Malam ini.... tiba-tiba peristiwa 4 tahun yang lalu menari-nari di ingatanku
kalau bukan karena peristiwa itu gak mungkin ada Vano juga tidak mungkin aku menikah dengan laki-laki itu, air mata ini mesti jatuh kalau mengingat peristiwa itu.
Empat tahun yang lalu...
aku tak begitu mengenal ayahnya Vano
waktu itu sepulang kerja cuaca hujan kebetulan aku tidak bawa sepeda motor aku pulang naik angkutan umum ketika menunggu angkutan umum tiba-tiba ada seorang laki-laki mengendarai sepeda motornya menuju ke arahku, aku tidak tau siapa dia karena dia memakai helm teropong
"Mau pulang?" sapanya.
"Iya" aku jawab dengan cuek.
"Aku antar ya?" balasnya
Aku tau dia laki-laki yang sering nongkrong di warung kopi dekat sama tempatku kerja yang sering menggodaku tapi tak pernah aku tanggapi, karena angkutan lama akhirnya aku menghiyakan.
Dalam perjalanan ke rumah, kami ngobrol-ngobrol ringan.
"Kok kamu sering sendirian.
jomblo ya?" tanya laki-laki itu.
"Oh enggak" jawabku sekenanya.
"Kalau aku suka kamu bagaimana?" tanya laki-laki itu.
Ish.. nggombal banget sih orang ini pikirku.
"Kamu ngomong apa sih?" jawabku ketus.
"Loh ini mau kemana ini bukan arah rumahku kamu mau bawa aku kemana?"tanyaku.
"Bentar ada sesuatu yang akan aku ambil" jawabnya.
Aku terdiam tapi perasaanku sudah tidak enak, sepeda motor masuk ke gang kecil dan berhenti di sebuah rumah aku juga tidak mengenal daerah sini, kami turun dan dia membuka kunci pintu rumah itu.
Aku bertanya kepadanya.
"Apa ini rumahmu?" dia mengangguk pelan.
"Oh ya kita belum kenalan" katanya.
"Namamu siapa?" tanya dia.
"Aku Arinda" jawabku.
"Aku Ardi" katanya.
"Sebentar ya aku buatkan minuman kamu duduk dulu" katanya sambil berjalan ke belakang rumahnya sedangkan aku duduk di ruang tamu, baju yang aku kenakan sedikit basah kena hujan, tak lama kemudian Mas Ardi datang menghampiriku dan memberi gelas berisi minuman teh hangat kepadaku.
Kemudian aku meminum teh hangat buatan Ardi lumayan bisa menghangatkan tubuhku setelah kena hujan pikirku.
"Terimakasih" ucapku.
"Oh ya gak apa-apa" jawabnya.
Tak berselang lama dari minum teh tersebut, aku ingin segera pulang tapi kenapa kepalaku ini terasa pusing sekali dan mataku terasa berat sekali ingin tidur rasanya.
Aku tak tau apa yang terjadi setelah ini
Ketika aku terbangun.
Aku lihat sekeliling, bajuku... aku berada di sebuah kamar bersama dengan Mas Ardi dengan tanpa baju sehelaipun dan terlihat ada darah di sekitar kemaluaku dan masih terasa ngilu sakit.
"Astaghfirullah, kamu apakan aku? kurang ajar sekali kamu, aku dimana" tanyaku.
Tangisku pecah seketika.
Serasa dunia ini hancur semua menimpaku aku terus menangis, Mas Ardi hanya diam didekatku, saat dia mau memelukku aku teriak lepaskan aku menghindar darinya sambil mencari apapun yang bisa untuk menutupi tubuhku, aku duduk terpaku.
"Maaf... "itu kata pertama yang keluar dari mulut Mas Ardi
Aku gak perduli aku terus menangis menyesali kenapa aku mau diboncengnya hingga terjadi kejadian ini.
"Kamu tau tidak aku menyukaimu hampir tiap hari aku memperhatikanmu tapi kamu tidak pernah meresponya, aku ingin menikahimu" katanya
dieerrr serasa ada suara tembakan ke kepalaku.
"Apa....?" tanyaku terkejut
"Apa dengan cara ini kamu bisa dapat cintaku
kurang ajar sekali dimana hatimu kenapa kamu rusak aku, apa salahku sama kamu?
apa karena aku tak pernah mempedulikan panggilanmu dan kamu mengganggapnya aku tidak suka dan kamu perkosa aku dengan cara ini agar aku cinta? licik sekali pikiranmu
aku tak pernah cinta sama kamu
mana bajuku, aku mau pulang, jangan ganggu aku lagi" kataku sambil menangis.
Terus aku menangis, rasanya ingin aku mengakhiri hidupku saja.
"Apapun yang terjadi sama kamu aku bertanggung" jawab katanya.
Aku diam tak menggubris dia.
