Reyhan mengantarkan Nayla sampai ke depan pintu rumahnya. Reyhan sengaja untuk tidak mampir dulu karena hari sudah Larut malam. Ya, Nayla mengambil kuliah kelas karyawan, sehingga jadwalnya adalah sore sehabis pulang ia bekerja. Nayla merasa lelah dengan aktivitas nya yang padat, namun ia harus selalu bersyukur karena dirinya masih bisa meneruskan pendidikannya walaupun dengan jalan yang tidak mudah. Jalannya untuk mengenyam pendidikan di kampus yang berada di pusat kota Bandung itu dilaluinya dengan tidak mudah. Untuk masuk universitas swasta yang terkenal mahal dan bergengsi di Bandung itu, Nayla harus jeda selama setahun untuk melanjutkan kuliahnya.
"Rey, terima kasih kamu sudah mengantarkanku pulang," Nayla tersenyum tulus. Kini ia dan Reyhan sedang berdiri di depan pintu rumahnya.
"Sama-sama, Nay. Kalau begitu aku pamit ya? Salam buat ibu dan adik-adikmu," pamit Rey dengan setengah berbisik, ia tidak mau mengganggu keluarga Nayla yang sedang beristirahat.
"Iya Rey, hati-hati! Jika sampai, kabari aku!" Pesan Nayla. Rey mengangguk, kemudian jemarinya mengelus rambut panjang Nayla dan segera berlalu dari sana.
Reyhan membuka kaca mobil dan melambaikan tangan saat mobilnya mulai meninggalkan kawasan tempat tinggal Nayla yang padat. Hatinya selalu merasa hangat saat melihat wajah teduh Nayla, gadis yang sangat ia cintai. Impian terbesarnya adalah menikahi Nayla dan menua bersamanya.
Sepeninggal Reyhan, Nayla membuka pintu dari kunci cadangan yang ia bawa. Memang Nayla selalu membawa kunci cadangan, ia tidak mau jika harus mengetuk pintu dan membangunkan ibu dan adik-adiknya.
"Assalamualaikum?" Seru Nayla dengan suara yang lembut, tangan kanannya menutup pintu yang terbuka.
"Waalaikum salam, Nak. Kamu sudah pulang?" Ibu Nayla yang bernama Bu Asih menyambut kedatangan putri sulungnya dengan tergopoh-gopoh. Ia memegangi dadanya dan sesekali batuk.
"Bu, mengapa ibu belum tidur ?" Tanya Nayla, ia lalu menggandeng lengan Bu Asih menuju kamarnya.
"Ibu tidak akan bisa tidur jika kamu belum pulang, Nay. Uhuk. Uhuk.." Bu Asih memegang dadanya lagi, kali ini batuknya tidak berhenti. Bergegas Nayla mengambil air putih hangat ke dapur, lalu ia segera membantu ibunya untuk minum.
Bu Asih sudah lama sekali mengidap penyakit Asma, suaminya yang bernama Pak Agus sudah meninggal ketika Nayla kelas 2 SMA, ia meninggalkan 3 orang anak. Untuk menghidupi kebutuhan keluarganya, Bu Asih keliling kampung berjualan nasi kuning setiap pagi. Bu Asih Menjajakan dagangannya dari rumah ke rumah untuk menjual menu sarapan pagi itu. Tak jarang banyak sekali warga yang menghutang dan tak sedikit ada yang tidak membayar.
Melihat kondisi ibunya yang sudah sering sakit-sakitan, Nayla mencoba membantu perekonomian keluarganya dengan cara menjual gorengan di sekolah SMA nya. Ia selalu menitipkan gorengan yang ia buat di kantin atau membawanya ke dalam kelas. Syukurlah semua teman sekelasnya baik dan tidak pernah ada yang membully keadaannya.
Ketika Nayla lulus pun, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya, rencananya ia akan melamar menjadi karyawan pabrik. Namun saat itu Bu Asih menolak, bagaimana pun Nayla harus meneruskan pendidikannya. Tak hanya itu, Reyhan juga membujuk Nayla agar melanjutkan pendidikannya. Reyhan berdalih Nayla bisa mengambil beasiswa atau opsi kedua Nayla bisa kuliah sambil bekerja. Akhirnya Nayla menuruti nasihat ibunya dan Reyhan. Meski rehat selama setahun untuk mencari dana, akhirnya Nayla melanjutkan pendidikannya sambil bekerja.
