Beberapa bulan kemudian....
Nayla sampai di depan kampus negeri yang amat bergengsi di kota Bandung. Kampus ini terletak di Taman Sari. Hari ini adalah hari wisuda Reyhan. Sebelum masuk ke dalam area kampus, Nayla terlebih dahulu mendatangi sebuah penjual bunga dan boneka yang ada di depan gerbang kampus.
"Mau beli boneka yang mana, Neng?" Tanya penjual boneka ketika melihat Nayla memilih-milih boneka dari tadi.
"Yang ini berapa, Mang?" Nayla mengambil sebuah boneka teddy bear berwarna biru yang agak besar.
"Itu 180 ribu, Neng."
Senyum di wajah Nayla pun memudar ketika mendengar harga yang diucapkan pedagang boneka dan bunga itu.
"Kalau yang ini, Mang?" Nayla mengambil boneka yang kecil.
"Itu 80 ribu, Neng."
"Ya udah, saya ambil ini saja ya mang," Nayla tersenyum senang saat mendapat boneka yang sesuai dengan keadaan kantongnya sekarang ini. Nayla merogoh tas dan memberikan uang 100 ribu rupiah.
"Ini kembaliannya, Neng," ucap pedagang itu sambil memberikan kembalian 20 ribu rupiah.
"Masih ada untuk naik angkot," Nayla tersenyum menatap kembaliannya tadi. Uangnya memang tersisa 100 ribu lagi karena ini sudah memasuki akhir bulan.
"Aku jadi ingin segera gajian," gumam Nayla. Kemudian ia masuk ke dalam gedung kampus yang terkenal megah di Bandung ini.
"Rey?" Nayla tersenyum saat melihat kekasihnya tampak tampan dengan memakai baju toga.
"Nay?" Reyhan langsung menemukan sosok Nayla yang berjalan mendekat kepadanya. Ia terlihat sangat bahagia melihat gadis yang dicintainya datang untuk hari wisudanya.
"Dia datang, Ma?" Winie melihat Nayla dengan jengkel.
"Untuk apa dia datang? Mengganggu acara keluarga kita saja," Rika, ibu dari Reyhan memutar bola matanya.
"Biar saja Ma," Handi tampak menenangkan istrinya.
"Rey, ini untuk kamu!" Nayla memberikan boneka kecil berbaju toga yang ia beli tadi.
"Nay, padahal gak usah repot-repot," Reyhan tampak tidak enak. Ia paham betul dengan kondisi keuangan Nayla.
"Boneka santet itu kak? Kecil amat," Winie melihat boneka itu dengan sinis.
"Jangan diambil hati ya, Nay!" Bisik Reyhan kepada Nayla. Nayla pun hanya tersenyum kaku.
"Ayo acaranya akan segera di mulai!" Pak Handi kini yang berbicara.
Mereka pun berjalan bersama-sama ke aula tempat diadakannya wisuda.
"Hey kamu!" Rika berbalik dan menatap Nayla.
"Yang bisa mengantar para wisudawan dibatas dan hanya untuk dua orang. Kamu tunggu aja di sini!" Ucap Rika kepada Nayla.
"Nay, kamu tunggu sama Winie ya?" Reyhan tampak tidak enak karena yang akan masuk ke dalam gedung adalah kedua orang tuanya.
"Gak apa-apa. Aku tunggu sama Winie aja di sekitar sini ya?" Nayla mencoba tersenyum.
"Enak aja. Aku gak mau nunggu sama kak Nayla ya kak. Aku mau nunggu di mobil papa aja," Winie berbicara dengan cepat.
"Win, jangan gak sopan sama kak Nayla ya!" Reyhan menajamkan matanya.
"Udahlah Rey! Aku bisa nunggu sendiri kok," Nayla berbicara seakan baik-baik saja, padahal sedari tadi hatinya sudah perih bagaikan luka yang ditaburi dengan garam.
"Kamu masuk gih!" Nayla mengusir halus Reyhan.
"Ayo Rey!" Rika menarik tangan putra sulungnya.
"Nanti aku hubungi kamu kalau acaranya sudah beres ya?" Ujar Reyhan. Ia pun masuk ke dalam aula. Reyhan terus melirik kepada Nayla sebelum ia benar-benar memasuki Aula itu.
4 jam kemudian, acara wisuda baru resmi berakhir. Reyhan berlari ke luar dari aula, hal yang pertama ia cari adalah Nayla.
"Nayla di mana?" Dada Reyhan terlihat kembang kempis karena sedari tadi ia berlari mencari kekasih hatinya.
Kedua bola matanya menangkap seorang gadis yang tengah terduduk di sekitar selasar kampus. Reyhan pun tersenyum ketika sudah menemukan Nayla.
"Nay?" Reyhan berlari menuju ke arah Nayla.
"Udah selesai?" Wajah Nayla tampak berkeringat dan kelelahan. Ia menunggu selama 4 jam tanpa makan dan minum.
"Maaf ya lama!" Reyhan menghapus keringat di kening Nayla.
"Kamu minta maaf terus deh!" Nayla tertawa.
"Bahkan kamu masih bisa ketawa Nay saat keluarga aku perlakuin kamu kaya tadi," batin Reyhan dengan matanya yang menyiratkan banyak kesedihan.
"Ayo Nay! Udah ini kita foto studio," ajak Reyhan. Reyhan menarik tangan Nayla dan membawanya ke arah kedua orang tuanya yang sedang berdiri di depan aula. Tentu saja dengan Winie yang sudah terlihat kembali bersama kedua orang tuanya.
"Mah, Nayla ikut kita foto studio ya?" Reyhan berbicara dengan antusias.
