Febri berjalan di depan Laura, dia melihat keadaan sekitar. Gelap, sepi dan juga menyeramkan.
' Pantas saja gadis ini tidak berani pulang malam' batin Febri.
"Senior, bisakah kau berjalan agak lebih pelan? Aku tidak bisa menyamai langkahmu yang lebar itu" keluh Laura. Tiba-tiba saja Febri menghenti kan langkahnya sehingga Laura menabrak punggung Febri.
"Hais... Aku memintamu untuk lebih pelan, bukannya berhenti"
" Diamlah, aku rasa ada yang mengikuti kita. Berjalanlah lebih cepat." kata Febri pelan namun masih bisa didengar oleh Laura .
Febri menggenggam tangan Laura dan melanjutkan perjalanan ke rumah Laura , tinggal beberapa rumah lagi dan mereka akan sampai. Mereka berhenti di depan rumah kecil yang indah . Di pekarangan rumahnya terdapat berbagai macam bunga yang sangat terawat , rumputnya pun hijau.
" Apa Ini rumahmu?" Tanya Febri, Laura hanya mengganggu.
"Masuklah , aku akan langsung pulang ."
" Senior , apa kau tak ingin masuk dulu? Secangkir coklat akan menghangatkan badanmu ."
Febri melihat sekeliling,ia melihat sosok bertudung yang sedari tadi mengikuti mereka berdua .
" Apa kau tinggal sendiri ?" tanya Febri , entah kenapa dia merasakan ada bahaya yang sedang mengancam gadis di depannya ini . Lagi-lagi Laura hanya mengangguk. Febri berjalan masuk ke pekarangan rumah diikuti dengan Laura di belakangnya . Setelah membuka pintu yang terkunci, mereka pun masuk ke dalam rumah .
Febri mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah Laura . Rasa nyaman menyelimuti hatinya saat memasuki rumah ini , di sebelah kiri Febri terdapat sofa dengan beberapa boneka di atasnya , di depan sofa ada meja kecil dan di depannya lagi ada TV yang menggantung di tembok . Di tembok sebelah sofa ada pintu yang diyakini Febri adalah kamarnya Laura . Di kanan Febri terlihat dapur dan meja makan,
' Apa dia benar-benar tinggal sendiri di sini? Tanpa adanya orang dewasa dan pengamanan yang cukup , hanya pintu rumah yang dikunci tidaklah cukup untuk zaman sekarang . penjahat penjahat bisa saja membobol kunci itu dan melakukan kejahatan dirumah Laura.'
"Duduklah, aku akan membuatkan coklat panas " perkataan Laura menyadarkan Febri dari lamunannya . Segera Febri duduk di sofa bermotif bunga-bunga milik Laura . Dia memperhatikan gadis yang sedang berkutat di dapur kecilnya.
"Tadaaa, coklat panas siap untuk diminum ." Laura duduk di samping Febri dan memberikan satu Mug yang ia pegang pada Febri.
" Terima kasih."
Laura tertawa kecil," Bukankah ini lucu ? Setiap hari kau yang selalu membuatkan ku minum . Dan sekarang aku yang membuat kamu minum ."
" Dasar bodoh , karena ini rumahmu " jawab Febri datar.
" Oh iya benar juga ya , aku merasa seperti gadis bodoh karena mengatakan hal itu ."
"Dan sayangnya, kau memang bodoh."
" Hai , berhentilah maengatakan aku bodoh . Aku itu pintar hanya saja aku belum mau menunjukkannya ." Laura mulai menunjukkan nada kesalnya . Siapa yang tidak kesal kalau selalu dikatain bodoh oleh orang yang kau sukai .
" Kalau begitu dapatkanlah nilai A pada kuis mata kuliah dosen Mahmud besok ." ucap Febri menantang Laura .
" Nilai A ? Apa kau sudah gila? Yang benar saja itu sangat susah tahu "
" Aku akan memberikan hadiah padamu jika kau bisa mendapatkan nilai A besok "
" Benarkah ? Kalau begitu aku akan berusaha sebaik mungkin . Tapi beneran ya kau jangan sampai ingkar janji " Laura merasa sangat senang , bukan karena hadiah yang akan diberikan oleh Febri . Tapi karena Laura merasa sekarang Febri telah melihat keberadaannya . Dan perasaan Laura kalau dia bisa membuat Febri menyukainya semakin kuat .
"Laura ... Kenapa kau tinggal sendirian? Di mana orang tuamu ?"
