Setelah beberapa hari silam, pihak bangsawan dari kekaisaran Goncalves maupun dari luar negara berbondong-bondong menyerang Kekaisaran, hingga perang besar itu terjadi.
Flashback End..
"Apa anda masih memikirkan hal yang telah lalu, Yang Mulia?" tanya seorang pelayan wanita yang sudah berkepala empat itu. Dulunya, ia adalah pengasuh Zac sewaktu kecil. Karena dibuang oleh anak dan suaminya, akhirnya Zac memutuskan untuk membolehkannya tinggal di istana ini, dan sebagai tanda terima kasih, ia memutuskan kembali bekerja sebagai pelayan yang melayani Zac dengan tulus.
"Mungkin saja aku terlalu berlebihan memikirkannya," Zac memandang langit lewat jendela yang terbuka.
"Yang Mulia, ini sudah larut, jika anda terus mencari angin lewat jendela, anda bisa masuk angin." ucap Diana, pengasuh sekaligus pelayan di istana kekaisaran ini.
"Baroness, kau selalu saja berkata begitu, padahal, tubuhku sudah kuat dan aku juga sudah besar sekarang." ucap Zac tersenyum tipis.
"Tentu saja karena saya mengkhawatirkan Yang Mulia. Daripada itu, Yang Mulia juga tidak pernah memanggil nama dan terus memanggil gelar saya yang sudah terhapus," Diana menundukkan kepalanya sambil merapikan berkas-berkas yang berserakan.
"Maaf, aku terlalu terbiasa mengatakannya." Zac berbalik badan, ia lalu mengelap tangannya dengan sapu tangannya yang berwarna cokelat kehitaman itu.
"Bagaimana dengan kondisi kesehatan anda? Saya dengar anda ditemukan di ruangan bawah tanah milik Marquess Ahen? Kenapa bisa--"
"Panjang kalau saya ceritakan, Yang Mulia. Saya akan menjelaskannya lain kali saat matahari sudah terbit" Diana tersenyum dan menatap ke arah Zac yang masih berdiri tegak menatap langit malam.
"Istirahatlah, Baroness. Ini sudah lebih dari cukup daripada hari biasanya," Zac tersenyum dan mempersilakan Diana untuk keluar. Sementara Diana, ia menyahutnya dengan anggukan kepala.
****
"Bagaimana? apa kau sudah melakukan pengumuman mengenai kemenangan Kekaisaran Goncalves dengan baik?" tanya Zac begitu Edward sampai di ruang kerjanya.
"Iya, Baginda. Sekarang, banyak para bangsawan yang tadinya mendukung musuh kembali ke Kekaisaran ini."
"Ck, dasar para sampah." umpat Zac sambil menandatangani berkas-berkas yang ada diatas mejanya.
"Dibanding itu, saya mendapat berita bagus mengenai negara lain." Edward tersenyum dan menyerahkan sebuah peta pada Zac.
"Lihat ini, Yang Mulia. Pada perbatasan antara Kekaisaran Goncalves, dengan Kerajaan Vintaose, ada sebuah tanah lapang yang lumayan besar milik Raja Vintaose. Dia berkata akan memberikan tanah itu sebagai tanda permintaan maaf pada anda, Baginda. Ia juga menitipkan saya sebuah surat dan berharap Baginda mau membalasnya," jelas Edward panjang lebar.
"Berikan aku suratnya!"
...Wahai Yang Mulia, saya benar-benar menyesal telah mengikuti jalan yang salah dengan ketiga pemimpin itu. Saya benar-benar bodoh sehingga tidak bisa membedakan yang mana yang benar dan yang mana yang salah. Jika berkenan, sebagai tanda permintaan maaf saya, saya akan memberikan tanah lapang dekat perbatasan antar wilayah kita. Saya harap Yang Mulia bisa memaafkan saya dan membangun kembali hubungan antara Kekaisaran Goncalves dengan Kerajaan Vintaose....
...Untuk : Yang Mulia Zachyre, Kekaisaran Goncalves...
...Dari : Raja Gulhu dari Kerajaan Vintaose...
"Hanya sebuah tanah lapang? Dan dia.. dia berharap aku memaafkannya? Sungguh naif."
Setelah membaca isi surat itu, Zac meremass kertas surat itu dan membuangnya ke sembarang arah.
"Yang Mulia, saya pikir anda bisa mempertimbangkan nya sekali lagi, biar bagaimanapun itu adalah tanah yang lebih besar daripada Kota Duelay, salah satu kota dengan peringkat 15 besar di Kekaisaran ini." jelas Edward sedikit ragu. Bukannya ia mendukung musuh, tapi tanah itu pasti akan berguna untuk kekaisaran Goncalves ke depannya.
"Edwrad, aku bukan seorang Kaisar bodoh yang mudah terpengaruh akan tanah seperti itu. Bahkan, kota dalam Kekaisaran ini jauh lebih banyak dan ada yang lebih besar dibanding tanah tidak berpenghuni itu." jelas Zac.
