Adzan subuh berkumandang serasa membangunkan setiap insan dari mimpinya
setelah sholat subuh aku menyiapkan segala kebutuhanku dan bekal kebutuhan si kecil selama sehari di penitipan anak.
Pagi jam 7 aku sudah siap menuju tempat kerjaku bersama anak gantengku Vano karena aku tidak mau merepotkan kedua orang tuaku untuk mengurus anakku jadi setiap hari Vano ikut bersamaku, saat aku bekerja Vano di penitipan anak yang lokasinya tidak jauh dari tempat kerjaku.
"Bu Pak berangkat dulu, Vano salim sama Mbah uti juga Mbah kung ya" pintaku sama Vano, Vano dengan tangan mungilnya mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan kedua orang tuaku.
Aku berjalan menuju sepeda motorku sambil menggendong Vano dengan gendongan ransel di depan, menaruh tas di depan dan mensetater sepeda motor matik, tangan Vano melambai-lambai sambil berkata "dada dada" kepada kedua orang tuaku sambil tertawa, sungguh menggemaskan anak ini batinku.
Sepanjang perjalanan menuju kantor adalah hal yang selalu kurindukan, bagiku setiap hari ditemani anak dengan celotehannya yang menggemaskan, walaupun lelah letih sedih dengan segala problema kehidupanku tapi tak kurasakan ketika melihat senyum manis Vano.
Sampailah di penitipan anak segera aku turun dari sepeda membuka pintu penitipan anak kubuka gendongan ransel, Vano masih tertidur lelap tak tega untuk membangunkanya akhirnya kubiarkan tidur beralaskan gendongan ransel.
"Bu Via nitip Vano ya, nanti jam 4 saya jemput kalau ada apa-apa tolong saya dikabari" pesanku.
"Iya Bu Rinda" jawab Bu Via
Kulangkahkan kakiku keluar dari penitipan anak menuju tempat kerjaku, masih setengah jam lagi masuk kantor batinku ke kantin dulu untuk sarapan pikirku.
Sepeda kukendarai menuju kantin sudah banyak lalu lalang karyawan baik karyawan pabrik maupun kantor yang sudah datang.
"Mbak Yah... biasa pecel ya sama susu jahe nanti dibawa ke ruanganku ya!" pesanku ke mbak Yah penjaga kantin tempatku kerja.
"Iya Bu segera kesana" jawabnya dengan semangat.
Sepeda kuparkir ke tempat parkir khusus karyawan kantor dan aku naiki tangga menuju lantai dua dimana tempatku kerja berada.
"Hai Nia" sapaku ke teman kerjaku yang juga sahabatku.
"Tumben ceria kamu Rin ada apa?" tanyanya kepo.
Sambil menuju meja kerjaku, aku menyalakan komputer dan kujawab
"Kepo banget masak teman seneng kamu gak suka, emang kamu suka ya kalo aku nangis sedih terus? bisa-bisa air mataku habis sapa coba yang akan donor air mata ke aku?" omelku, disambut oleh tertawanya Nia dan akupun ikut tertawa.
Kubuka file di komputerku dan mulai mengecek satu persatu data
tiba-tiba mbak Yah datang membawa makanan pesananku segera aku makan sarapan karena pagi gak sempat untuk sarapan.
"Nia... ini kenapa ya pemasaran kok turun nilainya ya? Pak Farid apa sudah tau kalau bulan ini ada penurunan pemasukan? padahal bulan depan ada rencana untuk menaikkan gaji karyawan" kataku.
"Kayaknya belum tau Rin jawab Nia.
Aku berdiri dan berjalan menuju kantornya Pak Farid sambil membawa beberapa map sampai di depan kantor pintu Pak Farid kuketuk pintunya beberapa kali dari dalam terdengar suara.
"Masuk..." segera kubuka handel pintu dan aku masuk menuju meja Pak Farid, "Ada apa Rinda" tanya Pak Farid.
"Maaf Pak ini saya mau melaporkan omzet perusahaan bulan ini ada penurunan bagaimana bulan depan? kan mau ada kenaikan gaji untuk karyawan" jelasku.
Pak Farid segera membuka lembar demi lembar laporan data dariku kemudian mengangkat telp untuk menelpon seseorang.
"Rinda kamu tetap disini dulu tunggu sebentar setelah ini ada rapat disini" pinta Pak Farid.
"Iya Pak" jawabku sambil tersenyum.
Beberapa menit kemudian Mas Anton, Mas Ridwan dan Mbak Farah datang ke kantor Pak Farid kami duduk di ruang rapat dipimpin Pak Farid.
