namun sayang, semua tinggal lah angan. Yang berterbangan bersamaan dengan angin yang membawa asa nya siang itu.

Dewa perlahan berjalan mendekat ke arah mereka. Dimana Satrio masih belum pulih dari rasa kecewa yang didapat nya.

"Kakak, kakak ngapain di sini?" tanya Satrio yang mengetahui langkah kakaknya menghampiri.

"Papa..." teriak Rania lagi yang membuat Satrio tidak mengerti.

Tubuhnya melemah bersamaan dengan sahutan bocah manis itu memanggil kakaknya dengan sebutan papa.

Dewa menggenggam jemari istrinya di depan Satrio. Sontak membuat Satrio sama sekali tidak mengerti dengan apa-apa an ini.

"Jadi kakak suaminya Mega?" tanya Satrio ingin memastikan rasa penasarannya.

Dewa mengangguk.

Buliran jernih tanpa sadar melaju di kedua sisi pipi Satrio. Tidak sadar, jika seorang pria dewasa seperti nya bisa mengeluarkan air mata demi seorang wanita. Mungkin bukan hanya wanitanya saja, namun pengkhianatan mereka. Yang nyata-nyata mereka mainkan hatinya.

"Aku bisa jelaskan Sat," ucap Dewa cepat karena Satrio hendak beranjak mengambil tas ransel yang akan dia panggul di punggungnya.

"Tidak perlu kak, sudah jelas semua. Apa yang mau dijelaskan." Satrio pergi dengan amarah yang dia tahan.

Dewa mengejarnya, terus berkata-kata di belakang adiknya yang berjalan cepat menjauh dari mereka. "Apa kamu tidak ingin tahu alasan apa aku menikahi Mega?"

"Dengan kalian bersama sudah bisa ku artikan semuanya. Kakak tidak perduli dengan perasaanku begitu juga dengan Mega yang tidak setia. Apalagi?"

Dewa dibuat bungkam dengan jawaban adiknya. Benar semua. Perasaan Arumi saja dia abaikan dan memilih Mega. "Bisa kita bicarakan baik-baik Sat."

"Lantas apa kakak saat menikahi Mega, membicarakan nya kepadaku baik-baik?"

"Sat...!" panggil Dewa dimana taksi online Satrio sudah datang.

Satrio masuk ke dalam taksi tanpa ingin mendengar lagi penjelasan apapun dari mereka. Karena baginya, semuanya pengkhianat. Tidak terkecuali keluarganya. Yang dengan tega menyembunyikan pernikahan kekasihnya dan kakaknya selama lima tahun. Dan itu berat bagi dia untuk tampak biasa-biasa saja.

Di dalam taksi, Satrio kecewa berat dengan peristiwa yang mengguncang batinnya. Tidak sangka jika hari yang harusnya berakhir bahagia dengan step by step menuju pelaminan. Berakhir dengan hal yang seperti ini. Mengecewakan dan memberinya luka yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Ting tung

Suara bel rumah berbunyi. Dimana Satrio berdiri di depan pintu persis.

"Sayang..." Ibu Rahma yang terkejut dengan kedatangan putra nomor duanya yang selalu memberi kejutan dan ingin memeluk.

Namun sayang, pelukan nya Satrio abaikan. Membuat ibu Rahma bertanya-tanya. Ada apa gerangan?

Tidak lama Dewa, Rania dan Mega sampai rumah. Dewa bergegas masuk dan ingin berbicara face to face kepada adiknya.

Membuat situasi sedikit amburadul tidak terkendali, ibu Rahma terperangah melihat Dewa masuk tanpa permisi dan berlari menghadang Satrio yang mengemasi keseluruhan pakaiannya dan hendak pergi.

"Apa begini cara mu menyelesaikan masalah?" tanya Dewa bicara dari hati ke hati kepada Satrio saat berada dalam kamar dan memasukkan pakaian nya ke dalam koper besar. "Apa dengan kamu pergi dari rumah ini? masalah selesai?" imbuhnya mencoba meruntuhkan kerasnya hati Satrio saat itu.

"Minimal aku tidak hidup bersama pengkhianat."

Membuat Dewa tidak mampu berucap apalagi. "Minimal kamu juga dengarkan penjelasan kakak terkait semua hal yang terjadi."

"Berapa kali harus ku katakan? Dengan kalian bersama, itu sudah lebih dari cukup untuk mengartikan segalanya. Sekarang aku tanya, apa kakak mau melepas dia demi aku?" tanya Satrio yang membuat Dewa susah menelan saliva nya yang menyangkut di tenggorokan. Karena baginya sekarang, Rania dan Mega adalah segalanya.

Dewa mendengus halus, saat tatapan Satrio begitu tajam menerobos masuk bola matanya. Tersirat pasti, jika jawabannya tidak akan melepas komitmen dia dan Mega begitu saja.

"Hehm," sinis Satrio yang memutus tatapan matanya pada bola mata kakaknya. "Tidak bisa kan? Jangan halangi aku untuk pergi dari rumah ini!" Satrio melanjutkan mengemasi semuanya yang diperlukan, untuk hidup sendiri tidak bersama keluarga nya.

Mega masuk dan tatapan dua pria itu tertuju padanya.

"Harusnya kamu tidak mengikuti hawa nafsu kamu," ucapan Mega untuk menghalangi Satrio pergi.

Terdengar tidak dapat dia terima di kupingnya. Satrio mendekat tepat berdiri di depan Mega. "Siapa kamu? berani menghalangi ku pergi. Dasar wanita murahan, wanita tidak setia, wanita yang berhati palsu dan suka mempermainkan perasaan orang." Makian Satrio membuat telinga Dewa panas detik itu juga namun masih dia tahan untuk berdiri pada tempatnya dan belum beranjak. Biarpun kepalan tangan kanannya sudah siap untuk memberi pelajaran kepada mulut tajam adiknya.

Bulir jernih dari dua mata Mega melaju bersamaan dengan cercaan Satrio kepadanya. Marah nya bersamaan tangis dan tatapannya dia tujukan persis pada pria yang belum sah kata putus darinya.

"Kenapa? mau tampar aku?" Satrio memberikan pipinya jika memang Mega mau menamparnya.

Namun Dewa dengan cepat menarik lengan adiknya dan memukulnya.

Bugh

"Jangan sekali-kali kamu hina dia! Dia tidak salah apa-apa." Dewa begitu marahnya saat hati istrinya dilukai. Tidak peduli dengan siapa pun itu termasuk adiknya sendiri.

Satrio semakin sakit hati. Terdengar jelas apa yang disampaikan kakaknya, itu berarti Dewa begitu mencintai Mega hingga akhirnya mereka bersama.

Tanpa banyak kata dia menutup kasar koper besarnya dan membawanya pergi keluar kamar. Dengan sengaja dia tabrakan bahunya dengan bahu Dewa sebagai bentuk kekesalan Satrio pada kakaknya.

"Mau kemana kamu sayang? Satrio, Satrio..." Ibu Rahma yang kuasai perasaan sedih bercampur dengan bingung. Namun sejak awal sedikit banyak hal ini sudah terlintas di kepalanya saat Satrio mengetahui apa yang mereka sembunyikan.

BERSAMBUNG

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!