"Tapi Yang Mulia--"
"Tenanglah Edward, aku tidak akan sepenuhnya menolak itu," Zac tersenyum dingin, ia lalu meminta Edward untuk menyediakan nya sebuah kertas untuk membalas surat itu yang dikirimkan Raja Gulhu.
*****
"Apa Raja Vintaose sudah membalas kembali surat yang aku kirimkan?" tanya Zac ditengah kesibukannya menandatangani dan mengecek berkas-berkas di ruangannya itu.
"Sampai saat ini, belum." jawab Edward sambil membaca undangan-undangan dari bangsawan pada Zac.
"Haish.. semua surat ini tidak ada yang berguna," Edward menghela nafas karena frustasi.
"Apa isinya?" tanya Zac penasaran.
"A-anu.." Edwrad terdiam dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Sepertiga persen dari surat ini berisikan kontravensi antar bangsawan dan rakyat biasa. Lalu sisanya.."
"Ehm.. sepertinya anda tidak perlu mendengarnya, ha.. ha ha.." Edward tertawa kikuk. Ia lalu membereskan surat-surat itu untuk dibuang seperti biasanya.
"Apa isi dari surat yang lain?" tanya Zac dengan tatapan menikamnya.
"Ah.. disini banyak surat yang sudah lama tidak terbaca juga, jadi tercampur dan--"
"Edward, bisakah kau menjawab pertanyaanku dengan benar? Apa isi surat yang lain?!"
"Itu.."
*****
"Bagaimana, Nona? Apa anda sudah sadar?" tanya seorang dokter sambil mengusap punggung tangan wanita yang kini terbangun dari tidur panjangnya.
"Dimana aku?" wanita itu mengeluh kesakitan, namun ia bingung dimana ia berada saat ini.
"Nona berada di dekat istana, tempat pemulihan korban yang selamat dan ditemukan di sekitar sini." ucap Dokter Lily, salah satu dokter yang ditugaskan untuk merawat para korban yang selamat dan ditemukan di dekat lokasi perang.
"I-istana?" kedua bola mata wanita itu terbuka lebar, ia lalu memperhatikan Dokter Lily dari ujung kaki sampai ujung kepalanya.
Aku sungguh benar-benar ada di dunia manusia?!
"Ah.. telingaku.." wanita itu bergumam pelan, ia lalu meminta sebuah cermin pada Dokter Lily.
"Apa kau mengalami masalah di wajahmu, hum?" tanya Dokter Lily khawatir.
Telingaku! Kenapa jadi seperti ini?!
Beberapa hari lalu, dunia "Elf"
"Ayah, tolong lepaskan aku! sakit... hiks.." tangis wanita itu pecah begitu sang ayah menarik paksa lengannya untuk pergi ke sebuah lingkaran hitam yang sangat dalam.
"Ayah, aku minta maaf karena telah melukai anak itu, tapi, aku mohon.. jangan bawa aku ke tempat menyeramkan itu, ayah! aku mohon.. hiks hiks.." air matanya terus mengalir, tak henti-hentinya ia memohon untuk dilepaskan.
"Seharusnya kau bangga karena bisa menjadi penyelamat dunia ini. Dengan begitu, dunia Elf tidak akan dihantui rasa bersalah atas kesalahannya."
SHAAA..
"A-ayah!"
Sekuat apapun berusaha, nyatanya ia adalah putri yang terbuang. Untuk apa hidup dan terlahir sebagai Putri dari kerajaan Elf? Kekuatan, kasih sayang, ia bahkan tidak bisa mendapatkannya.
Kenapa?
Kenapa harus aku?
****
"Hah! Hah! Hah!"
"Hey, nona, kau tidak apa-apa? Napas mu begitu terdengar, kau lelah? kau baik-baik saja kan?" tanya Dokter Lily khawatir. Ia mengusap lembut kepala wanita itu.
"Diantara banyaknya korban yang berjatuhan, hanya ada dua orang wanita yang berhasil di selamatkan. Kau, dan seorang wanita hamil dengan anak yang tidak bisa aku selamatkan." Dokter Lily menunduk dan mengusap lengan wanita itu. "Aku tidak tahu nama mu, tapi kuharap kau bisa sembuh dan--"
"Rubby. Itu namaku," wanita itu menatap dalam Dokter Lily, perasaan tidak teartikan, namun seperti menusuk dada Dokter Lily sehingga ia hanya bisa mengangguk.
"Rubby, kau tahu batu Rubby? Dia sangat cantik dan indah, seperti namamu, Rubby Aloevera Celestine."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Lotus girl
Penasaran, sinopsisnya kan ada kata permaisuri gitu, kan? berarti nanti Zac bakal nikah dong? yuk bang, jangan lupa undang aku di hajatannya ya
2023-02-23
0
Lenkzher Thea
Lanjut thor
2023-02-21
1
Syakila Bella
Yokk semangat for up Icha 👍💪
2023-02-20
1