Ardi begitu perhatian padaku, semoga saja perhatianya benar-benar tulus hampir setahun aku menikah dengan Ardi masih susah aku menerimanya masih susah aku mencintainya, masih selalu teringat perbuatanya dulu.
Berjalannya waktu, aku akhirnya bisa menerima dia dan muncul rasa cintaku pada suamiku Ardi.
"Vano hati-hati nanti jatuh" kataku saat melihat Vano belajar berjalan.
Vano tersenyum memandangku dan bangun lagi saat terjatuh karena belum bisa berjalan dengan baik, usia Vano sudah 12 bulan.
Selama aku menikah dengan Ardi aku tidak bekerja aku fokus pada kehamilanku dan mengurus anak, Ardi ternyata juga tidak bekerja pasti semua kebutuhanku dipenuhi oleh mertuaku, aku tinggal bersama dengan mertuaku.
Alhamdulillah kedua mertuaku baik sama aku juga Vano, tapi aku sebenarnya tidak enak kalau selalu tergantung sama mertuaku, ingin aku bekerja kembali tapi siapa yang akan mengurusi Vano, mertuaku semua sibuk bekerja, orang tuaku juga sedangkan suamiku sendiri sering keluar tidak jelas kalau ditanya jawabnya cari kerja cari uang tapi tidak membuahkan hasil.
Suatu hari....
Tok tok tok pintu rumah diketuk dari luar aku keluar rumah membuka pintu terlihat seorang wanita usianya sekitar 40 tahun aku tidak mengenal perempuan ini.
"Ada perlu apa Bu?" tanyaku.
"Ardi ada?" tanyanya.
"Lagi keluar suamiku Bu silahkan masuk silahkan duduk" aku mempersilahkan tamu tersebut, tamu tersebut duduk di kursi tamu.
"Mbak ini apanya Ardi?" tanyanya.
"Saya istrinya?" jawabku tapi aku penasaran siapa wanita ini, saat ini di rumah hanya aku dan Vano yang sedang tidur dan bapak ibu mertuaku sedang bekerja dan belum pulang
"Mbak... aku istri sirinya Ardi" kata perempuan itu.
Jleb rasa hatiku
"Aku istri syah nya Ardi, Ibu mau apa?
apa kesini hanya memberitahukan padaku tentang statusmu ini?" tanyaku dengan nada marah.
"Silahkan meninggalkan rumah ini sebelum saya memanggil tetangga untuk mengusirmu!" gertakku
Perempuan itu meninggalkan rumah ini, aku tak tau apa maksud wanita tersebut menemuiku dan menjelaskan hubunganya dengan suamiku.
Aku bergegas menutup pintu, air mataku tak terbendung lagi aku menangis masuk ke dalam kamar kuraih guling dan kurangkul.
Ya Allah apalagi ini...
Ketika hatiku berusaha untuk menerima Ardi dengan susah sekali dan aku memulai untuk mencintainya tapi kenapa di hatinya ada wanita lain sudah tua usianya dariku lagi.
Vano bangun dari tidurnya aku segera mengusap air mataku dan tersenyum melihat Vano walaupun hatiku hancur berkeping-keping tapi aku menutupi di depan Vano.
Suatu malam ketika Ardi pulang aku diam tak peduli, tiba-tiba hape ku berdering kuangkat
"Hallo..."
"Assalamualaikum" sapaku.
"Maaf ini dengan siapa?" tanyaku.
"Ardi sudah pulang ya?" tanyanya.
"Oh sudah" jawabku.
"Apa mau bicara sama dia" tanyaku lagi.
"Oh tidak" jawabnya.
"Nitip jaga Ardi ya jangan diapa2kan ya dia kekasihku" jawabnya dengan kecentilan
jleb rasanya hatiku ini.
Dalam hati siapa lagi perempuan ini? kalau dilihat dari suaranya sepertinya masih muda.
Aku lihat Ardi merokok di luar rumah, aku tak pedulikan dia, aku masuk kamar tidur tapi tidak bisa tidur juga pikiranku melayang kemana-mana, tak lama kemudian Ardi masuk ke kamar, aku tidur membelakangi dia, Ardi menoleh ke arahku dia lihat aku menangis.
"Kamu kenapa?" tanyanya.
"Gak usah tanya aku kenapa" jawabku.
"Tanya sama hati nuranimu sendiri kamu kenapa saja setiap keluar rumah?" jawabku dengan marah.
"Aku cari uang" kilahnya.
"Cari uang apa cari perempuan?" ucapku dengan ketus.
"Rinda.... kamu kok gak percaya sama suamimu?" katanya.
