Ketika di gudang yang sudah tidak digunakan ini Laura disekap. Entah sudah berapa Jam Gadis itu berada di sini . Semua siksaan telah dirasakan , mulai dari pukulan , tendangan dan bahkan tamparan .
Iya tidak tahu apa masalahnya , ia merasa tidak mengenal wanita di hadapannya ini tapi kenapa wanita ini melakukan hal jahat seperti ini kepadanya . Air mata Laura terus saja keluar tanpa bisa dihentikan.
Tunggu , Bukankah di saat seperti ini ya tidak boleh terlihat lemah ? Laura mengumpulkan keberaniannya untuk menatap wanita di depannya. Dengan sisa kekuatan yang ia miliki , Iya berusaha berdiri dan lari .
Tapi wanita itu dengan Gesit menarik tangan Laura dan mendorong Laura sampai tersungkur di lantai. Bahkan Hal itu membuat lutut Laura berdarah akibat gesekan yang keras.
" Siapa kau sebenarnya ? Aku tidak mengenalmu . Bahkan kita belum pernah bertemu sebelumnya ? Apa salahku padamu ? Kenapa kau melakukan ini padaku ?" teriak Laura, di depan wajah wanita itu .
" Kau tidak perlu tahu siapa aku dan salahmu adalah kau mendekati Febri .."
Luna memegang wajah Laura dengan tangan kirinya ." jauhi Febri atau kau akan tahu akibatnya."
" Febri tidak akan mau dengan wanita jahat sepertimu , maka dari itu jangan mimpi untuk mendapatkan nya ."desis Laura
PLAKK!!!
Sebuah tamparan kembali mendarat di pipi Laura , tanpa ragu begitu keras sehingga sudut bibirnya berdarah .
" Kita lihat apa yang akan dilakukan Febri demi menyelamatkan , itu pun Jika dia peduli denganmu" kata Luna menatap sinis Laura .
Sekilas cahaya logam menyentuh mengalihkan pandangan lurah . Sebuah pisau tertindih kursi kayu yang berada di belakang Luna . Tapi bagaimana cara Laura untuk mengambil pisau itu ? Ia tidak mempunyai cara untuk ke sana .
Laura mengedarkan pandangan nya ke seluruh penjuru ruangan ini, ada jendela yang terbentang di ujung. Sudah jelas kalau jendela itu tidak bisa membantunya untuk kabur . Luna berjalan memutari Laura. sedang kan Laura menjaga jarak di antara mereka sambil berpikir mencari cara untuk mengalihkan perhatian wanita itu .
"Selama kau ada, maka Febri tidak akan kembali padaku" ucap Luna
" Kurasa kau terlalu melebih-lebihkan semuanya , Febri tak pernah melihatku , bahkan dia juga tidak menyukaiku, jadi kau cuma buang-buang tenaga saja menyekap Ku Di Sini ."
Senyum tak percaya tampil di wajah Luna . " Kau pikir aku ini bodoh? Tatapannya padamu sangatlah berbeda , kau saja tidak menyadarinya hal itu " senyum Luna menjadi kaku di sudut bibirnya .
Ia berjalan mendekati kursi dan mengambil pisau . " dan karena itulah aku ingin kau tiada , kau hanya jadi penghalang bagi hubunganku dengan Febri ."
Laura berlari menjauhi Luna, berlari menuju ke jendela , namun sebelum ia sampai tendangan keras membentuk punggungnya. Dia tersungkur ke depan lagi-lagi tubuhnya meluncur di lantai dan berhenti di posisi tengkurap , dengan cepat Laura membalikkan tubuhnya . Laura terkejut ketika melihat lunas sudah berdiri di atas Laura dengan pisau yang diarahkan kepadanya .
Laura menendang tangan luna sekuat tenaga sehingga pisau itu terlepas . Tapi walaupun lunas sudah tidak memegang pisau dia menghajar Laura dengan tangan kosong .
____
Sementara itu , Febri melacak keberadaan Laura dengan aplikasi yang ada di ponselnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama , ya sudah menemukan Di mana keberadaan Laura . Dengan kecepatan tinggi ia melajukan mobilnya menuju ke gudang tempat Laura di . Di depan gudang Febri melihat ada dua pria , Febri yakin salah satu di antara nya adalah orang yang selalu mengikuti Laura selama ini.
