Elf Princess
"Baginda.." salah seorang pengawal melirih dengan kedua bola matanya yang berkaca kaca.
"Tidak ada harapan untuk kita menang lagi, Baginda. Mereka semua telah bersekongkol untuk menghancurkan Kekaisaran ini," ucap Sir Erward pada master sekaligus tuannya itu, Baginda Kekaisaran Goncalves, Kaisar Zachyre.
"Tidak ada kata kalah dalam kamus ku, kau tahu itu, kan, Edward?!" Zachyre menatap tajam netra mata pengawalnya itu. Hanya Edward lah satu-satunya yang mendukung Zachyre hingga masa kritisnya.
Edwrad terdiam, tubuhnya yang sudah lemah tak berdaya itu bertekuk lutut di hadapan Zachyre. "Saya mohon hentikan peperangan ini dan serahkan diri, saya yakin masih ada kesempatan untuk mendapatkan kembali kekuasaan anda." ucap Sir Edward memohon. Ia tak ingin meninggalkan Zac, namun disisi lain ia juga tidak ingin mati dalam peperangan, karena ia masih mempunyai keluarga yang harus dijaga.
"Baiklah.." Zachyre tersenyum tipis, sangat tipis. Ia menunduk dan mengulur tangannya.
"Kau bukan Edward yang aku kenal, maka dari itu, kau boleh pergi dari sini dan selamatkan lah dirimu." ucap Zachyre tersenyum.
"A-apa maksud Baginda?" kedua bola mata Edward terbuka lebar menatap wajah Zachyre.
"Ini kan yang kau mau? Aku bukan orang yang pemaksa, maka dari itu pergilah sebelum aku berubah pikiran," sorot mata tajam Zachyre berubah menjadi kekosongan. Ia bahkan tidak tahu kemana arah tujuannya lagi setelah 10 kerajaan besar menyerangnya.
"Tidak, maksudku-- a-aku.." Edward tidak bisa berkata-kata. Ia tertunduk karena tidak tahu harus menjawab apa.
"Terima kasih sudah menepati sumpahmu pada Kekaisaran Goncalves selama 20 tahun ini, kuharap pilihanmu untuk menyerah pada sekutu adalah pilihan yang tidak merugikan dirimu sendiri," Zachyre menepuk pundak Edward dan terdiam, yang tersisa kini hanya dirinya seorang yang masih bertahan demi Kekaisaran yang sudah berdiri beratus-ratus tahun lamanya.
"Tidak, Baginda. Mana mungkin.. mana mungkin aku pergi sendiri tanpamu,"
"Edward!" Zachyre kembali menatap tajam pengawal kesayangannya itu. Edward hanya bisa terdiam dan tidak bisa membalas. Ia tahu pasti bahwa keputusan Zachyre tidak pernah bisa diubah.
Edward tersenyum pahit, air mata perlahan turun dari pangkal mata pria itu. Ia berusaha bangkit dengan tubuh yang lemah dan berlari ke arah lawan.
Trang!
Baginda.. aku..
Edward menghempaskan pedangnya ke atas tanah begitu saja. Dengan tangan kosong, ia tertawa keras dan berteriak. "KEMARILAH SEBELUM KALIAN KALAH, LANGKAHI MAYATKU TERLEBIH DAHULU, MAKA KALIAN BOLEH MENYERANG BAGINDA!" serunya berteriak.
Zachyre membuka matanya lebar, tak ia sangka bahwa Edward lebih rela menyerahkan nyawanya demi melindungi Zachyre.
Edward, kenapa kau tidak mengikuti perintahku? Tangan Zac mengepal dengan kedua bola mata tertutup.
"Jika seperti ini.. haruskah--" Zac terdiam sejenak. Ia tidak suka jika ada yang harus berkorban demi dirinya.
Tangan Zachyre mulai terangkat dan meraba-raba bagian dadanya, ia mencari sebuah kalung berlian yang selama ini ia pakai di lehernya.
Kedua bola mata Kaisar itu terpejam dengan sebuah permohonan yang ingin ia sampaikan.
