Kehidupan baru

"Terimakasih ya sayang," Ratu menggenggam jemari putri bungsunya

'Jangan berterimakasih Mah, karena memang ini adalah keinginan ku. Aku ingin meiliki Adrian, lelaki yang aku cintai. Tapi sayangnya, kak Alesha merebut perhatian kak Adrian dari ku, dan malah mendapatkan cinta kak Adrian.  Tapi sekarang aku tenang, karena aku bisa merebut semuanya kembali, cinta kak Adrian, dan kasih sayang kalian akan sepenuhnya menjadi milikku,' batin Elsa tersenyum licik.

"Ya sudah, ayo sekarang kita pergi menuju ke tempat acara." ajak Ratu.

Acara pertunangan berjalan dengan lancar, meskipun mungkin ada beberapa yang kebingunggan, karena bukan Alesha yang berdiri menjadi tunangan Adrian. Namun, hal itu tidak ambil pusing. Setelah acara pertunangan, hari-hari berikutnya, Adrian lebih sering menghabiskan waktu bersam Elsa, dengan alasan supaya mereka bisa semakin dekat dan bisa saling mengenal satu sama lain. Elsa begitu bahagia, karena akhirnya apa yang dia ingin kan selama ini tercapai. Dia menguasai semua yang harusnya menjadi milik Alesha, tidak ada raut wajah bersalah, atau khawatir dengan kondisi sang kakak. Apalagi, Elsa jelas tahu bahwa saat ini Alesha tengah mengandung.

#Beberapa bulan kemudian

"Akkhhhh!!!" suara jerit kesakitan, di salah satu ruanngan bersalin, yang begitu menyayat hati.  Seorang ibu muda, tengah berjuang melahirkan sang buah hati, dengan nyawa menjadi taruhan. Keringat sudah sangat bercucuran, di sampingnya, ada suster yang membantu mengusap peluh, tanda sudah sangat kelelahan wanita itu.

"Ayo Bu, dorong lagi."  Dokter  yang menangani proses melahirkan, turut serta memberikan semangat.

"Akkkhhhhhhh!!!!"  akhirnya, suara tangisan bayi,  yang menjadi pertanda, bahwa malaikat kecil itu telah lahir.

"Selamat ya Bu, bayinya sangat tampan, sehat tanpa kurang suatu apapun," jelas Dokter, membuat sang ibu muda itu, nampak lega mendengarnya. Bayi pun di bawa untuk dibersihkan lebih dulu, setelah itu memberikannya kepada  sang Ibu.

"Kamu sangat tampan, Nak."  ucap Alesha, wanita yang baru saja dikaruniai seorang putra.  Netranya menatap sayu wajah sang putra, ada keraguan apakah dia bisa memberikan kehidupan yang layak untuk buah hatinya?  sedangkan saat ini pun, Alesha masih terus mencari pekerjaan yang layak.

Alesha menatap langit-langit ruangan  yang baru saja menjadi saksi bisu, bagaimana perjuangannya melahirkan sang putra. Teringat kembali, kebodohan yang Alesha alami, kebodohan yang membuat Alesha terus meratapi nasibnya saat ini. Andai saja, Alesha tidak melakukan kesahalan malam itu, mungkin saat ini hidupnya masih baik-baik saja.

-//-

Alesha kini sudah kembali ke apartementnya, dia merawat sang putra  dengan senang hati. Uang tabungan yang Alesha miliki perlahan menipis, Alesha yang semula memiliki bisnis membuat cake, nampaknya tidak bisa lagi meneruskan, karena Alesha akui pemasukannya kurang. Mau tidak mau Alesha harus mencari pekerjaan lain.

"Alesha?" Alesha menoleh ke sumber suara, rupanya sahabat baiknya datang. Ya setelah Alesha pindah ke Amerika, dia bertemu dengan Laura. Laura juga berasal dari Indonesia,  namun berbeda kota dengan Alesha.

"Alvin sudah tidur?" Alvin Addison Abraham, adalah nama putra yang diberikan oleh Alesha, dia menyematkan maraga keluarganya.

"Iya, baru saja," jawab Alesha seraya berbisik.

"Baiklah, ayo kita keluar dulu, aku ingin bicara hal penting dengan kamu,"  ucap Laura, dan diangguki oleh Alesha.  Alesha lebih dulu memastikan bahwa sang putra aman, dia menyelimuti putranya dengan  hati-hati.

"Mommy tinggal dulu ya sayang," lirih Alesha, dia mengecup kening sang putra, dan berlalu pergi.

"Ada apa Laura?" tanya Alesha kepada  sahabatnya.