"Ngapain ngajak Nayla sih Rey? Kan Nayla bukan bagian dari keluarga kita," sindir Rika secara halus.
"Iya nih kak. Kalau kakak entar gak jodoh sama kak Nayla masa fotonya entar di crop? Ga lucu kan," giliran Winie yang menimpali.
"Papa kali ini setuju dengan mama dan Winie, Rey. Foto studio kan hanya untuk keluarga inti karena nanti hasilnya dicetak dan dipajang di ruang tamu rumah kita. Kalau udah nikah baru boleh ajak Nayla," pak Handi menanggapi.
"Rey, orang tua kamu sama Winie benar. Aku pulang aja ya?" Nayla merasa canggung dengan keadaan yang menderanya.
"Kalau Nayla gak ikut, gak usah ada foto studio, Ma."
"Rey, ini kan hari penting kamu!" Rika meninggikan suaranya.
"Rey, aku pulang aja ya?" Nayla memotong.
"Aku anterin ya, Nay. Mah, Pa izinin Rey anterin Nayla dulu. Kalian tunggu aja di tempat foto studionya! Nanti Rey menyusul," Reyhan memberikan opsi, bagaimana pun ia tidak boleh membatalkan acara foto studio keluarganya karena itu adalah hal yang ditunggu-tunggu.
"Jangan lama-lama, Rey!" Pak Handi mengizinkan.
Reyhan pun langsung membawa Nayla dari hadapan keluarganya. Reyhan langsung memgantarkan Nayla ke rumahnya.
"Rey?" Panggil Nayla saat mereka sudah berada di dalam mobil Reyhan.
"Apa, Nay?" Reyhan fokus mengemudikan mobilnya membelah jalanan kota Bandung.
"Apa hubungan kita bakal berhasil?" Tanya Nayla. Kini ia sudah tidak bisa menyembunyikan lagi kesedihan dan kegundahan hatinya.
Reyhan menoleh ke arah kekasihnya yang kini duduk di sebelahnya. Ia melihat cairan bening merembes dari mata sayu itu. Reyhan mengerti pertahanan Nayla kini sudah roboh karena sikap dari keluarganya tadi. Ia pun menepikan mobilnya di jalanan yang cukup sepi.
"Nay, aku mohon bersabar ya?" Reyhan mengambil tisu di dashboard mobilnya dan mengusap mata Nayla.
"Aku selalu ingin nyerah setiap kali perlakuan keluargamu kaya tadi," Nayla menangis tersedu.
"Nay, ini ujian hubungan kita. Aku yakin kita bisa melaluinya."
"Tapi aku cape, Rey," terdengar suara Nayla yang memberat.
"Aku mohon, Nay! Bersabar sebentar lagi," Reyhan meraih pipi Nayla.
"Jangan kaya gini, Rey!" Nayla menyingkirkan tangan Reyhan dari wajahnya.
"Maaf, Nay!"
"Aku mohon jangan berhenti perjuangkan hubungan kita! Aku cuma minta kamu sabar bentar lagi aja. Sesudah wisuda, aku bakal kerja dan lamar kamu," paksa Reyhan lagi.
"Kamu mau kan bertahan sebentar lagi?" Desak Reyhan.
Nayla menatap mata Reyhan yang tampak tergenang oleh air mata. Ia pun seakan terhipnotis dengan mata yang selalu memandangnya dengan teduh itu.
"Iya, Rey. Aku akan bertahan," Nayla mengangguk.
****
Tak butuh waktu lama setelah Reyhan wisuda, ia langsung mendapatkan pekerjaan. Reyhan kini bekerja sebagai Insinyur perminyakan di salah satu perusahaan minyak terbesar di Indonesia. Reyhan sendiri sudah ditawari oleh ayahnya untuk mengelola bisnis perusahaan tambang milik keluarganya, tetapi Reyhan menolak dulu ide ayahnya, karena ia merasa masih minim pengalaman untuk mengelola sebuah perusahaan.
Setelah mempunyai penghasilan sendiri, Reyhan semakin gencar membiayai semua kebutuhan Nayla. Nayla tentu saja menolak, tetapi Reyhan tak pernah patah arang, ia selalu berhasil memaksa gadis itu untuk menerima setiap pemberian darinya. Setiap bulan Reyhan pun tak lupa mengirim sembako untuk keluarga Nayla. Hal itulah yang membuat Rika dan keluarganya semakin tak bersimpati kepada Nayla.
Setelah Reyhan bekerja, Rika semakin gencar untuk mempermulus perjodohan Reyhan dengan Luna. Setiap hari ia tak berhenti untuk membujuk putranya agar mau dinikahkan dengan Luna. Segala cara sudah Rika lakukan, tapi hasilnya masih nihil. Reyhan keukeuh menolak ide ibunya itu. Anita selaku ibu dari Luna pun sudah tak sabar mendapatkan kepastian akan nasib perjodohan putrinya dengan Reyhan.
"Gimana? Anakmu udah setuju?" Tanya Anita saat mereka bertemu untuk membahas perjodohan Reyhan dan Luna.
"Belum. Anakmu gimana?" Rika balik bertanya.
"Dia udah setuju. Aku pura-pura sakit. Coba kamu ikuti apa yang aku lakuin. Anak sebaik Luna dan Rey gak akan tega liat ibunya sakit," Anita memberikan ide.
"Baiklah, Nit. Aku coba," Rika menyetujui ide calon besan idamannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Andariya 💖
wah..ini Reyhan baik banget dgn Nayla..beda banget dgn keluarganya ☺️☺️☺️
2023-02-26
0
Shakila Anwar
Rika versi emak-emak ikan terbang. bener2 jahat
2023-02-20
1