Melarikan diri

"Akkhhh," Alesha terpekik kesakitan, saat Alden mencoba menerobos ke dalam milik Alesha, mendengar Alesha yang kesakitan, Alden pun berhenti dan membiarkan Alesha mencoba terbiasa lebih dulu. Tidak lama, nampaknya Alesha sudah membaik, perlahan tapi pasti Alden pun melakukaknnya dengan perlahan. Alden benar-benar melakukannya dengan lembut, hingga mereka berdua sama-sama mencapai puncak kenikmatan. Alden mengecup kening Alesha dan berbaring di samping Alesha yang kelelahahan, setelah malam panas mereka.

'Aku janji, siapapun kamu ... aku akan bertanggung jawab,' batin Alden penuh tekad. Alden tahu, kalau ini adalah kali pertama Alesha melakukannya, dan Alden sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan bertanggung jawab atas apa yang sudah terjadi malam ini.

Di sisi lain, Elsa tengah kebingungan mencari sang Kakak, dia sudah bertanya pada resepsionist namun mereka tidak tahu. Elsa  akhirnya memutuskan untuk menginap di hotel itu, karena tidak mungkin dia pulang tanpa Alesha, apalagi Alesha juga yang memegang kunci mobil. Elsa sudah beberapa kali menghubungi Alesha, namun sama sekali tidak ada jawaban.

.

.

Alesha mulai mengerjapkan matanya, saat dia membuka mata, Alesha merasa sangat asing dengan pemadangannya saat ini.

'Ini bukan kamar ku?' batin Alesha. Dia hendak bangkit dari tempat tidur, namun Alesha merasakan tubuhnya serasa remuk, dan yang lebih mengejutkan lagi, Alesha melihat tubuhnya yang kini hanyalah di tuttup selimut.

'Ti-tidak, apa yang terjadi semalam?' batin Alesha, dia menatap nanar, pada ranjang yang terdapat noda merah. Alesha yakin, semalam sudah terjadi hal yang seharusnya tidak terjadi diantara mereka. Suara seseorang yang tengah mandi, menyadarkan Alesha bahwa dia harus segera pergi dari sana. Alesha kembali memakai gaunnya,  dan mengambil jas milik si pria untuk menutupi tubuh bagian atas, karena tepat di bagian dada, ada jejak kemerahan di sana.  Alesha mengambil barang-barangnya dan berlalu pergi.

"Elsa?" Alesha teringat dengan sang adik, saat sudah sampai di lift, Alesha mencari ponselnya. Ternyata dari semalam sudah ada panggilan tidak terjawab beberapa kali dari Elsa, dan Alesha pun mencoba menghubungi adiknya.

["Hallo, kak Alesha?  syukurlah Kakak menghubungi aku, aku khawatir banget sama Kakak,"]  ujar Elsa, di seberang telepon.

["Kamu di mana?"] tanya Alesha, dia tidak menjawab pertanyaan sang adik, namun langsung menanyakan di mana keberadaan Elsa saat inu.

["Aku menginap di hotel Kak, nggak mungkin kan aku pulang tanpa Kakak,"] jawab Elsa, dan membuat Alesha seketika lega.

["Ya sudah, sekerang juga kamu ke parkiran mobil ya? Kakak tunggu,"] hanya itu jawaban Alesha, dia pun segera bergegas meninggalkan hotel, karena takut pria itu akan mencari Alesha. Sesampainya di mobil,  Alesha langsung mencoba untuk mentralkan debaran jantungnya, satu yang Alesha lakukan sekarang, dia harus terlihat biasa saja di hadapan sang adik.

"Kak?"  Elsa mengetuk pintu kaca mobil, dan langsung dibukakan oleh Alesha.

"Kakak semalam ke mana?" tanya Elsa, sebab dia terus mencari keberadaan sang Kakak yang tak kunjung ketemu.

"Kakak .... di bantu teman, dia bawa Kakak untuk menginap di salah satu hotel," ujar Alesha bohong.

"Yakin?" tanya Elsa memastikan.

"Iya, buktinya dia kasih Kakak jas ini,"ucap Alesha memperlihatkan jas yang tengah dia kenakan.  Elsa pun hanya mengangguk paham.

"Kita pulang sekarang ya?" Alesha pun langsung melajukan mobilnya menuju kediaman Abraham. Dalam perjalanan pulang, Alesha dan Elsa sudah sepakat, untuk sama-sama menjawab, bahwa semalam mereka menginap di hotel, karena tiba-tiba vertigo Alesha yang kambuh.

