"Tidak bisa dipercaya.." Pionhe menatap Zachyre yang telah berubah menjadi kuat, sangat kuat.
"Ini... ini tidak mungkin.." diantara ketiga raja, tubuh George bergetar hebat. Ia yang mempunyai ambisi kuat selama bertahun-tahun untuk mengalahkan Zachyre, tapi sekarang, semua harapannya musnah.
"DASAR KALIAN RAJA BODOH!" George menatap jijik Colvanus dan Pionhe. Ia berlari mendekati Zac dan menatap tajam Kaisar itu.
"Mereka yang bodoh tidak akan bisa melawanku, tapi aku.. aku bisa melawanmu seorang diri! Ya, seorang diri! HAHAHAHA" George tertawa layaknya orang yang sudah mengalami gangguan jiwa.
Di samping itu, Zachyre yang melihatnya hanya terdiam dengan tatapan tajam seperti biasanya. Kaisar itu tersenyum sinis dan menghempaskan pedangnya
Trang!
"Sebuah serangan itu harus dilakukan secara adil, bukan? Maka dari itu, aku akan memakai telapak tanganku untuk menyerangmu, seperti kau yang menggunakannya untuk menyerangku." Zachyre menatap dingin Raja George. Tangannya terkepal dengan cahaya yang berada di sekitarnya.
"Ca-cahaya hijau? Kekuatan apa ini?" George membuka matanya bingung. Seketika tubuhnya tidak bisa bergerak, dengan tak sadar Raja Api itu mengeluarkan kekuatannya dan mentransfer nya pada tubuh Zachyre.
"Kau tidak perlu tahu apa kekuatan yang ada di tubuhku. Tapi yang terpenting, satu serangan dari cahaya ini bisa memusnahkan hama pengganggu seperti mu!" Kepalan tangan Zac semakin mengeluarkan cahaya. Pria itu mengangkat tangan dan memukul tepat di dada George.
"Akhhhh... Da.. dadaku.." keangkuhannya kini hanya menjadi bahan tertawaan semua orang disana. Lebih tepatnya, semua orang disana menertawakan diri mereka sendiri karena mengikuti langkah George. Kini, melihat Raja Api itu yang telah berlumuran darah dengan mayatnya yang kering, membuat para pengawal dan raja lainnya bergidik ngeri.
Sorot mata Zac kini menatap ke arah raja lain. "Katakan, siapa yang ingin kemari dan bernasib sama seperti Raja bodoh ini?" pertanyaan yang terlontar dari mulut Zac membuat semua orang terdiam. Bahkan kedua raja inti kekuatan di bumi ini juga tidak bisa berkutik.
"Mulai sekarang, aku, Sang Kaisar Zachyre Alvenys De Golcanves, secara resmi membuat undang-undang baru, terkait siapapun yang berani menentang dan melawan keputusanku, maka aku tidak akan segan-segan membunuhnya. MENGERTI?" Zachyre tersenyum puas atas kemenangannya sekaligus kekalahan mutlak bagi semua orang. Kekuasaannya kini akan diakui oleh seluruh penjuru dunia.
"Baginda.." Edwrad berjalan mendekati Zachyre, ia berbisik pelan di telinga Kaisar itu. "Baginda, haruskah kita memusnahkan mereka saja?" tanya Edward ragu.
"Tidak Edward. Selain 10 kerajaan ini, masih banyak kerajaan lain diluar sana. Untuk sementara ini kita biarkan mereka untuk hidup. Karena aku masih mempunyai rencana lain," ucap Zachyre menjawab.
Edward mengangguk paham, keputusan Zachyre adalah keputusan terbaik baginya.
"Setelah ini tolong umumkan kemenangan Kekaisaran Goncalves pada seluruh dunia, biarkan mereka tahu seberapa besar kekuatan seorang Zachyre" ucap Kaisar Zac sambil menatap langit.
"Saya mengerti, Yang Mulia Zachyre," Edwrad tersenyum senang, ia tidak salah karena mengikuti jalan Zachyre hingga masa kritisnya. Karena Edward mempercayai dan memegang erat sumpahnya pada Kekaisaran Goncalves.
*******
"Yang Mulia, menurut data, diperkirakan ada 106 pengawal yang selamat dan sekarang sedang dirawat untuk proses penyembuhan." jelas Edward begitu sampai di ruang kerja Zachyre.