"Mana bajuku" tanyaku dengan kesal, dia berjalan mengambil bajuku dan meninggalkanku sendiri.
Waktu menunjukkan pukul 11 malam aku tak tau harus pulang atau bagaimana, orang tuaku apa tidak mencariku? batinku dan kuambil tas, kulihat hpku, bener orang tuaku menelponku berkali-kali dan ada pesan masuk menanyakan keberadaanku, ingin rasanya menusuk-nusuk hatinya dengan pisau biar mati orang ini.
Setelah kejadian itu aku memilih mengurung diri dan lebih pendiam aku merasa tubuhku ini kotor sekali walaupun mandi berkali-kali aku merasa masih kotor, dan terus membenci dia.
Ketika berangkat dan pulang kerja selalu bertemu Ardi aku benci sekali dengan dia sehingga untuk menghindarinya aku berniat resign dari pekerjaanku.
Suatu sore sepulang kerja seperti biasa Ardi berada di sekitar kerjaku kayak kurang kerjaan ketika aku melihat dia hanya kebencianku yang semakin dalam.
Beberapa hari ini badanku tidak enak tapi bagaimanapun aku harus berangkat kerja karena laporan harus selesai hari itu
pulang kerja seperti biasa aku berjalan kaki menunggu angkutan beribu kali Ardi menawarkan mengantarku pulang aku tak menggubrisnya aku masih ingat dan benci sekali peristiwa sebulan yang lalu
aku berjalan keluar kenapa mataku berkunang-kunang badanku gak enak banget seketika itu aku pingsan
sadar dari pingsan aku sudah berada di klinik tak jauh dari tempatku kerja disampingku ada Ardi, aku diam saja hatiku masih sakit sekali mengingat peristiwa itu
seorang perawat datang menemui kami,
"Ibu sudah sadar ya? bisa ke kamar mandi?" pinta perawat tersebut kepadaku dan aku menurutinya.
Aku ikuti perawat tersebut, dalam perjalanan mengikuti perawat tersebut bertanya kapan aku terakhir haid dan perawat itu memberiku wadah kecil untuk kuisi dengan air kencingku, dan menyerahkan kepada perawat tersebut, tak lama kemudian aku menuju tempat semula menunggu selanjutnya, dan perawat yang tadi menemuiku kembali lagi.
"Ibu Bapak selamat ya istri anda mengandung istri anda sedang hamil 4 minggu" kata perawat tersebut.
Mataku terbelalak tanpa bisa berkata apa-apa
aku hamil batinku.
Seketika itu air mata ini tak bisa terbendung lagi, bagaimana malunya aku juga keluargaku
setelah menyelesaikan administrasi aku keluar dari klinik tersebut Ardi berjalan dibelakangku aku tak pernah pedulikan dia
karena kondisiku yang kurang sehat aku diantar Ardi pulang.
Setiba di rumah aku langsung masuk kamar
sedangkan Ardi menemui kedua orang tuaku bermaksud untuk melamar juga menikahiku.
"Maaf... bukan bapak menolak niat baik nak Ardi tapi mohon kedua orang tuamu juga datang kesini" kata bapakku.
Tak lama kemudian Ardi pamit pulang janji esok harinya kesini lagi bersama orang tuanya.
Aku masih saja di kamar mengelus perutku janin ini tidak salah apa-apa tak terasa air mata jatuh di pipiku, kenapa hidup ini tak adil sekali kenapa aku harus menikah dengan cara ini, kenapa aku tidak menikah dengan orang yang benar-benar aku cintai.
Setelah kejadian aku pingsan esok harinya aku mengundurkan diri dari perusahaan tempatku bekerja, dua minggu kemudian aku menikah dengan Ardi, aku tak tau bagaimana harus mencintai orang yang tidak pernah aku cintai, mencinta bapak dari anak yang aku kandung.
Suatu hari...
"Rinda... kamu sudah jadi istriku apa aku orang yang tidak bisa kamu maafkan?" kata Mas Ardi.
Aku hanya diam tak berkata diam seribu bahasa, hatiku masih sakit sekali, aku tau sekarang dia suamiku dan ini takdirku aku harus berusaha menjadi istrinya yang baik.
"Maaf... mas, aku akan belajar untuk menerimamu" kataku.
Hari berganti hari bulan berganti bulan tiba saatnya aku melahirkan dengan segala perjuangan seorang Ibu melahirkan bayi mungil laki-laki yang kami berinama Vano Arif Firmansyah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Sept September
Masa lalu ...biarlah berlalu 😥
2020-08-01
1
Priska Anita
Singgah disini 💜
2020-07-22
1
Ayuastuti
ceritanya bagus thor, akuu sukaa 🤗🤗
jangan lupa mampir di novel ku yang berjudul "Wanita Malam" 😍
saling mendukung itu jauh lebih indah ❤️❤️
2020-07-04
1