Episode 5. Calon Permaisuri

"Yang Mulia, walaupun terkesan egois, tapi sepertinya memang benar perkataan para bangsawan untuk menyegerakan pernikahan anda." ucap Diana tersenyum hangat.

"Haish.. aku tidak menyangka Baginda tumbuh dengan cepat dan akan segera mempunyai istri," ucap Diana melanjutkan.

"Baroness, sejak kecil.. aku sering kali meminta bantuanmu untuk masalah kecil. Lalu sekarang, aku akan meminta bantuanmu kembali." Zac tersenyum tipis dan menatap Diana.

"Tentu saja saya akan membantu Yang Mulia, apapun itu." Diana mengangguk paham.

"Aku sebenarnya sudah mempunyai calon untuk ku jadikan permaisuri." Zac menghela nafas kasar. "Tolong katakan pada para pelayan untuk mencari wanita berambut pirang. Siapapun yang menemukannya, aku akan membayarnya dengan Permata Esyrst, permata yang hanya muncul 3 tahun sekali pada kerajaan Laturhu.

Deg!

Diana terdiam sejenak, ia sedikit terkejut karena selama ini ternyata Zac sudah mencari calon permaisuri nya. "Baik, saya akan sampaikan." sahut Diana kembali mengangguk. Ia lalu keluar dari ruangan Zac.

"Apa.. dia benar-benar ada? Permaisuri ku.." Zac termenung sambil mengingat mimpinya kemarin malam.

****

"Zachyre, kau dan dia terikat satu sama lain, entah apapun masalah yang akan engkau hadapi kedepannya. Ibu akan selalu ada, menemani di setiap langkahmu. Kalung ini, adalah kalung ibu satu-satunya yang berharga. Ibu akan memberikannya pada putra ibu satu-satunya, dan jika sudah saatnya ditentukan, tolong berikan kalung ini kepada calon istrimu, wanita berambut pirang, dan bermata biru, warna mata yang sangat jarang ditemukan di kekaisaran ini."

"Ibu.." Zac tertunduk sambil mengelus sang ibu. Ia ditinggal mati oleh ibu dan ayahnya sejak usianya beranjak 13 tahun. Zac juga harus menanggung tanggung jawab sebagai raja di umurnya yang masih kanak-kanak.

🍃🍃🍃

"Yang Mulia, apa Yang Mulia kembali memimpikan mendiang Permaisuri?" tanya Edward sambil membaca sebuah buku politik yang ada di genggamannya.

"Tidak, hari ini aku tidak memimpikan apapun." jawab Zac menggeleng.

"Sejak kapan anda akan menunggu wanita itu? Wanita langka yang hanya ditemukan di negara tempat kepemimpinan Raja Colvanus, bukan?" Edward memijit pelipisnya, tidak tahu apa yang harus ia katakan pada Zac beberapa hari terakhir.

"Yang Mulia, bisa saja wanita yang anda cari berada di tempat dimana Raja Colvanus berada. Saya pikir, jika anda terus berdiam diri dan--"

"Dia berbeda, Edward." Zac menatap tajam Edward, ia lalu menatap tajam ke arah depan.

"Apa? Berbeda?" Edward mengerutkan keningnya karena tidak mengerti. Ia lalu menutup buku dan menaruhnya diatas meja.

"Jika memang benar wanita itu ada di wilayah Colvanus, maka harusnya kalung ini sudah bereaksi." jelas Zac tegas, seraya memandang kalung yang terikat di lehernya semenjak perang terjadi.

"Yang Mulia, apa jangan-jangan.."

Zac tersenyum tipis, "Selama ini, kau bertanya-tanya apa gerangan yang membuat aku mempunyai kekuatan sihir secara tiba-tiba, kan? Sayangnya, kekuatan itu hanya bisa terpakai saat itu saja. Kini, untuk mendapatkannya, aku harus bertemu wanita itu, dan menyerahkan kembali kalung ini kepadanya,"

"A-apa?" Edwrad membuka bola matanya lebar. "Aku benar-benar tidak mengerti, Baginda. Tapi aku percaya apapun perkataan Baginda pasti adanya." Edward menghela nafas kasar.

"Yang Mulia, sebentar lagi akan ada acara ulang tahun Marquess Ahen, dia berencana untuk mengadakan pesta ulang tahun di kediamannya, dan kemarin ia mengundang anda untuk--"

"Lagi-lagi Marquess Ahen?" Zac mengerutkan keningnya. "Bagaimana bisa ia mengadakan pesta? Padahal, hari ini masih hari berduka atas para pahlawan dan korban yang terjerumus dalam peperangan itu." Zac menggigit bibir bawahnya dan mengepal tangannya kesal. "Apa dia gila?!"

