LEGENDA SANG PUTRI MAHKOTA
Woosh woosh
Di sebuah Benua bernama Daehan deruan napas seorang wanita yang berlarian tanpa alas kaki terdengar dengan jelas, ia terus menghindar dari kejaran para bandit bersenjata tajam. Alas kaki yang tertinggal jauh di belakang tidak lagi ia pedulikan. Putri Mahkota Wen Yijin yang di kenal sebagai Ryu untuk saat ini tertuduh sebagai pembunuh raja Wen Lei yang tidak lain adalah ayahnya sendiri. Mau tidak mau, dia harus segera menyelamatkan diri walaupun dia tidak bersalah, tuduhan keji yang dilemparkan oleh ibu tirinya Selir Fan Hai membuat semua orang di Istana memburu keberadaan Ryu.
"Keterlaluan! Wanita iblis itu sengaja menjebakku!" pungkasnya sembari terus menjauh dari Istana.
"Tangkap wanita itu! Jangan sampai dia lolos! Dia meracuni raja!" seruan seorang wanita bangsawan dengan alis yang menukik tajam terdengar menggema ke telinga para anak buahnya.
Seorang gadis muda disebelahnya terlihat sedang mengibaskan kipas tangan dengan mimik wajah yang begitu menyebalkan mata. "Ibu, bunuh dia kali ini!" kata gadis muda itu.
"Tenang saja sayang, ibu tidak akan membiarkan dia hidup lagi!" Seringaian khas yang selalu dia layangkan untuk setiap orang yang menghalangi terlihat jelas di guratan wajahnya.
Ryu, sudah terpojok. Kini, tidak ada jalan lain selain melawan dan membunuh para bandit atau terbunuh oleh mereka. Tidak ada yang berpihak padanya, segala hal yang berarti baginya sudah lenyap dihabisi oleh ibu tirinya. Ayahnya Raja Wen Lei, sahabatnya Huo Sijue, kakek angkatnya Asahi semuanya sudah terbunuh secara tragis. Menahan sedih dan sesak di dadanya hanya membuat dia melemah. Pohon yang berada di ujung jurang terus melambai seolah menyambut kehadirannya. Tapi Ryu, tidak akan menyerah dia tidak akan semudah itu terbunuh oleh para keparat yang haus akan kekuasaan.
Setelah ingatannya kembali dan datang ke Istana, Ryu malah harus dihadapkan dengan serangkaian kejadian yang membuat dirinya diposisi seperti ini. Dia bertekad kuat, hidup atau mati, bisa atau tidak dia tetap akan menghabiskan sisa waktunya untuk membasmi semua keparat itu.
Selang beberapa waktu, Ryu sudah dikerubungi iblis berwujud manusia. Mereka semua siap menyayat habis tubuh Ryu yang mulai sedikit bergemetar. Dia mengeratkan pedang pada genggamannya. "Aku tidak akan mengampuni kalian!"
Para bandit itu hanya tertawa kecil melihat Ryu penuh amarah dan kebencian. Dengan sisa tenaganya, Ryu melawan sepuluh orang yang bergantian menusuk dan menyayat tubuhnya. Darah sudah bercucuran, perih yang seharusnya dia rasakan bahkan tidak terasa sama sekali disaat kemarahan dan kebenciannya meluap.
Pedang para bandit mencabik-cabik tubuh Ryu, wanita itu mulai melihat beberapa orang di depannya dengan samar. Dia mulai kehilangan keseimbangan dan lemas. Disana berdiri, pejabat persenjataan kerajaan, ibu tirinya dan Wen Jia si adik tirinya. Mata Ryu mulai berat dan dia rasa sudah tidak bisa menahan bobot tubuhnya lagi, rasanya setengah jiwanya hampir keluar dari tubuh itu.
"Wen Yijin! Kamu pikir dengan kembali ke Istana dan berusaha merebut kekuasaanku adalah jalan terbaik? Kamu seharusnya tetap tinggal bersama kakek tua itu alih-alih menerima tawaran untuk merawat Raja. Kali ini akan aku pastikan, kamu menyusul ayhamu ke Neraka!" pungkas Selir Fan Hai sembari menyilangkan tangan di dada.
"Aku tidak akan mati!" seru Ryu.
"Kamu akan mati, lepaskan anjing-anjing kelaparan itu sekarang! Biarkan dia mencabik-cabik tubuh penghianat dan wanita angkuh ini!"
Kawanan anjing yang dilepaskan mengoyak habis tubuh Ryu hingga menyisakan tulang-tulangnya saja. Ibu tiri dan adik tiri Ryu tertawa terbahak dengan kesuksesan mereka membunuh raja dan menjadikan sang putri mahkota kambing hitam. Bahkan, tidak ada lagi penghalang bagi mereka untuk menguasai Kerajaan Wen sekarang.
"Andai aku bisa mengulangnya kembali."
"Andai aku bisa mengulangnya kembali."
"Andai aku bisa mengulangnya kembali," batin Ryu.
**
"Aaaaaah!"
Ryu mengerjap, tubuhnya terbaring di atas ranjang yang dia yakini kamarnya di kedai Kakek Asahi. Dia memeriksa seluruh tubuhnya yang tadi hancur lebur dimakan anjing kelaparan. Napasnya berderu jika itu mimpi, bagaimana bisa semengerikan dan senyata itu? Dia ingat jelas, bahwa dirinya sudah melewati kematian, untuk memastikannya Ryu beranjak dari sana.