Waktu itu Nayla melamar ke pabrik namun tidak ada satupun panggilan yang menghubungi no ponselnya. Mereka beralasan bahwa umur Nayla belum menginjak usia 18 tahun. Tak putus asa, Nayla melamar ke sebuah WO dekat tempat tinggalnya dan ia diterima ketika melakukan sesi interview.
"Apa dada ibu sakit ? Apa yang terasa, Bu?" Raut wajah Nayla menyiratkan kekhawatiran yang amat dalam.
"Tidak apa-apa, Nak. Ibu baik-baik saja," kilah Bu Asih, ia harus terlihat baik-baik saja di depan putri sulungnya. Ia tidak mau terus merepotkan Nayla.
"Jangan berbohong, Bu! Nayla mohon!" Nayla berkata dengan sendu.
"Hanya dada ibu saja yang sakit, Nak. Nanti juga baikan kok."
Nayla membuka tas miliknya, di dalam sana terlihat amplop berwarna cokelat yang tebal. Itu adalah uang yang diberikan Reyhan untuk biaya semester nya.
"Besok kita berobat ya, Bu?" Nayla mengusap lengan ibunya dengan lembut.
Bu Asih menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, Nak. Gajianmu masih lama. Sudahlah ibu tidak apa-apa."
"Kebetulan Nayla punya uang, besok kita berobat ya? Nayla mohon jangan menolak!"
"Baiklah, Nak," Bu Asih mengalah pada akhirnya.
"Ya sudah ibu beristirahatlah! Ini sudah malam," Nayla membantu membaringkan tubuh Bu Asih, kemudian ia menyelimuti tubuh wanita paru baya itu. Nayla benar-benar sangat menyayangi ibunya.
"Uang semester ku nanti saja aku pikirkan yang penting ibu harus berobat dulu," batin Nayla sendu.
Setelah melihat ibunya tertidur, Nayla meninggalkan kamar Bu Asih. Ia segera masuk ke dalam kamarnya. Terlihat adiknya yang bernama Dwi sedang tertidur lelap. Nayla mempunyai 2 orang adik, satunya perempuan kelas 1 SMA yang bernama Dwi. Satu lagi adik laki-laki yang bernama Bayu yang masih duduk di bangku SMP.
Nayla mengganti bajunya, lalu menjatuhkan tubuhnya disamping Dwi yang sedang tertidur dengan damai. Hari ini sangat lelah sekali.
"Tidurlah wahai diri! Kamu sudah bekerja sangat baik hari ini," batin Nayla menghibur diri, tak lama ia pun memejamkan matanya dan memasuki alam mimpi.
*******
Nayla merapikan gaun-gaun pengantin dan memasukannya dengan sangat cekatan ke dalam lemari kaca. Ia begitu senang bekerja di tempat ini, Nayla selalu ikut bahagia melihat sepasang kekasih memutuskan menikah dan ia bisa ikut membantu dalam memilih-milih gaun.
Tatapan Nayla beralih pada gaun pengantin berwarna nude yang terpajang di patung dengan sangat epik. Ia begitu jatuh cinta dengan gaun itu, Nayla berharap ia bisa memakai gaun itu saat pernikahannya nanti bersama Reyhan.
Nayla menggelengkan kepalanya, mencoba menepis angan-angan semu yang baru saja melintas di benaknya. Nayla merasa sedih jika mengingat perlakuan keluarga Reyhan kepadanya. Ibu dan adik Reyhan selalu saja memojokannya dan menghinanya. Nayla mecoba tidak ambil hati dengan perkataan pedas mereka. Namun Nayla juga manusia biasa, hatinya merasa seolah teriris ketika mendengar hinaan dan cacian dari keluarga Reyhan.
"Nay?" Panggil seseorang dengan suara khasnya membuat Nayla terlonjak. Ia terlalu asyik berkutat dengan lamunannya, hingga tidak menyadari kehadiran seseorang di sampingnya.
"Luna?" Seru Nayla dengan ramah, ia melihat sahabatnya mengunjungi galeri hanya untuk bertemu dengannya.
Luna adalah sahabat kecil Nayla, mereka bersahabat sejak SD. Mereka selalu bersama sama ketika melakukan berbagai kegiatan di sekolah. Hingga orang-orang menyebut Nayla dan Luna adalah adik kakak. Namun kenyataannya strata ekonomi mereka sangatlah berbeda. Keluarga Luna adalah orang terpandang. Ibunya berprofesi sebagai seorang notaris, dan ayahnya bekerja sebagai Chef senior dan memiliki restoran yang cukup mewah di kota Bandung. Jelas berbeda sekali dengan kehidupan keluarga Nayla yang harus berjuang sangat keras hari demi hari untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Ayo kita jajan seblak!" Ajak Luna seraya menarik-narik tangan Nayla.
