SUASANA DI KERAJAAN WEN
Tak tuk tak tuk ... sepatu kuda beradu dengan tanah. Seorang pria berbaju zirah datang dengan pedang di pinggangnya menunggan kuda menuju ruangan istirahat Raja.
Sudah delapan tahun, Raja Wen Lei kehilangan Putri Mahkota kerajaan. Wen Yijin. Gadis kecil cantik itu menghilang saat pemberontak menyerang kerajaan delapan tahun silam. Setelah kehilangan jejak putri Yijin, Raja Wen Lei tiada henti mencarinya sampai saat ia menemukan kerangka tengkorak dengan pakaian Putri Yijin di dasar jurang gunung Nir 6 tahun silam. Setelahnya Raja Wen Lei secara tiba-tiba jatuh sakit.
Selama Raja Wen sakit kerajaan diatur dibawah kekuasaan Selir Fan Hai dan putri keduanya Wen Jia. Sejak saat itulah penderitaan rakyat dimulai.
"Ibu benar-benar tidak bisa menunggu lama lagi!" pungkas Selir Fan Hai yang berada di kamarnya di Istana para Selir.
"Ibu, aku juga. Sampai kapan ayah akan menunggu si Yijin yang sudah mati itu kembali? Bukankah ayah sudah melihat bahwa mayatnya sudah tinggal kerangka saja?" Wen Jia menyilangkan tangannya di dada.
"Wen Jia, Ibu pasti akan segera mendapatkan gelar Putri Mahkota itu untukmu, yang harus kamu lakukan adalah mempersiapkan diri sampai saat itu terjadi."
"Baiklah ibu," Jia menyeringai puas mendengar ucapan ibunya.
Di ruangan khusus, seorang pria berbalutkan jubah berwarna merah dengan aksen emas serta mahkota yang terhias di kepalanya sedang duduk termenung. Sembari menunggu laporan dari Panglima Perang mengenai keberadaan Putri Mahkotanya. "Bagaimana?" tanyanya tanpa jeda saat Panglima masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Maafkan kami Yang Mulia, kami belum menemukan apapun lagi."
Raut wajah kecewa langsung terukir di wajah Raja Wen Lei. "Cari lagi! Cari setiap hari sampai dia di temukan!"
"Baik, Yang Mulia. Ada satu hal lagi yang ingin hamba sampaikan." Panglima mendekat ke arah Sang Raja.
"Apa itu?"
"Di Desa Gama, Hamba dengar ada seorang cenayang terkenal yang bisa meramalkan masa depan bahk-" ucapan panglima perang terpotong.
"Hu Yazhu! Kamu berbicara sembarangan mengenai cenayang. Bukankah kamu tahu bahwa praktik dukun sangat dilarang di dalam kerajaan? Apapun alasannya!" Raja membulatkan pandangannya pada Yazhu.
"Maaf Yang Mulia, silahkan hukum Hamba Yang Mulia." Yazhu tertunduk dan bersimpuh.
"Lupakan! Sekarang kamu pergi dan cari petunjuk lain tentang sahabatmu, Putri Yijin!" seru Raja Wen Lei.
"Hamba akan melakukan yang terbaik, Yang Mulia!" Hu Yazhu pergi meninggalkan ruangan Raja Wen Lei. Dia sebenarnya tidak tahu kemana lagi harus mencari Putri Yijin. Kejadian itu sudah delapan tahun berlalu, kemungkinan dia menemukannya sangatlah mustahil. Apalagi, jika wajahnya sudah mengalami perubahan. Hu Yazhu bahkan sempat percaya bahwa kerangka yang ditemukan di dasar jurang adalah milik Wen Yijin.
Di sisi lain, Ryu sedang duduk di luar kursi kedai menatap cahaya bulan yang menyorot langsung pada pepohonan rindang di samping kedau. Sekelebat angin sejuk melewati pipinya dengan lembut. Dia tahu, sekarang adalah waktunya dia membalaskan segala dendamnya. Ryu tidak terima mati secara mengenaskan di kehidupan sebelumnya, dia berjanji dikehidupannya kali ini dia akan membalas kekejian siapapun yang menyakitinya dengan sepuluh kali lipat.
Dia ingat kejadian terakhir dihidupnya, dia membatin agar dihidupkan kembali dan kini dia kembali ke tiga tahun sebelum kematian itu terjadi, Kali ini Ryu berjanji dia tidak akan tinggal diam dan bodoh seperti sebelumnya. Walau dia harus bangkit menjadi hantu, dia tidak akan berhenti menggentayangi ibu tiri dan adiknya. Dia benar-benar tidak terima dan akan melindungi orang-orang yang menjadi korban pada waktu itu dengan sekuat tenaga sekarang.
"Permisi!" Seorang pria dengan balutan baju bangsawan melenggang masuk ke dalam kedai yang sudah hampir tutup.
Ryu tahu siapa yang datang dan apa yang akan terjadi. Malam ini, adalah malam pertama Hu Yazhu datang untuk menawarkannya pekerjaan merawat Raja Wen Lei. "Berhenti disana!" Ryu menunjuk pria itu lalu menghampirinya, dia menatap agak lama wajah teman masa kecilnya.