Laura menyesap coklatnya," kedua orang tuaku sudah meninggal saat aku masih SMP karena kecelakaan mobil . saat itu kami sedang menuju ke restoran untuk merayakan kelulusanku .
"Laura kembali menyesap coklatnya lalu menatap Febri . Febri menatap Laura dengan pandangan yang mengatakan lanjutkan ceritanya.
" Aku lulus dengan nilai yang sangat bagus , aku peringkat 3 pararel ." kata Laura banggakan dirinya sendiri .
" Semuanya terjadi begitu cepat , di depan mobil kami ada truk yang melaju dengan kecepatan tinggi, ayo langsung membelokkan kemudinya sehingga mobil kami terguling beberapa kali. Dan aku terpental keluar tidak jauh dari mobil. aku merasakan sakit di sekujur badanku . Aku berusaha melihat ibu , bukannya penuh dengan darah sampai aku tidak bisa mengenalinya , lalu aku melihat ke arah ayah . Ayah juga mengeluarkan banyak darah , mereka semua tak sadarkan diri ." Laura menyetel air mata yang membasahi pipinya Dan meletakkan mug di atas meja .
"Sudah sudah ,Tidak usah dilanjutkan ..." kata Febri, Laura menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan cer itanya .
" Begitu aku sadar aku sudah berada di rumah sakit . ranjangku berada di samping ranjang ayah, aku melihat ayah yang sedang melihatku . Dia tersenyum lalu mengatakan.
' Hiduplah dengan baik ,Gua harus meneruskan hidupmu dan meneruskan sekolahmu . kau harus kuliah agar bisa bekerja dan membiayai hidupmu menggunakan uangmu sendiri . Ibu adalah oksigen ayah , sekarang Ayah merasa tidak bisa bernapas karena ibu telah tiada. Berjanjilah pada ayah kau akan hidup dengan baik ' setelah mengatakan itu , Ayah kembali tak sadarkan diri , dan tak lama setelahnya dokter mengatakan Ayah telah meninggal ..."
Febri menarik Laura dalam ketetapannya dan menyandarkan kepala Laura pada dadanya. Membiarkan Laura terisak oleh tangisannya .
"Maafkan Aku " ucap Febri . Laura hanya menggelengkan kepalanya dalam dekapan Febri.
Lama-kelamaan , suara isak tangis Laura pun digantikan dengan suara nafas Laura yang teratur. Dia tertidur dalam dekapan Febri . Pria itu tersenyum karena mengetahui Laura sudah tidur . Febri melihat jam di pergelangan tangan kanannya yang sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam . Febri membaringkan Laura di sofa dan menyelimutinya dengan kain tipis yang ada di sofa tadi. setelahnya pria itu tidur di sofa single yang terletak di sebelah sofa yang ditiduri Laura .
____
Paginya Laura terbangun dengan ekspresi terkejut . Ia melihat Febri tidur dengan posisi duduk . ' Pasti sangat menyakitkan duduk di kursi seperti ini .' batin Laura.
Ia beranjak bangun dari sofa dan menyelimuti Febri dengan kain yang menyelimuti dirinya . Lalu pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan . Karena di rumahnya hanya ada mie instan , Jadi Laura memutuskan untuk masakan mie tersebut sebagai sarapan. Setelah semuanya siap ia menata makanan itu di atas meja .
" Astaga kau mengejutkanku saja ." Laura terkejut karena tiba-tiba Febri sudah ada di belakangnya .
"Sarapan sudah siap, ayo duduklah " selanjutnya .
" Kau bilang makanan sampah ini sebagai sarapan ? Bagaimana kau bisa memakan semua makanan instan ini untuk sarapan ?"Febri menatap Laura dengan tatapan tidak percaya .
" Apa kau makan ini setiap hari?" Tanya Febri
" Pantas saja kau begitu bodoh.." lanjut pria itu
"Aishh... Kalau tidak mau makan ya sudah jangan makan . Kau tidak perlu mengatakan hal-hal buruk seperti itu di depan makanan , jadi diamlah aku ingin menikmati makananku ini." Laura kembali memasukkan mienya ke dalam mulutnya .
Febri melihat itu hanya berdecak , ia ikut duduk di depan Laura dan akhirnya ikut memakan Mie buatan Laura tersebut .
" Kau mau memakannya ? Tadi kau bilang ini makannya sampah .."
"Mau bagaimana lagi, di sini tidak ada makanan lain selain ini ." Balas Febri .
~Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
auliasiamatir
godaan cinta pertama, hadir di sini thor
2023-02-18
1