"Apa kau sudah melakukan penyelidikan tentang para pengkhianat di Kekaisaran ini? Apa ada dari 106 pengawal yang berkhianat?" sorot mata tajam Zachyre tidak pernah berubah. Edward, dia adalah pengawal setia Zachyre selama bertahun-tahun. Namun nyatanya tak bisa ia pungkiri bahwa ia tidak bisa berkutik di hadapan Zachyre.
"90 persen dari mereka, sudah dipastikan tidak berkhianat." jelas Edward sambil menyerahkan kertas informasi.
"Walau tidak memilih untuk mendukung musuh, tapi kebanyakan dari mereka memilih untuk bersembunyi dan mengurung diri," lanjutnya.
"Cih.." Zac berdecih pelan. Begitu melihat daftar nama di kertas itu.
"Edward, berikan kertasnya padaku" titah Zac.
"Apa?" Edward menelan saliva nya kasar, ia lalu memberikan kertas yang berada di genggamannya, dan kini kertas itu beralih pada genggaman Zac.
Srak..
"Dasar mental rendahan!" umpat Zac seraya merobek kertas itu.
"Edward, rasanya baru kemarin kita membunuh orang, tapi sepertinya aku ingin membunuh orang lagi sekarang. Tidak, lebih tepatnya sampah!"
Edward hanya bisa terdiam mendengar ucapan Zac. Ia juga tidak bisa menyalahkan ucapan Zac, karena sejak perang besar terjadi, hanya beberapa pengawal yang mau mengorbankan nyawa nya demi Kekaisaran Goncalves.
"Apa kau sudah mengubur jasad para pengawal yang ikut serta dalam peperangan?" Zac mencoba mengatur napas dan beralih ke percakapan lain untuk meredam emosinya.
"Saya sudah mengumpulkan beberapa pengawal, tapi sepertinya banyak pengawal yang hanya tersisa beberapa bagian tubuhnya saat itu." jelas Edward, ia menunduk dan merasa prihatin pada keluarga korban yang saat ini pasti sangat berduka.
"Berikan bantuan secukupnya untuk keluarga korban, kita harus berbalas Budi karena mereka telah berjuang demi Kekaisaran ini." ucap Zac seraya menaruh dagunya di jari yang terkait dengan siku yang berada diatas meja.
"Tapi Yang Mulia, akibat perang besar, kita mendapat banyak kerugian, bahkan beberapa gedung dan rumah di sekitar Kekaisaran ada yang hancur karena pengkhianatan dari dalam Kekaisaran"
"Aku mengerti." hanya dua kata yang terlontar di mulut Zac. Ia tiba-tiba teringat saat dimana semua itu berawal.
1 MINGGU YANG LALU..
"Yang Mulia! Yang Mulia!"
Tok.. tok.. tok..
"Kepala pelayan?" Zac mengerutkan kening karena sedari tadi kepala pelayan di Istananya terus berteriak seraya mengetuk pintu.
"Masuklah." jawab Zac dari dalam.
"Ba-baginda, diluar.. diluar telah terjadi keributan besar! Saya mohon agar Baginda mau keluar dan menemui masyarakat sekarang juga!" ucap Kepala Pelayan, Lin Zhuo, pada Zac dengan panik.
"Aku akan keluar, tapi jelaskan dengan benar apa yang kau maksud!" ucap Zac tidak mengerti.
"A-akhir akhir ini, terjadi kejadian besar di sekitar Kekaisaran. Mulai dari pencurian, perusakan ladang dan perkebunan, bahkan kebakaran yang membuat masyarakat beramai-ramai meminta penjelasan dari Baginda," jelas Lin Zhuo dengan keringat yang membasahi wajahnya. Pasalnya, sedari tadi kepala pelayan itu sudah mencoba menghentikan para masyarakat. Namun nihil, mereka tidak memedulikan perkataannya dan terus marah-marah seraya meminta jalan masuk.
"Kenapa hal sebesar ini bisa terjadi di daerah kekuasanku?!" Zac mengerutkan kening, ia mengambil jubah kekuasaannya sebagai Kaisar dan berjalan cepat ke arah luar.
"BAGINDA! KAU HARUS GANTI RUGI ATAS KERUSAKAN RUMAHKU!"