"Lihatlah." Laura memberikan secarik brosur, berisi infomasi lowongan pekerjaan.

"Hah?  sekretaris?" ucap Laura.

"Iya, aku lihat kamu lolos dari semua persyaratan ini," ucap Laura meyakinkan.

"Tapi ... aku sudah punya anak," ujar Alesha, di syarat tertulis bahwa sang calon sekretaris belum menikah.

"Kan yang penting belum menikah," Laura sudah tahu soal kisah Alesha, memang benar apa  yang dikatakan oleh Laura. Alesha belum menikah, tapi sudah punya anak.

"Jangan ambil pusing, mumpung masih ada kesempatan, kamu butuh uang kan?" ucap Laura lagi, membuat Alesha nampak menimang.

"Baiklah, aku akan coba,"  putus Alesha, membuat Laura tersenyum bangga.

"Bagus, setidaknya kamu sudah berusaha lebih dulu,"  ujar Laura lagi.

.

.

Setelah dua hari lalu, Alesha mengirimkan surat lamaran kerja lewat email, Alesha tidak menyangka, kalau ternyata dia diminta datang ke kantor untuk interview. Beruntung, hari ini Laura libur kerja, jadi bisa membantu Alesha untuk menjaga Alvin.

"Aku pantes nggak sih pakai ini?" tanya Alesha, nampaknya dia kurang percaya diri bagian dadanya. Alesha yang sudah memiliki seorang anak, dan tengah menyusui mengalami perubahan pada kedua dadanya itu, lebih besar namun masih kencang.

"Udahlah, itu masih bagus kok. Nanti kalau kamu udah terima gaji, baru kamu bisa beli baju baru,"  ujar Laura memberikan saran. Dan apa yang dikatakan oleh Laura pun dibenarkan oleh Alesha. Belum tentu juga Alesha akan diterima.

"Ya sudah, aku pamit ya," Alesha pun berpamitan kepada Laura, setelah lebih dulu dia mencium kening sang putra.

"Semoga hari ini ada kabar baik untukku,"  gumam Alesha. Alesha lebih memilih mengunakan transportasi umum. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di perusahaan tujuan Alesha. Setelah sampai, Alesha lagi-lagi meneguk salivanya kasar. Dia menatap bangunan yangg menjulang tinggi dengan ngeri. Alesha tahu, kalau perusahaan itu bukanlah perusahaan biasa, tapi salah satu perusahaan besar.

"Bagaimana ini ya?" Alesha nampak minder, karena dia belum memiliki pengalaman. Namun, mengingat wajah sang putra, membuat Anyelir kembali bersemangat.

'Ayo Alesha, kamu tidak boleh menyerah, karena ini demi Alvin,'  batin Alesha.  Alesha kembali melangkah kan kakinya, dia masuk ke dalam perusahaan dengan mengatakan bahwa dia adalah karyawan yang akan mengikuti interview.

.

.

Interview baru saja di lakukan, dan Alesha kini tengah menantikan hasilnya. Alesha hanya bisa pasrah apapun hasilnya, yang terpenting Alesha sudah melakukan semuanya dengan maximal.

"Baiklah saya sudah menerima hasilnya, dan hanya akan ada satu yang kami terima," HRD mulai menatap semua pelamar kerja satu persatu.

'Kayaknya gue nggak banyak berharap deh, mereka semua jauh lebih baik,' batin Alesha bimbang.

"Alesha Zulvany Abraham," deg ... deg ... Alesha masih tertegun, dia tidak menyangka, namanya lah yang disebut.

"Sa-saya?" tanya Alesha dengan terbata.

"Iya, kamu." jawab HRD dengan tenang.

"Selamat, ya anda yang lolos," ujar HRD tersebut, seraya mengulurkan tangan. Alesha benar-benar tidak menyangka, dari mereka yang begitu  terlihat jauh lebih baik, dirinya lah yang terpilih.

"Terimakasih, Pak."  Alesha membalas uluran tangannya.

"Kalau begitu, mari ikut saya." Alesha akan langsung di ajak untuk bertemu dengan pemimpin perusahaan, rasanya Alesha benar-benar belum siap.

"Apa saya harus bertemu dengan pemimpin perusahaan sekarang?" tanya Alesha dengan gugup.

"Iya, karena kamu akan bekerja dengan pimpinan, mulai besok. Jadi, hari ini kamu akan bertemu dengannya, dan kamu akan tahu apa saja yang harus kamu kerjakan," tambah HRD menjelaskan.

"Baiklah," jawab Alesha dengan pasrah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!