****

"Oh Ya ampun, ternyata Yang Mulia sudah mempunyai calon?" bisik-bisik para pelayan mulai terdengar saat jam makan siang saat ini. Tentu saja itu karena pertanyaan dari Diana yang bertanya mengenai wanita berambut pirang dengan warna mata biru di kekaisaran ini.

"Astaga, sayang sekali ya~ padahal aku berharap Yang Mulia melajang seumur hidup agar aku bisa memimpikannya setiap malam~" ucap salah seorang pelayan sambil menepuk jidatnya.

"Sudahlah, lagipula ini berita bagus karena akhirnya kita mempunyai permaisuri di istana ini." Diana tersenyum sambil mengambil roti yang memang disediakan untuk makan siang para pelayan.

"Ah, benar juga! Aku penasaran bagaimana sifat dan parasnya, ya? Apa dia akan bersikap semena-mena karena tahu dia itu permaisuri?"

Ocehan demi ocehan terdengar dari ruangan itu. Berita mengenai calon permaisuri yang dipilih langsung oleh Yang Mulia Zachyre tentu saja menjadi topik panas bagi para pelayan.

"Sonia, ada apa denganmu? Dari tadi kau hanya terdiam dan termenung di pojokkan seperti itu! Apa kondisi tubuhmu sedang tidak baik?" tanya salah seorang pelayan pada pelayan bernama 'Sonia'.

"Jangan bicara seolah kau tahu segalanya tentangku!" Sonia berdecih pelan. Ia lalu berbalik badan dan pergi ke ruangannya.

"Ada apa dengannya?"

"Apa dia sedang kurang sehat?"

"Aduh, kenapa sih kalian mengkhawatirkan anak sepertinya?" tiba-tiba saja, datang seorang pelayan dengan riasan cukup tebal di wajahnya. "Kalian tahu sendiri kan kalau Sonia itu cinta mati sama Baginda, dia pasti tidak terima kalau Baginda menjadi milik wanita lain!" ucap wanita berkepala tiga itu.

"Huh, benar juga, ya!" oceh para pelayan lain.

Sementara itu, Diana hanya bisa menghela nafas kasar melihat kerumunan para pelayan itu. Padahal, ia hanya berniat untuk menyampaikan perintah Zac untuk mencari wanita itu. Tidak disangka, situasinya jadi rumit seperti ini.

****

"Nah, sebentar lagi kau boleh pulang, karena kondisi tubuhmu sudah membaik!" Dokter Lily tersenyum menatap Rubby, gadis baik hati dengan paras yang rupawan.

Kukira dia manusia yang jahat, tapi ternyata aku sudah salah sangka. Rubby tersenyum hangat menatap Dokter Lily. Awalnya, ia berpikir, apakah seorang Elf bisa bertahan di dunia manusia? Nyatanya, saat ini ia masih bisa bernapas dengan tenang dan perawatan yang baik dari Dokter Lily.

"Dimana manusia.. eum, maksudku, dimana pasien yang lain?" tanya Rubby kikuk.

"Mereka masih dirawat karena mengalami cedera cukup parah. Untungnya, anda tidak mengalami luka sepatah itu," Dokter Lily tersenyum dan mengusap lembut kepala Rubby.

"Aku baru pertama kali melihatmu, dan ini juga pertama kali aku merawatmu. Padahal, aku adalah Dokter kalangan bangsawan maupun kalangan rakyat biasa, tapi aku belum pernah melihat wajah mu, wajah yang sangat amat cantik," Dokter Lily kembali tersenyum sambil memasangkan perban di tangan Rubby.

Entah bagaimana lingkaran hitam itu bisa menghisap ku sampai ke dunia manusia, tapi aku bersyukur bisa bertemu Dokter Lily sebagai penyelamatku.

"Dokter Lily, saya sungguh berterima kasih atas bantuan anda." ucap Rubby sambil menggenggam jari Dokter Lily.

"Ah.." Dokter Lily mengangguk, ia lalu menjawab ucapan Rubby. "Jika ada Baginda disini, dialah yang paling pantas mendapatkan ucapan terima kasih dari para korban disini." ucap Dokter Lily dengan suara serak.

"Baginda?" Rubby menatap Lily dengan penuh pertanyaan.

"Iya, Baginda Kaisar," jawab Lily. "Dia adalah orang yang berjuang demi Kekaisaran Goncalves sampai akhir, dan dengan sisa harta yang masih tersimpan, ia dengan suka rela membantu para korban yang mungkin banyak yang tidak pasti untuk diselamatkan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!