Keesokan paginya Laura mendapati Febri tidur tanpa melepas genggaman tangan mereka . tubuh Febri berada di kursi , sedangkan kepala dan tangannya berada di ranjang Laura
Laura memperhatikan wajah Febri yang sedang tidur . wajahnya begitu damai ,Sangat tampan membuatnya tersenyum begitu melihatnya .
" Kenapa kau melakukan ini? Aku sedang berusaha untuk membencimu Febri . Kenapa kau membuatku semakin sulit untuk membencimu , Bagaimana aku mampu melepaskan cintaku jika kau bersikap baik seperti ini kepadaku ." kata Laura pelan .
" Kalau begitu tetaplah mencintaiku " Ucap Febri dengan mata masih tertutup .
" Febri ? Kamu sudah bangun ?"
" Bagaimana aku bisa tidur dengan melihat keadaanmu yang seperti ini ?"
Laura terdiam mendengar penuturan Febri . " Febri aku ingin pulang ." rengek Laura .
" Baiklah ,aku akan berbicara dengan dokter . Jika dokter mengizinkan mu pulang, maka aku akan membawamu pulang. tapi jika tidak kau harus tetap di sini ."
" Aku sudah baik-baik saja, aku tidak mau di sini lebih lama lagi " Rengek Laura.
" Dasar keras kepala ..." Febri keluar dari ruangan Laura untuk menemui dokter yang menangani Laura.
___
Di rumah Laura .
Sebenarnya Laura belum di izinkan pulang tapi karena dia terus merengek . Alhasil Febri pun membujuk dokter untuk mengizinkannya pulang.
"Istirahatlah, aku akan membuatkanmu makanan ." ucap Febri beranjak berjalan menuju dapur . Febri seperti ahli dalam memasak, ia mengiris semua bahan-bahan yang akan dimasak.
Laura yang melihat Febri berada di dapurnya merasa khawatir , dengan tertatih ia berjalan ke dapur .
"Hei, apa yang kau lakukan di sini ? Aku bilang kau harus istirahat nona ." Febri melipat kedua tangannya ke depan.
" Hmm , kau tidak perlu melakukan ini . Bukannya kita sudah makan di rumah sakit tadi?"
"Kau hanya makan sedikit, jadi aku akan membuat kamu makanan yang enak supaya kau mau makan yang banyak ."
" Tapi aku tidak lapar .."
Tiba-tiba Febri menarik Laura ke arahnya dan menggendongnya ke atas meja . Wajah mereka sama tinggi, Febri menatap wajah Laura lekak-lekat . Ia baru saja menyadari jika Laura memiliki wajah yang cantik, matanya yang sangat indah . Febri tersenyum nakal .
" Pulanglah, kau juga harus beristirahat kan." Laura bergeser ke ujung meja , kakinya berayun di salah satu sisi tubuhnya untuk menghilangkan rasa gugupnya.
Febri merentangkan tangannya di atas meja, ke sisi di samping pinggul Laura. Sambil memiringkan kepalanya ke satu sisi , ia mendekat.
"Fe... Febri, kau harus pergi, pulanglah" ucap Laura gugup .
"Di sini?"Febri mencium bahu Laura. " Atau di sini?" sekarang mulutnya berada di leher gadis itu.
" Kakiku lemas ..." kata Laura . Ia merasakan sensasi yang menggelitik di sekujur tubuhnya.
"Aku bisa mengatasinya." Febri mengerling .Pria itu menggendong Laura menujun kamarnya. Lalu membaringkan Larau di ranjang.
"Di mana saja luka mu? Selain lengan yang di jahit, kakimu yyang terkilir dan sudut bibirmu." Febri menempelkan bibirnya pada sudut bibir Laura saat menyelesaikan kalimatnya. Hanya sebuah kecupan, tidak lebih.
Laura melebarkan matanya terkejut atas perlakuan Febri. jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya . Ia terus menatap Febri dengan tatapan tak percaya .
" Laura ?" suara Febri menyadarkan Laura dari kegiatannya .
"Huh?"
" jawab pertanyaanku Laura, Apa yang di katakan oleh dokter?"
" kakiku terkilir dan lenganku dijahit , selebihnya hanya luka ringan dan memar yang akan sembuh beberapa hari ke depan ."
" di mana saja lukamu ?" tanya Febri dengan nada menyelidiki.