Benar saja, saat mereka berdua sampai, Ratu sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan tajam. Baik Alesha maupun Elsha,  sama-sama terdiam dan tidak berani berkutik, karena mereka tahu kesalahan mereka.

"Masih berani pulang?" nada yang biasa, namun bagi Alesha juga Elsa itu terdengar mengerikan.

"Maaf, Mah ..." lirih kakak beradik itu.

"Kenapa semalam nggak pulang?" tanya Ratu, kini wajahnya mulai terlihat garang.

"Kami menginap di hotel Mah, karena Vertigo Kak Alesha tiba-tiba kambuh," ucap Elsa, lebih dulu menjawab.

"Hah?  benar itu Alesha?" wajah garang Ratu, kini berubah menjadi khawatir.

"Iya, Mah ..." jawab Alesha, jujur saja Alesha juga bingung harus mengartikan bagaimana, sebab dia memang merasakan pusing teramat sangat pada kepalanya, namun memang berbeda dengan vertigo yang biasa Alesha alami.

"Ya sudah, sebaiknya sekarang kalian bersih-bersih dulu, baru setelah itu sarapan ya?" ujar Ratu kepada kedua putrinya, kini Alesha dan Ratu bisa bernapas lega.

Alesha langsung masuk ke dalam kamarnya, dan menuju kamar mandi. Di lepasnya jas itu dan menampilkan bagian dada Alesha yang terbuka, di sana terdapat jejak berwana merah keunguan. Alesha paham itu pasti milik pria yang bersamanya. Alesha menyalakan shower dan dia berlutut di bawahnya, dia berusaha untuk membersihkan tubuhnya yang dianggap kotor.

'Kau bodoh Alesha!' jerit Alesha dalam hati. Dia merutuki kebodohannya. Saat ini, ada hal yang harus Alesha pikirkan, bagaimana dengan Adrian? bagaimana jadinya jika calon tunangannya itu tahu.

'Apa yang harus aku lakukan?' batin Alesha.

.

.

Di sisi lain, Alden Xavier, pria itu baru saja menyelesaikan mandinya, namun Alden benar-benar terkejut, karena Alden tidak melihat wanita yang bersamanya semalam.

'Sial, sepertinya dia pergi,'  batin Alden. Dia bingung harus mencari wanita itu di mana, sebab yang Alden juga tidak tahu nama wanita itu.

"Arggghhh!!!" Alden murka, padahal dia sudah mengklaim Alesha menjadi miliknya, namun Alesha malah berhasil kabur. Alden bertekad bahwa dia akan mencari Alesha sampai ketemu bagaimanapun caranya. Namun, saat ini Alden harus bergegas, karena dia harus kembali terbang ke Amerika, untuk mengurus pekerjaannya di sana.

Alden, membawa serta sprei yang sudah bernoda merah itu. Alden berjanji akan mencuci noda itu sendiri bukan orang lain. Alden membayar kepada pihak hotel, 5x lipat harga sprei itu, membuat pihak hotel kebingungan dengan sikap Alden yang begitu kekeuh ingin membawa sprei bekasnya tidur.

-//-

Hampir satu bulan, setelah kejadian malam itu. Alesha perlahan sudah bisa menepikan kenangan buruk malam tragis itu. Namun, satu hal yang masih Alesha pikirkan, apakah kekasihnya masih akan bisa menerima Alesha? setelah tahu bahwa Alesha sudah tidak suci lagi? Alesha ingin berterus terang kepada Adrian, namun Alesha masih belum memiliki keberanian.

"Elsa, hari ini kamu temani kakak kamu beli cincin pertunangan ya?" ujar Ratu kepada putri bungsunya. Satu minggu lagi, akan menjadi hari yang bersejarah bagi Alesha, karena dia akan melangsungkan pertunangan dengan sang kekasih.

"Iya Mah," jawab Elsa patuh. KIni, Alesha dan Elsa sudah ada di pusat perbelanjaan. namun sedari tadi, Elsa memperhatikan wajah sang Kakak yang nampak pucat.

"Kakak nggak apa-apa?"  tanya Elsa dengan cemas.

"Nggak apa-apa Kok,"  jawab Alesha, mereka pun langsung menuju ke pusat toko perhiasan, Alesha lebih banyak diam, dan akhirnya dibantu oleh Elsa untuk memilih cincin yang kiranya cocok untuk Alesha dan Adrian.

"Kita langsung pulang Kak?" tanya Elsa memastikan.

"Iya  ..." jawab Alesha lirih, namun hal tak terduga terjadi. Alesha jatuh pingsan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!