"Apa kamu tidak lihat bahwa aku sudah bersantai? Itu menandakan kedainya akan segera tutup!" Ryu bertolak pinggang menolak kedatangan Hu Yazhu. Dia harus melakukannya supaya Hu Yazhu tidak curiga.
Kemudian, Kakek Asahi muncul dari pintu kedai. "Ryu! Biarkan tamu ini masuk. Kakek akan menyiapkan pesanannya." Kakek Asahi mempersilahkan Hu Yazhu masuk.
"Terimakasih," ucap pria itu pada kakek Asahi.
Tidak lama, Hu Yazhu keluar bersama kakek Asahi dan langsung menemui Ryu. Dengan sorotan matanya yang tajam Ryu menatap wajah kakeknya. "Dia, adalah Panglima Kerajaan yang sedang mencari seorang cenayang wanita hebat yang katanya bisa melihat masa depan."
Ryu tahu semuanya, dia tahu apa yang akan terjadi. Tapi dia tetap terkejut karena semua ini terjadi sama persis dengan sebelumnya. Dia sejenak berpikir, jika dia merubah suatu keputusan akankah akhirnya akan berubah. Matanya membulat. "Ah, jangan bilang kalau Panglima kesini untuk mencariku? Apa yang kamu maksud cenayang wanita itu adalah aku?" Ryu mengerutkan alisnya menatap tajam panglima perang kerajaan Wen.
"Memang dia orangnya, Panglima!" Mendengar ucapan kakeknya, Ryu semakin membelalak.
"Kakek benar, aku memang si cenayang hebat itu!" Ryu menyeringai, sudah waktunya dia kembali ke istana dan membalaskan dendamnya pada para penjahat busuk itu. Setelah menyetujui Hu Yazhu, Ryu dan kakek Asahi menutup kedai dan masuk kembali ke dalam.
"Ryu," kata kakek Asahi. "Kakek tidak akan memaksamu, jika memang kamu belum yakin, lebih baik kamu tidak kesana." Kakek Asahi menatap datar Ryu.
"Aku sangat yakin, aku harus pergi kesana kek!" jawab Ryu bertekad.
Kakek Asahi mengangguk Kemudian pria tua itu berjalan lurus ke arah sebuah lemari kayu yang telah usang dimakan waktu mengeluarkan sebuah kotak kecil dan menyerahkannya pada Ryu. "Lihatlah ini milikmu!"
Ryu membukanya dan dia melihat sebuah lambang kerajaan Wen Lei, yaitu sebuah jepitan rambut emas dengan bentuk burung pheonix. "Kakek menemukannya saat kamu terluka parah waktu itu. Jika benar ini benda milik kerajaan artinya kamu bisa mencari jawaban mengenai dirimu di sana."
Ryu mendengus pelan, dia tahu betul bahwa dirinya adalah Putri Yijin. Dia sudah ingat semuanya, tentang kecelakaan yang membuatnya hilang ingatan dan di temukan kakek Asahi. Bahkan tentang kembalinya ia ke Istana yang membawanya pada kematian. Dia sedikit ragu bukan karena tidak ingin kembali, melainkan dia hanya takut untuk melukai orang yang dia kasihi.
Jika seandainya waktu itu dia tidak kembali, mungkin saja Kakek Asahi, Huo Sijue dan Ayahnya Raja Wen Lei akan selamat. Dia hanya takut melukai orang-orang yang tidak bersalah lagi karena ambisinya untuk kembali ke Istana. Tapi, dia juga tidak bisa hanya berdiam diri dan menganggap tidak ada yang terjadi.
"Ryu, kesempatan tidak selalu datang dua kali. Jika kamu ingin kembali, maka lakukanlah dengan perencanaan yang matang!" Nasehat kakek Asahi seolah ditujukan pada dirinya untuk membulatkan keputusannya.
Ryu mendengus pelan, dia terlihat tenang dan memikirkan sebuah ide yang bagus. "Kakek, jika si panglima datang mencariku. Katakan bahwa aku punya syarat untuk datang ke Istana."
"Syarat?" Kakek Asahi mengerutkan alisnya.
Ryu mengangguk dengan senyuman. "Benar, aku ingin datang ke kerajaan bukan sebagai dukun wanita. Melainkan sebagai calon istri Panglima Perang!"
Kakek Asahi membelalak. "Ryu, apa kamu sakit?"
"Kakek! Aku serius!" Ryu mengerucutkan bibirnya kesal.
Kakek Asahi menggeleng pelan. "Kamu kira dia akan menerima syaratmu? Alih-alih menerimanya, dia bisa saja memenggal kepalamu!"
"Kakek, sampaikan saja keinginanku. Aku akan mengurus sisanya!" Ryu menyeringai, kali ini dia punya rencana yang bagus untuk masuk ke Istana Wen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
lanjutkan
2023-03-20
0
Ir Syanda
Semangat kakak ...
2023-02-20
1
Radiah Ayarin
mereka sangat deh
2023-02-19
1