Nayla mengiyakan, kemudian mereka segera mendatangi tempat favorit mereka. Kedai seblak yang kekinian.
"Kamu mau pesan seblak apa, Nay?" Tanya Luna saat mereka sudah berada di kedai seblak itu.
"Seperti biasa, Lun."
"Seblak kerupuk, kangkung sama siomay ya, terus levelnya yang paling pedas?" Luna sudah sangat hafal dengan jenis seblak kesukaan sahabatnya.
"Iya. Kamu pasti pesan seblak kwetiau plus mie glosor?" Nayla tertawa.
"Pasti dong," Luna tertawa. Mereka memang sudah sangat hafal mengenai makanan kesukaan masing-masing.
"Nay, aku mau cerita!" Luna memulai obrolan di antara mereka, terlihat dua porsi seblak yang sangat pedas dan masih mengeluarkan asap telah terhidang di meja mereka.
"Ada apa, Lun?" Nayla merasa khawatir dengan perubahan raut wajah sahabatnya.
Luna tidak kunjung menjawab, air matanya menitik membasahi pipinya yang merona. Ia berusaha merangkai kata dan mengeluarkan isi hatinya. "Aku dijodohkan, Nay."
Mata Nayla membulat karena terkejut. "Apa? Dijodohkan dengan siapa Lun? Kok bisa?" Nayla seolah tak percaya.
Luna tidak melanjutkan kata-katanya, ia menatap netra cokelat milik Nayla. Mata yang selalu teduh menatapnya. Luna ingin berbicara bahwa Reyhan lah yang akan dijodohkan dengannya. Namun, Luna tak tega untuk mengatakan langsung pada sahabatnya. Luna bertekad untuk menggagalkan perjodohannya dengan Reyhan tanpa harus memberitahu Luna.
"Lun?" Nayla melambaikan tangannya di depan wajah sahabatnya. Hal itu membuat Luna gugup.
"Em. Aku belum tahu dengan siapa aku dijodohkan, Nay. Tapi aku tidak mau Nay. Kamu tahu kan aku sudah punya pacar. Aku ga mungkin ninggalin Reza," Luna menumpahkan isi hatinya.
Reza adalah pacar Luna, mereka sudah berpacaran 3 tahun. Luna sangat menyayangi Reza dan begitupun sebaliknya.
"Cobalah berbicara baik-baik pada ibu dan ayahmu, Lun! Aku yakin mereka ngerti dengan posisi kamu," Nayla mencoba memberikan nasehat yang bijak.
"Tidak semudah yang kamu bayangkan, Nay. Mereka sangat berambisi untuk menjodohkanku dengan anak sahabatnya. Aku tidak mau menikah dengan pria yang tidak aku cintai, Nay," Luna mulai terisak.
"Aku hanya tidak habis pikir, Lun. Kamu kan masih jadi mahasiswi semester akhir. Lalu, sudah dijodohkan," Nayla menggaruk kepalanya.
"Mereka ingin aku menikah sesudah wisuda, Nay."
"Aku yakin semuanya masih bisa dibicarakan baik-baik, Lun!" Nayla mengelus punggung sahabatnya, Nayla lalu menyenderkan kepala Luna di pundaknya.
"Apa yang terjadi jika kamu tahu jika Reyhan lah yang akan dijodohkan denganku? Sanggupkah aku melihatmu bersedih Nay? Aku sungguh tidak tega. Beritahu aku, aku harus bagaimana Nay? Aku sungguh tidak ingin melukai hatimu," Luna berbicara didalam hatinya.
"Udah nangisnya? Ayo kita makan seblak! Biar kepalamu gak jangar," Nayla mendorong mangkok yang berisi seblak itu ke arah Luna. Luna mulai bisa tertawa lagi. Setelah bercerita panjang lebar, mereka mulai menyantap seblak yang mulai dingin itu disertai dengan cerita dan bersenda gurau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Nayla Varisha
pasti nay kuat harus nya luna terus terang aja siapa yang akan dijodohkan
2023-05-28
0
Kisti
emm.sahabat sndiri pasti nay kuat kg 😓
2023-04-09
0
Andariya 💖
Luna .akan menikah dgn Reyhan Luna🤣🤣🤣
2023-02-26
0