"DASAR PECUNDANG! MASYARAKAT SEDANG MEMINTA PENJELASANMU, TAPI KAU MALAH BERDIAM DIRI DI RUANGANMU!"
"KELUAR SEKARANG!"
"KELUAR!"
Riuh-riuh terdengar dari dalam istana, Zac mempercepat langkahnya dan beranjak keluar lewat balkon atas.
"Bisakah kalian berhenti berteriak?" Zac berbicara cukup lantang, sehingga masyarakat kini terdiam sambil menatap tajam pemimpin mereka yang tak lain dan tak bukan adalah Zac.
"BAGINDA! TOLONG GANTI RUGI PERKEBUNAN KU YANG RUSAK!"
"RUMAHKU JUGA!"
"LADANGKU JUGA!"
Teriakan itu kembali memenuhi sekitar istana, diantara puluhan, ratusan, bahkan ribuan masyarakat yang berbondong-bondong memenuhi sekeliling istana.
"DIAMLAH!" Zac berteriak kencang, kini masyarakat hanya bisa saling tatap menatap karena takut.
"Baginda, tindakan kami mungkin dinilai tidak sopan, tapi kami membutuhkan kebutuhan pokok untuk kami hidup."
"Ya, benar!"
Zac menghela nafas kasar, ia berbalik badan dan memutuskan untuk keluar dari pintu utama.
Tak
Tak
Tak
"Pengawal, tolong keluarkan simpanan bahan pokok di gudang, aku membutuhkannya." titah Zac pada para pengawalnya.
"Baik Baginda."
"Tunggulah sebentar, aku akan mengambil beberapa bahan yang kalian butuhkan, jadi bisakah untuk tenang sebentar?" Zac menatap tajam masyarakat nya. Dengan kalimat itu, para masyarakat akhirnya terdiam sambil saling menatap satu sama lain.
"Aku tidak tahu apa masalah kalian, tapi sebagai pemimpin aku akan meminta maaf karena tidak memerhatikan masyarakat ku sendiri." jelas Zac dengan lantang.
"Namun.." sorot mata tajam dan menikam itu kembali ia tunjukkan. "Aku juga tidak akan segan berbuat nekat untuk orang-orang yang bertindak semena-mena dan tidak sopan! Kalian seharusnya berbicara secara baik-baik, bukan memenuhi istana seperti ini!"
"Sebagai Kaisar, status yang bahkan lebih tinggi dari seorang 'raja', bisakah kalian memandangku?"
Ucapan Zac berhasil menggiring opini publik, mereka lalu menunduk dan saling berbisik.
"Kurasa benar, Kaisar tidak tahu keadaan kita karena ia berada di lingkungan para bangsawan."
Tak lama setelahnya, beberapa pengawal datang dan memberikan beberapa kebutuhan pokok seperti gandum, roti, susu, dan beberapa vitamin yang disimpan dalam gudang.
"Siapapun yang mendapat kerugian, majulah ke depan dan jelaskan, maka semua makanan ini untukmu."
Mendengar ucapan Zachyre, masyarakat berbondong-bondong untuk maju ke depan dan mengangkat tangan.
"Yang Mulia! Saya bisa menjelaskannya! Saya tahu apa yang terjadi!"
"Tidak! Yang Mulia, saya bisa menjelaskannya dengan lebih detail sesuai keadaan! Saya akan menjelaskannya!"
"Izinkan saya yang menjawabnya!"
Zac terdiam dan menatap datar pada masyarakat, ia lalu berbalik badan dan menepuk bahu Edward yang berada di belakangnya sedari tadi.
"Aku ada urusan penting, kau pergilah dan urus mereka"
"Baik, Yang Mulia." Sir Edward mengangguk dan mendatangi para Masyarakat. Sementara Zac, entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa sakit dan mengharuskannya untuk kembali ke ruangannya.
*****
Ada sebuah rahasia, dimana hanya Zac yang mengetahuinya. Rahasia yang membuatnya terlindungi, namun juga membuatnya terancam.
~To be continued~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Syakila Bella
Baru baca udah ketempel di otak 😀 Bagus bgt, tapi paragraf akhir penuh teka teki😂
2023-02-20
1
Pacar Meddie
Paragraf terkahir membuatku penasaran, Thor!
2023-02-17
1
Lenkzher Thea
Lankut thor tetap semangat
2023-02-17
1