"Lihatlah Kaisar bodoh itu, dia bahkan tidak pantas menjadi seorang Kaisar yang derajatnya lebih tinggi dari kita," seorang Raja dari kerajaan Julde menghampiri Raja lainnya. Ia tertawa renyah melihat Zac yang kini sudah lemah. Wajar saja, Zachyre mendapat serangan mendadak dari 10 Kerajaan besar yang diantaranya mencakup 3 inti kekuatan dalam dunia ini. Air, api, dan es. Ketiga raja itu diberi anugerah untuk mendapat kekuatan penting untuk melindungi dunia. Namun, biar begitu, tiga kerajaan itu tidak mendapat wewenang untuk mendapatkan pangkat Kaisar. Sebaliknya, Kerajaan Goncalves lah yang mendapatkan hak untuk menjadi pemimpin Kekaisaran karena berhasil mengalahkan perang besar yang terjadi 300 tahun lamanya.
Zac, ia adalah keturunan dari Kaisar-kaisar sebelumnya. Karena ia mendapat kutukan jahat saat dikandungan dahulu, maka pada saat ini lah waktu yang tepat untuk memusnahkan Kekaisaran Goncalves.
"Bagaimana para Raja? Apa kita langsung bunuh dia saja? atau biarkan dia memohon-mohon seperti orang gila seperti itu?" tanya salah seorang Raja sambil tertawa.
"Ya, mungkin seharusnya kita bisa membiarkan dia bertingkah dulu," saran Raja lainnya ikut tertawa.
"Tunggu!" seorang pria gagah dan bertubuh besar mengangkat tangan. Sorot matanya begitu tajam sehingga yang melihatnya pun ketakutan. Terdapat banyak bekas luka di wajahnya.
"Kita harus segera memusnahkannya sebelum ia berbuat sesuatu." ucap Raja George Jiornge. Ia adalah Raja dari para raja, salah satu pemimpin kekuatan besar, kekuatan Api.
"Tapi, Kekaisaran ini sudah runtuh, ada baiknya kita biarkan dia tersiksa melihat rakyat dan seluruh pengawasannya runtuh, bukan? Pasti akan seru melihat 'Kaisar dingin' itu menangis, hahaha.." Raja julde, Raja Alexis tertawa keras menatap Zachyre.
"TIDAK!" George berteriak keras sampai tanah bergetar. Sudah bukan rahasia lagi kalau pemilik kekuatan api memiliki sifat yang sama seperti api, mudah terbakar dan menimbulkan amarah.
Dengan penuh kekesalan atas ucapan dari para raja, ia menghancurkan pedang yang berada dalam genggamannya saat itu juga.
"Kalian mencoba melawanku, hah?!"
Kedua bola mata George lantas berwarna merah menyala. Ia berucap pelan dengan nada kasar,
"Aku pernah mendengar bahwa Kekaisaran ini mempunyai kekuatan rahasia yang tidak diketahui orang luar. Dan aku.. aku tidak mau rencana kita yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya gagal hanya karena ingin melihatnya menangis." George tersenyum sinis dan melanjutkan perkataannya. "Bukankah lebih baik melihat ia kesakitan dan berlumur darah? Dibanding melihat dia menangis? Kalian terlalu naif sehingga memberikan ruang untuknya." sorot mata yang tidak pernah berubah dari Raja itu membuat bulu kuduk semua orang merinding.
George terkekeh, ia kembali berucap. "Apa kalian melupakan satu hal? Diantara kita, dia adalah pemimpin yang paling muda, dan yang paling penting ia mempunyai kutukan jahat sejak kecil. Mudah saja untuk membunuhnya."
"Benar, apapun kata Yang Mulia adalah kebenaran." ucap salah seorang pengawal, ia adalah pengawal yang berada dalam wilayah kekuasaan George.
"Maaf jika kami lancang, tapi itu saran yang tepat, Yang Mulia." ucap pengawal lain.
Disisi lain, Edward yang melihat sorot mata aneh dari para raja di seberang sana membuat ia khawatir. Pasalnya, sedari tadi Zachyre tidak kunjung membuka mata dan masih berdiam diri di tempat.
Edward menghela nafas kasar, ia menatap langit sekilas dan mengambil pedang yang telah ia hempaskan ke atas tanah.
"Biar aku harus mati sekalipun, aku tidak akan membiarkan Baginda terluka." Edward tersenyum pahit dan bersiap. Langkahnya perlahan maju bersamaan dengan langkah para raja dan pengawal-pengawalnya yang tidak terhingga.
"Hyaaa!!!" Edward mengangkat pedangnya dan mencoba melawan.