Febri turun dari mobil nya dan langsung menghajar dua pria itu. kekuatan beladiri Febri sangat kuat . Dengan langkah lebarnya dia masuk ke dalam gudang dan menemukan Laura terletak di lantai.
" Laura Chintya!!!" Febri berlari menghampiri gadis yang hampir tak sadarkan diri itu .
" Akhirnya aku datang juga Bi.." ucap Luna yang membawa pisau .
" kekhawatiranmu pada Gadis itu benar-benar membuatku muak ." Lanjutnya.
"Luna..."
" Iya aku Luna . Tunanganmu yang kau tinggalkan hanya untuk gadis menjijikan ini."
" Dia bahkan jauh lebih baik darimu ." kilatan amarah Febri sangat ketara.
" Benarkah ? Jadi kau lebih memilih dia daripada bersamaku?"
"Bukankah kau sudah tahu jawabannya." Febri kembali menatap Laura . Dia mengangkat Laura ke pangkuannya .
"Bertahanlah Laura ,aku sudah menelepon polisi dan ambulans " Febri memusat pipi gadis yangsudah lemah itu. Laura hanya menatap kosong Febri . Ia berusaha agar tidak pingsan.
Saat Febri memeluk dirinya , Laura pun bisa melihat dengan jelas kalau wanita itu akan menikah Febri dari belakang , seketika Ia pun memutar tubuhnya hingga pisau itu menancap di lengan kanan Laura .
" Jangan bergerak .." sekelompok polisi masuk dengan mengarahkan pistol ke arah Luna . 2 polisi lain segera mendekatinya dan menangkapnya .
Febri pun yang kaget melihat Laura dengan darah yang banyak , dengan segera ia langsung menggendong Laura menuju ambulans . Laura telah tidak sadarkan diri. Ia sudah tidak kuat menahan semua sakit yang di rasakan oleh seluruh tubuhnya " Laura, aku mohon bertahanlah ."
Sesampainya di ambulans, Seorang perawat langsung memasang infus di tangan Laura , dan membersihkan luka-luka gadis itu. Mobil-mobilan pun bergerak cepat menuju rumah sakit , suara sirine yang memekakkan telinga , bahkan hal itu tidak membangunkan Laura dari pingsannya.
"Luka tusukan pisau ini lumayan lebar , setelah sampai di rumah sakit dokter akan menjahitnya . Pasien juga kehilangan banyak darah akibat kerusakan ini." jelas perawat itu .
Febri memandang Laura khawatir, dia merasa sangat bersalah karena tidak bisa menjaga gadis itu.
____
Setelah Laura mendapatkan penanganan dari dokter , dari situ dipindahkan ke kamar rawat . Febri duduk di samping ranjang pasien sambil menggenggam tangan Laura. Tak ada niat sedikitpun untuk melepaskannya . pergerakan Tengah Laura menandakan bahwa Gadis itu telah sadar.
Laura mengerjakan matanya , beberapa detik kemudian ia ketakutan . Tangannya bergerak untuk melepas selang infus yang ada di tangan kirinya namun dicegah oleh Febri ." habiskan dulu , tubuhmu sangat membutuhkannya . tolong Tenanglah ." kata Febri
"Tidak, aku ingin pulang saja." Gadis itu mulai menangis .
" Aku takut , aku ingin pulang saja ." Laura histeris ketakutan . Ia bener-bener takut dengan rumah sakit , selama ini jika Laura sakit ia hanya akan memakan obat yang ia beli dari apotek .
" Jangan takut, ada aku disini ." Febri memeluk Laura , ia berusaha untuk menenangkannya ,tapi tetap saja gadis itu bersekukuh untuk pulang . Ia sangat membenci rumah sakit, karena jika ia berada di rumah sakit, secara otomatis memori tentang meninggalnya kedua orang tuanya akan kembali berputar .
" Kau aman sekarang bersamaku, aku ada di sini"
Laura semakin terisak dengan tangisnya di dekapan Febri. sedangkan Febri hanya mampu memeluk Seraya membelai kepala gadis itu . setelah lelah menangis , Laura pun tertidur dengan tenang .
~ Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
auliasiamatir
jadi laura punya trauma sama rumah sakit
2023-02-18
1