"Apa ini alam baka? Tapi kenapa di alam baka dekorasinya sama seperti kedai Kakek?" Ryu mengerutkan dahi dia memeriksa semua bagian tubuhnya, syukurlah semuanya utuh.
"Kakek!"
"Akira!"
Lagipula, dia tidak mungkin lolos dari kematian. Ryu nampak bingung dan terus menunggu jawaban kakeknya dan Akira. Dia harap semua ini bukanlah mimpi, dia harap dia memang terbangun kembali.
"Ada apa Ryu?" Kakek Asahi terlihat sedang membersihkan beberapa gelas dari tanah liat.
Ryu mengangkat alisnya. "Ini tahun ke berapa kek?"
"Ada apa Ryu? Kamu terlihat sangat aneh. Baru saja bangun, tapi langsung menanyakan tahun."
Ryu menatap gelang yang terikat di pergelangannya. "Gelang ini," gumamnya. Gelang itu adalah aksesoris yang dia beli di festival kerajaan untuk merayakan ulang tahun kerajaan 3 tahun lalu.
"Itu gelang baru yang kamu beli di festival kerajaan kemarin."
Ryu tertegun, wanita itu tidak mampu mencerna apa yang terjadi. Jika festival itu baru dilaksanakan kemarin berarti Ryu hidup kembali dan terbangun dimana dia belum datang ke Istana.
"Daripada melamun lebih baik kamu bantu kakek membersihkan gelas-gelas ini!"
"Baik kek!" senyum tipis terlukis di wajah Ryu. Dia masih tidak bisa mencerna apa yang terjadi sebenarnya namun, jika dia memang terlahir kembali dia akan segera membalaskan dendamnya atas kematian yang dia alami dan dia akan mencegah setiap hal buruk yang akan dilakukan oleh Selir Fan Hai.
"Aku tidak akan memberikan mereka ampunan bahkan sebiji kurma pun!" Ryu membatin. "Nyawa dibalas nyawa," lanjutnya.
Keesokan paginya, Ryu membantu kakek Asahi membuka kedai dan meramal seperti biasanya. Kedai itu, bukan hanya dijadikan tempat minum namun dijadikan tempat mencari nasib. Semua orang kenal kakek Asahi adalah peramal handal. Tapi Ryu, hanyalah tukang tipu yang berlagak seperti cenayang.
"Rupanya kalian ditakdirkan berjodoh!" seringaian gadis itu membuat semua orang yang menyaksikannya membelalak.
"Heh dukun gila! Kami ini bersaudara!"
"Duh... Sial!" Batin Ryu. Dia hanya bisa menyeringai tipis dan menggaruk kepalanya.
"He-he begini, coba kalian tanyakan pada orang tua kalian. Apakah kalian benar-benar bersaudara?"
"Ayo kak, kita pergi saja dari sini. Dasar dukun penipu!" Wanita itu menarik lengan kakaknya dan membawa dia pergi. Sedangkan Ryu langsung tertunduk lesu, semua orang menyorakinya karena ketidakpandaiannya dalam meramal.
"Jangan patah semangat!" kata pria berambut putih dengan janggut panjang yang menghampirinya ke kursi depan kedai.
"Kenapa kakek tidak bilang jika mereka bersaudara?"
"Mereka memang bukan saudara," jawab kakeknya.
"Dari mana kakek tahu? Tadi, aku hanya membaca garis tangannya dengan asal!" celoteh gadis berambut cokelat nan tebal itu yang membuat kakeknya tertawa kecil.
"Ryu, kamu memang penipu yang handal."
Ryu menggebrak meja, "kalau begitu aku harus lebih bisa meyakinkan mereka!" Setelah hampir satu minggu terlahir kembali ke tiga tahun sebelum datang ke kerajaan. Ryu menjadi pribadi yang lebih gigih. Dia bahkan menjadi seeing melatih teknik pedang yang sudah diajarkan kakek Asahi.
"Ryu, lebih baik kamu bantu adikmu membereskan gelas-gelas bekas pembeli!"
"Baiklah kek." Ryu sebenarnya tidak punya bakat dalam bidang ramal meramal. Dia hanya pintar berdalih dan memainkan kata, namun perkataannya yang jarang meleset membuat semua orang percaya bahwa dia juga punya bakat seperti kakeknya.
Setelah membantu Akira, Ryu melamun menatap pohon di pinggir kedai.
"Hmm," suara deham terdengar dari belakang tubuh Ryu.
Gadis itupun menoleh ke belakang. "Bukankah ini tahun ke delapan setelah kejadian waktu itu?" tanya pria di belakangnya.
Ryu hanya mengangguk.
"Kamu masih belum mengingatnya?"
Ryu menggeleng. "Mungkin... Dewa memang tidak mengizinkanku untuk mengingatnya."
Dia menatap kembali pohon yang tidak terlalu tinggi itu. Ryu berbohong. Dia tahu jelas siapa dirinya sekarang, dia hanya sedang merencanakan balas dendamnya tanpa mengorbankan siapapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
han han
aku mampir thor..semoga author sehat selalu
2023-04-16
2
Nur's
Ijin mampir thor
2023-03-27
2
tambahan bunga sudah kuberikan
2023-03-20
1