Aku tidak percaya bahwa pengawal yang telah diasuh dan diajarkan oleh Baginda Zac langsung tidak bisa menghentikan para raja sampah ini. batin Edward percaya diri. Ia berlari dan terus mengerahkan seluruh tenaganya demi melindungi Kekaisaran.
"Cukup sampai disitu, Edwrad." Zachyre melangkah kasar menuju Edward, melihatnya, para raja segera berbalik arah dan bersiap menyerang Zachyre.
"Pergilah untuk selamanya, Kaisar kecil!" teriakan dari para raja tidak membuat Zachyre takut sama sekali. Ia mengangkat pedangnya dan berjalan maju untuk melawan semua hama itu.
"HAAAH!"
Sring! Sring! Sring
Dentuman keras dari pedang itu sudah cukup mengetahui bahwa seberapa banyaknya pengawal yang menyerang Kekaisaran Goncalves.
Selain itu, Edward juga tidak pantang mundur. Ia membantu Zac untuk membasmi beribu-ribu pengawal yang dinaungi oleh para Raja. Sedangkan Zac, ia memilih untuk membasmi sumber hama-hama itu, yaitu Raja Colvanus, George, dan Pionhe, ketiga pengendali kekuatan di dunia ini, Colvanus sebagai Raja Air, George sebagai Api, dan Pionhe sebagai kekuatan Es.
"Sekarang, siapa yang kalian sebut bodoh?" Zac tersenyum sinis di hadapan ketiga pemimpin kekuatan suci, yakni api, air, dan es.
"Aku tidak yakin kalau kau bisa menghalau serangan ku, Zachyre" Colvanus tersenyum dan mengeluarkan cahaya dari ujung tongkat sihirnya yang berwarna biru.
"Colvanus, berhenti bermimpi dan buka matamu."
TRANGG!
"Apa?!"
"Tidak.."
Colvanus mengigit bibir bawahnya, ia kembali mengeluarkan cahaya dari tongkat saktinya itu.
"Pergilah sampah kecil!"
Shaaa....
"Kau..," Zac terdiam dan tersenyum.
"Dasar bodoh!"
BOOM!
"Agh.. bagaimana.. bagaimana bisa anak bodoh ini bisa menghalau serangan ku? Bukankah tadi.."
"Kau lupa? Dalam permainan itu ada sebuah rahasia, dan rahasianya adalah cara untuk membasmi hama hama seperti kalian." dengan tatapan dingin, Zac mengangkat pedangnya dan bersiap untuk menyerang.
Tiga Raja itu saling mengelilingi dan membentuk formasi. Mereka bahkan tidak tanggung-tanggung mengeluarkan seluruh kekuatannya dengan paksa.
"Cepat bentuk formasi! Tak peduli rahasia apa yang anak itu sembunyikan, yang terpenting adalah mengeluarkan seluruh kekuatan kita sekarang! Bisa saja dia akan mengeluarkan kemampuan lain nantinya." ucap Raja Pionhe. Walau awalnya George menolak, tapi dengan terpaksa ia melakukannya juga.
"Dengan seluruh kekuatan Air"
"Dengan seluruh kekuatan Api"
"Dan dengan seluruh kekuatan Es"
Kami..
Tiga pemimpin Inti kekuatan bumi
Memohon pada Sang Penguasa
Memberi kami bantuan
Untuk memusnahkan penghalang
Yang dapat menghancurkan dunia
"Hanya itu? Dasar hama tidak berguna," gumam Zac tertawa renyah. Zac mengangkat pedangnya, ia lalu mengayunkannya dengan sekali serangan.
BOOM!
Formasi itu hancur dengan kekuatan Zac. Senyum puas terukir di wajah kaisar itu, wajahnya mengibaratkan sebuah harimau yang sedang kelaparan.
"A-apa?" Colvanus membuka matanya lebar. Tak bisa ia percaya bahwa Zachyre sudah menghalau serangan yang sangat dahsyat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
renjana biru
waww fantasi elf ya kakkk,, semangat kakk😃
2023-04-08
0
Lotus girl
Wah suka banget sama cerita kerajaan fantasi gini, banyak-banyakin cerita tema kerajaan ya kak..
2023-02-23
3
Syakila Bella
Wah novel baru 🥳 Aku mampir Cha, semangat terus yaaa❣️❣️
2023-02-20
3