"Anton bagaimana kinerja produksimu bulan ini kenapa mengalami penurunan?" tanya Pak Farid
"Maaf Pak Farid bulan ini memang hasil tangkap ikan dari nelayan menurun diakibatkan oleh gelombang tinggi jadi nelayan tidak banyak yang berani melaut" jelasnya.
"Ridwan bagaimana dengan permintaan pasar akan ikan laut ini?" tanya Pak Farid lagi.
"Permintaannya banyak pak tapi bagaimana lagi kalau stock ikan kita berkurang" jelasnya.
"Farah kondisi keuangan perusaahaan bagaimana bisakah untuk menaikkan gaji karyawan bulan depan? perusahaan sudah mengumumkan kalau ada kenaikan gaji kalau tidak dinaikkan apa gak demo semua karyawan?" tanya Pak Farid kemudian.
"Kalau untuk bulan depan bisa Pak tapi bulan selanjutnya tidak menjamin bila stok ikan kita berkurang terus" jelas Farah.
"Pak bagaimana kalau perusahaan ini tidak hanya mengolah ikan laut saja tapi ikan air tawar juga?" usulku.
"Maksudmu bagaimana Rinda?" tanya Pak Farid.
"Begini Pak daerah sini kan banyak petambak ada udang, gurami, lele, bandeng bagaimana kalau ikan tersebut juga dikenalkan?" jelasku kemudian.
"Bagus Rinda idemu akan saya kaji lagi" jawab Pak farid dan rapat selesai.
Aku meninggalkan kantor Pak Farid bersamaan dengan Mas Anton, Mas Ridwan dan Mbak Farah
Tiba di kantor.
"Rin tadi hapemu bunyi berkali-kali aku gak berani angkat nanti lah someone mu" goda Nia.
"Ngawur saja kamu Nia, ini saja proses belum selesai bisa-bisa Vano diambil dia, aku gigit jari" kataku.
Kuambil hp dari dalam tas ku dan kubuka ada panggilan dari nomer asing
Kutelpon balik nomer asing tersebut beberapa kali akhirnya dijawab juga
"Hallo..." sapaku.
"Hallo" dari seberang sana suara laki-laki
"Maaf ini dengan siapa tadi telpon ke nomerku ini ya" tanyaku.
"Ini dengan Arinda Widya Arini ya?" tanyanya.
"Iya betul ini dengan siapa?" tanyaku balik.
"Bu Arinda ini dari Pengadilan Agama tadi ke alamat Ibu, rumah Ibu tertutup kata tetangga Ibu sedang bekerja, bisa kita ketemu hari ini Bu?" jelas pria tersebut.
"Oh iya pak bisa, saya bekerja di daerah jalan mayjend sungkono bisa ketemu di daerah sekitar situ sekitar jam dua belasan lebih ya waktu saya istirahat" pintaku.
"Oke bu" jawabnya dan telpon aku tutup.
"Hayooo siapa?" goda nia.
"Orang pengadilan mau ketemu aku untuk tanda tangan berkas kamu mau ikut nanti menemuinya?" tanyaku.
"Oke" jawab nia.
Waktu menunjukkan jam 12:15 aku dan Nia turun ke bawah menuju parkir sepeda motor, mengendarai sepeda motor menuju pintu keluar sambil menggonceng Nia menuju rumah makan dekat dengan tempatku bekerja untuk bertemu dengan orang dari Pengadilan Agama sekalian makan siang.
Sampailah di rumah makan tempat kami bertemu dan kuhampiri seorang pria sendiri dipojokan.
"Maaf masnya dari Pengadilan Agama?" tanyaku
"Iya ini Bu Arinda ya?" tanyanya.
Aku dan Nia duduk didepan pria tersebut
pria itu mengeluarkan map dari tasnya dan membuka di depanku.
"Bu ini ya pengajuan cerainya bisa ditandatangani disini dan ini untuk ibu bawa ke Pengadilan tanggal 8 mei jam 9 pagi di ruang sidang 2 ya" jelasnya.
"Oh iya Mas terima kasih ya saya pamit dulu" kataku sambil berdiri dari tempat dudukku dan menuju kasir untuk memesan makanan
selesai makan aku dan Nia kembali ke kantor tempat kami bekerja untuk melanjutkan pekerjaan kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Dhesie Kertiasih
kLldklllljll
2022-01-28
1
SAKABIYA🌻
Heum, kehidupan rinda struggle banget thor, vanonya boleh titip di rumahku aja sini, utututu tayaaang 🤗🤗🤗
2021-01-02
1
Sept September
jempollll lagi buat Kakak
2020-07-31
2