"Punggung , lutut , dan paha. aku rasanya itu "Laura menatap Febri bingung.
" tidurlah ! Semoga mimpi indah dan lekas sembuh . aku akan menemuimu besok "Febri mencium kening Laura lalu pergi . tak lama ada di situ mendengar bunyi pintu ditutup . Rona merah menjalar di seluruh wajahnya .
rencana Febri untuk memasak pun telah hilang , sekarang dia harus menemui pengacaranya . ia bersumpah akan mencobloskan Luna ke dalam penjara dengan hukuman yang seberat-beratnya .
___
Ke esokan harinya Febri menepati janjinya untuk menemui Laura . Ia membawa kan bubur untuk gadis itu . Rumah Laura masih tampak sepi, gadis itu belum bangun dari tidurnya . Febri beranjak ke dapur untuk menyiapkan sarapan di meja makan . lalu pergi ke kamar Laura untuk membangunkan gadis itu .
Febri mencondong kan kepala nya mendekati wajah Laura , jarak mereka sangatlah dekat . Ia menyelip kan helaian rambut yang menutupi wajah Laura ke belakang.
"Bangunlah Putri Tidur ..." bisiknya tepat di telinga gadis itu.
Laura mengerjapkan matanya dan mengumpul kan kesadaran nya . Mata nya melebar ketika mendapati wajah Febri yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Fe... Febri?"
"Ayo, bangun, aku sudah menyiap kan sarapan untuk mu di ruang makan. Jadi cepat lah bangun." Febri tersenyum pada Laura.
___
Laura menyelesaikan sarapannya dalam diam , sedangkan Febri terus memandangnya .
"Aku butuh penjelasan atas semua ini " Laura memecahkan keheningan yang terjadi di ruangan itu .
" ya aku akan menjelaskan semua materi yang diajarkan oleh dosen Mahmud saat kau tak masuk ."
"Tc, Bukan itu maksudku ."
" Jangan banyak bicara,ambil bukumu dan kita akan mulai bimbingan belajarnya." Kata Febri tegas. Laura mendengus kesal mendengar kata-kata Febri ,
' Dasar bodoh , begini saja tidak bisa."
' kerjakan yang benar '
'Bukankah aku sudah menjelaskan berulang kali ?'
' kapan kau akan mendapat kan nilai bagus kalau kau bodoh seperti ini?'
selalu saja kata-kata kasar Febri keluar saat ia mengajari Laura .
"Aaaarrrggghhh, aku menyerah , aku belum bisa berpikir dengan jernih sekarang "
" Bukan kah sekarang dan nanti sama saja? Dasar bodoh"Febri memukul kepala Laura dengan pensil yang di pegangnya .
"Sebenar nya wanita itu siapa ? Dia mengatakan kalau dia itu adalah tunanganmu . Apakah itu benar ?" nada bicara Laura menjadi serius .
Febri berdecak , " Dia bukan tunanganku ."
" Bohong " Laura melirik Febri malas ." Apa dia akan menyakitiku lagi ? Apa dia akan menggangguku lagi ?"
" Tidak akan, karena orang suruhanku sudah memastikan kalau dia akan dihukum sangat berat."
"Hmm... Apa pekerjaanmu sebenarnya ? Aku tidak yakin kalau menjadi barista adalah pekerjaan utamamu ?"
" Menjadi mentormu " Febri nyengir .
" Aku serius " lagi-lagi Laura berhasil dibuat Kesal oleh Febri .
" Sebenarnya aku bekerja di perusahaan ayahku , aku penerus perusahaan ayahku ."jawab Febri . Gadis itu melongo mendengar jawaban Febri .
" Hentikan ekspresi bodohmu itu ."
" Lalu kenapa kau masih menjadi asisten dosen dan bekerja sebagai barista di cafe "
" Semua itu kulakukan hanya karena dirimu ."
" Aku ?" lagi-lagi Laura menjadi bodoh di hadapan Febri.
"Duduklah di sini ." Febri menepuk sofa di sebelahnya. Laura menuruti perintah Febri , ia duduk di sofa dan menghadap ke arah febri.
Begitu juga dengan Febri , pria itu langsung memiring kan tubuh nya untuk menghadap ke arah Laura .
"Karena aku mencintaimu Laura Chintya . " kata Febri.
~ Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments