Tekad Abian sudah bulat. Apapun yang akan hatinya rasakan saat jauh dengan Kaniya nanti. Akan ia terima. Ia tidak dapat terus dekat dengan Kaniya yang tidak lain adalah anak kakaknya sendiri. Abian jatuh cinta pada Kaniya. Pun Kaniya terhanyut dengan kasih sayang Abian yang sudah berlebihan. Mereka telah melewati batas.
Abian sudah menyandang gelar sarjana, strata satu. Kemudian bekerja di perusahaan kakaknya Abrar. Itu membuatnya pelan pelan tumbuh menjadi pria dewasa yang beranjak mapan. Tetapi perasaannya pada sang keponakan baginya sangat meresahkan. Kebutuhannya sebagai lelaki tentu sudah harus tersalurkan dengan teratur.
Sebab itu ia segera pamit pada Kakanyanya. Untuk melanjutkan studinya ke London. Abrar sangat menyayangi adik satu-satunya itu. Maka, dengan segala bentuk dukungan moril dan materil ia pun memfasilitasi keberangkatan Abian untuk melanjutkan Kuliah.
“Jangan kamu habiskan waktumu dengan menimba ilmu terus Abian. Lirik lah beberapa gadis teman kuliahmu. Agar selesai kuliah nanti, kamu bisa pulang dengan calon istri atau dengan anakmu sekalian.” Gurau Abrar melepas kepergian Abian saat mereka sudah di Bandara.
“Siap Mas, selesai Wisuda Pasca Sarjana nanti. Aku akan segera melangsungkan pernikahan. Tugas Mas hanya siapkan dana untuk acaranya saja.” Abian tak kalah meladeni gurauan Abrar. Walau ia melihat, ada raut wajah tak suka pada wajah Kaniya keponakannya yang ikut mengantarnya.
“Ha … ha … jangankan dana. Jabatan pada perusahaan Mas juga sudah menunggu mu.” Jawab Abrar serius menanggapi permintaan adiknya.
Begitulah Abrar yang sangat menyayangi adiknya. Tak tega ia melihat adiknya sebatang kara hidup di desa, selepas lulus SMP. Sehingga ia menjemput Abian untuk di sekolahkan bahkan kini sudah bergelar Sarjana Ekonomi. Jatah jabatan di perusahaannya pun sudah Abrar siapkan, 15 % adalah pembagian saham yang di berikannya untuk Abian.
Tentu saja hal itu membuat Soraya istri keduanya itu agak gusar. Tak pernah ia rela Abian memiliki saham dan akan mendapat jabatan diperusahan milik suaminya. Namun, Abian memang termasuk orang yang cerdas. Sembari kuliah ia juga sudah terjun langsung sebagai pegawai di perusahaan yang di pimpin kakaknya.
“Belajar yang rajin, Kaniya … atau mau kuliah bareng Om di London.” Abian memencet hidung Kaniya di hadapan kakaknya. Bagi Abrar itu perlakuan biasa, sesuatu yang wajar antara om dan keponakan. Abrar tak menaruh curiga pada hubungan anak dan adiknya tersebut. Sebab baik Kaniya maupun Abian memang terlihat biasa saja jika di rumah dan di hadapan orang rumah.
Padahal, Abian dan Kaniya sering berjalan berdua dengan dalih mengantar jemput Kaniya sekolah, les dan kerja kelompok. Mereka layaknya orang berkencan. Selama ada Abian, Kaniya tak pernah punya teman berlainan jenis. Ia terlalu fokus pada adik ayahnya tersebut. Begitu juga dengan Abian. Tak ada satu teman mahasiswa cewek pun yang membuat hatinya tertarik. Semua ia bandingkan dengan Kaniya. Dan bagi Abian, Kaniya adalah wanita sempurna, lembut dan selalu manja dengannya. Abian merasa menjadi manusia yang sangat berguna di mata Kaniya.
Baginya sosok Kaniya itu terbaik. Patuh, menurut, cerdas mudah di mengerti dan sudah sangat ia kenal kepribdaiannya. Tentu saja. Sebab ia kenal Kaniya sejak usia 10 tahun. Dari usia anak anak, hingga menjadi remaja. Dari dadanya rata sampai kini tidak rata. Pun semua tak lepas dari campur tangannya dalam hal membentuk dan memompanya. Salah. Ini jelas sangat salah.
***
Kini mereka sudah berada di lain benua, beda iklim juga musim. Di awal perpisahan banyak air mata yang tertumpah dari mata Kaniya, sebab selalu merindu saudara ayahnya tersebut. Kaniya menjadi pemurung, tak bergairah menjalani hari-harinya tanpa perhatian Om Abian.