"Bagaimana aku percaya sama kamu? lihat itu di hapeku nomer siapa itu? kok bisa nomer hp ku ada di perempuan itu kalau bukan kamu yang kasih atau dia lihat hpmu dan menemukan nomerku, terus kapan hari ada perempuan setengah tua datang kesini bilang dia istri sirimu, maksudmu apa? kamu ingin menikahiku dengan caramu yang licik tapi kenapa kamu lukai aku terus? ketika aku sudah bisa menerimamu dan mulai mencintaimu kenapa kamu menghianatiku? kenapa kamu selalu menyakitiku? apa salahku ke kamu? jawab? jangan diam!" kataku dengan marah tapi suaraku tidak keras, karena kwatir di dengar mertuaku.
"Besok aku pulang ke rumah orang tuaku
gak tau kapan balik lagi lelah aku seperti ini
sakit hatiku ini" kataku lagi.
Malam itu aku menyiapkan pakaian dan sebagainya untuk aku bawa pulang hatiku sakit sekali.
"Rin... jangan pulang ya? aku minta maaf aku khilaf" kata Ardi.
Aku diam saja sambil terus memilah milah mana yang akan aku bawa pulang besok.
"Apa?" tanyaku.
"Khilaf kok terus, khilaf kok serasa disengaja?" ucapku dengan nada marah.
"Kamu pikir aku ini apa? seenak hatimu kamu permainkan?" kataku lagi.
Air mata terus berlinang dipipiku
Keesokan paginya.
"Rinda sama Vano pulang ke rumah orang tua Rinda dulu Bu, sudah kangen sama Ibu Bapak" alasanku pamit ke Ibu mertuaku.
"Hati-hati Rin, salam untuk orang tuamu" kata Ibu mertua.
Aku pulang diantar sama suamiku, dalam perjalanan aku diam saja tak ada sepata katapun kalimat yang keluar dari mulutku. Hatiku masih sakit.
Tiba di rumah disambut oleh Ibu Bapakku mereka kangen sama cucunya, lama aku tidak pulang, Ardi tak lama dari itu pamit pulang ke rumah orang tuanya.
Hari berganti hari minggu berganti minggu tak ada kepastian dari Ardi mau dibawa kemana rumah tangga ini, akupun menyibukkan diri mulai melamar pekerjaan dari satu perusahaan ke perusahaan lainya, aku tak mau sedih memikirkan kelakuanya Ardi, pikiranku sekarang bagaimana aku bisa menghidupi diriku dan anakku dengan cepat dapat pekerjaan, aku harus kuat demi anakku, akhirnya aku diterima di perusahaan pengelolaan ikan di tempatku tinggal sebagai staf pemasaran.
Suatu hari Ardi menelponku mengajakku bertemu, aku janji bertemu Ardi sepulang kerja.
"Rin... bagaimana kabarmu?" sapa Ardi
"Baik" jawabku singkat.
"Rin.." Ardi berhenti berkata kemudian menghisap rokoknya.
"Maaf Rin aku gak bisa ninggalin perempuan yang ke rumah dulu?" katanya.
"Memang aku menikah siri dengan dia, dia yang selama ini membantu keuanganku" jelasnya.
"Kalau aku meninggalkan dia siapa yang akan memberiku uang?" lanjutnya.
"Ya sudah kamu sama dia saja kamu itu laki-laki harusnya cari kerja cari uang bukan mengandalkan orang lain, kamu urus perceraian kita" jawabku acuh.
"Aku tak bisa kamu duakan begini, kamu jahat sekali mas" kataku dan mataku berkaca-kaca.
"Aku tak tau harus ngomong apa ke kamu, kamu sangat terlalu sangat jahat padaku, kamu bilang cinta ingin mendapatkanku dengan cara licikmu setelah aku kau dapat kemudian kau hempaskan, sakit... mas" ucapku.
Ardi diam sambil menghisap rokoknya aku tak tau apa yang ada dalam pikirannya
hatiku semakin hancur karena dia lebih memilih wanita tua itu.
Beberapa minggu kemudian keluarga Ardi datang ke keluargaku untuk meminta maaf atas kelakuan Ardi kepadaku, mereka menginginkan aku rujuk kembali, tapi hati sudah hancur sudah sakit sudah tidak bisa terobati atas semua penghianatannya dan Ardipun bersikukuh tidak mau meninggalkan perempuan tua itu, bagaimanapun perceraian adalah jalan satu-satunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Sept September
jempollll kak
2020-08-01
1
Priska Anita
Like untuk author 💜
2020-07-22
0