Namun itu hanya berlangsung kurang lebih enam bulan. Hanya selama itu ia terpuruk dalam suasana rindu, sebab si pujaan hati sudah tak memberi kabar padanya. Kaniya hanya bisa memantau kegiatan Abian melalui media social. Jadilah Kaniya bagai pungguk merindukan bulan.
Satu hal yang membuat Kaniya bangkit untuk melupakan Abian adalah, sebuah postingan akan kedekatannya dengan seorang gadis bernama Alice. Wanita modern, cantik juga mahasiswa pasca sarjana seperti Abian.
“Love is you.” Begitu caption yang Abian pajang pada profilnya dengan picture memeluk wanita dewasa mapan yang sangat cantik.
“Forever Love and never ending.” Tak lupa Kaniya mengikuti akun milik wanita yang Abian tandai itu. Dan ternyata, postingan itu memang berhasil merusak tatanan dalam hati Kaniya, yang begitu merajakan Abian Wiguna.
Remaja tanggung itu sungguh terpukul. Tak terima hatinya melihat Abian bahagia dengan wanita lain. Konyol. Cintanya terlalu buta untuk melihat kenyataan, bahwa cintanya saru. Perasaannya hanya membuatnya berkubang di lembah dosa.
Abian menyelesaikan kuliahnya. Dalam kurun 3 tahun, ia sungguh kembali. Dan ternyata janjinya bukanlah isapan jempol. Alice sungguh ia bawa pulang dan di persuntingnya menjadi istri. Pernikahan mereka sungguh di gelar dan Abian pun hidup bersama sang istri terlihat bahagia.
Dengan segala perasaan pecah seribu, kini Kaniya harus tabah menghadapi kenyataan. Bahwa benar, Abian pulang dengan status menjadi seorang Magister Managemen, juga suami orang. Apa yang bisa Kaniya lakukan sekarang? Selain mengubur impiannya menjadi satu-satunya wanita yang Abian jaga dan sayang seperti masa masa lalu.
“Papa … apa aku boleh pindah kuliah?” tanya Kaniya suatu hari pada ayahnya. Tak bisa ia terus berada di kota yang sama bersama sang paman. Yang kadang ia temui di pertemuan keluarga yang tak terhindarkan.
Belum lagi, hatinya sangat sakit saat melihat kemesraan Abian pada Alice istrinya. Yang mungkin tak di sadari oleh Abian maupun Alice. Yang tak luput dari tatapan iri Kaniya.
“Mestinya bahuku yang sekarang Om Abi rangkul, bukan dia.” Geram Kaniya dalam hati.
“Huh … sudah seperti tak punya tangan saja wanita itu. Sampai minuman saja Om Abian yang ambilkan untuknya.” Kaniya sungguh dengki dengan perlakuan manis Abian pada istrinya.
Yang lebih Kaniya kesalkan ialah, sikap Abian berubah drastis padanya. Abian cendrung cuek, dan seolah tak pernah kenal bahkan dekat dengannya. Ia hanya di perkenalkan sebagai keponakan biasa, sama seperti ia memperkenalkan Bayu saudara tirinya dan Lidya saudara satu ayah dengan Kaniya, sebab Lidya lahir setelah Soraya menikah dengan Abrar.
“Apa sesungguhnya aku memang telah Om Abian tipu …?” bisik Kaniya saat ia melihat Abian berjalan ke toilet dan ia mengejar saudara ayahnya tersebut di sela keramaian pertemuan keluarga.
“Maksudnya …?” Abian menjawab namun dengan kepala yang di tolah tolehkan, untuk memastikan tak ada yang melihat kedekatan mereka sekarang.
“Kata Om … Cinta Kaniya.” Ucapnya tegas, masih setengah berbisik mendekati telinga Abian dengan berjinjit.
“Sudahlah Niya … lupakan semua masa lalu tentang kita. Om sudah beristri.” Jawabnya melengos pergi meninggalkan Kaniya yang termanggu. Sungguhkah ia sudah tak ada dalam hati sang paman.
“Heeeii … bahkan bibir ini kamulah orang pertama yang mencicipinya.” Umpatnya dalam hati dengan penuh rasa geram yang teramat sangat.
Untuk semua rasa sakit itu, Kaniya memutuskan untuk pergi saja. Meminta ayahnya bersedia menguliahkannya ke London. Sama seperti Abian yang pernah bersembunyi di Negara itu, menenggelamkan semua bara cinta, bahkan berhasil mendapatkan sepotong hati yang mampu membuat Abian berpaling dari cintanya.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Elok Oren 🤎
Bagus tu kaniya, jauh2 dari om Abian.
2024-02-25
0
Siti Aminah
baru nyimak thor...
2024-01-21
0
Dewi Zahra
nyimak dulu ya kak
2023-09-27
0