3. Sugar Daddy ..

Sepeninggal Ai, Qiran kembali menatap Ed yang sejak tadi terus memandanginya.

"Qirani Swastika, kamu membuatku seolah kehilangan akal," batin Ed.

Drtttt ... drtttt ... drtttt ...

Seketika tatapannya teralihkan dari gadis cantik itu lalu merogoh kantong celananya.

"Jack?! Ah, sh*it!!! Aku hampir lupa jika ada meeting dengan klien," umpatnya lalu mematikan ponselnya. "Baby, aku pamit."

"Nggak makan dulu?" tawar Qiran lalu terkekeh.

"Lain kali aja," jawabnya datar lalu mendaratkan satu kecupan di bibir kemudian berlalu meninggalkannya begitu saja.

Qiran hanya geleng-geleng kepala menatap punggung tegap pria itu yang kini sudah menghilang di balik pintu.

"Dingin, kaku, tatapannya selalu mengintimidasi. Haaahh, Qirani ... sepertinya kamu sudah nggak waras berhubungan dengan pria itu. Jika wanita lain, mereka pasti nggak akan kuat menatap matanya," gumam Qiran dengan hela nafas.

Karena merasa bosan, Qiran memilih turun ke lantai satu lalu ke meja barista. Gadis berparas cantik itu meraih salah satu celemek lalu memakainya.

"Biar aku bantu," ujarnya dengan seulas senyum.

"Mbak Qiran? Kebetulan ... maaf Mbak, bisa tolong antarkan kopi ini ke meja nomor sepuluh nggak?" pinta Lala salah satu karyawannya.

"Tentu aja boleh," sahutnya.

Setelah itu, ia pun membawa nampan menuju meja nomor 10. Dengan senyum ramah ia menyapa sang pemesan kopi.

"Maaf ... ini kopi pesanannya. Silakan dinikmati selagi hangat," tawarnya lalu menyuguhkan dua gelas kopi itu di atas meja.

"Makasih," ucap kedua pria itu bergantian.

"Sama-sama."

Setelah itu, ia kembali ke meja barista lalu lanjut membantu karyawannya.

Tik ... tik ... tik ...

Salah satu pria itu menjentikkan jari tepat di depan wajah temannya.

"Astaghfirullah, Kal ... lihatnya biasa saja. Jaga pandangan mata," tegurnya.

Mendapat teguran dari temannya itu, Haikal langsung cengengesan lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Edaaann tuh cewek, aku seperti nggak punya harga diri aja sebagai cowok," celetuknya.

Qays hanya menggeleng-gelengkan kepalanya lalu mengarahkan pandangannya ke arah dinding kaca cafe.

"Qays ... lihat nggak? Cantik sih, tapi tattoan mana bajunya kek kekurangan bahan lagi," lanjut Haikal lalu menyeruput kopinya.

Qays kembali terkekeh mendengar ucapan sang teman tanpa mengalihkan pandangannya.

"Abaikan saja, mungkin itu bentuk caranya dia mengekspresikan perasaannya," sahut Qays. "Kenapa? Kamu pengen coba?"

"Ayolah ... jangan kaku begitu. Jika sikapmu seperti itu terus, mana ada cewek yang mau dekat-dekat denganmu. Ingat umur dan segera cari jodoh, Qays."

"Nggak masalah, jodoh itu ditangan Tuhan. Tugas kita bukan untuk mencari jodoh, tapi mempersiapkan diri untuk menerimanya. Ketika kita sudah siap, jodoh itu pasti akan datang dari jalan yang nggak pernah terpikirkan oleh kita," ujar Qays dengan santainya.

Setelah itu, ia meneguk kopinya lalu melirik jam di pergelangan tangannya.

"Astaghfirullah ... sudah hampir jam tiga sore?"

Tiga puluh menit berlalu ...

Setelah menghabiskan kopi, keduanya memilih meninggalkan cafe itu setelah membayar bilnya.

Sesaat setelah duduk di kursi kemudi, Haikal melirik Qays lalu terkekeh.

"Qays ... nggak nyangka banget, tuh cewek penampilan aja seperti itu, tapi ternyata ramah dan sopan banget," puji Haikal.

"Haikal, kita nggak bisa menilai seseorang itu dari penampilan aja. Layaknya sebuah buku, mungkin covernya nggak menarik namun siapa yang akan menyangka, jika isi dari buku itu bisa memberikan kita suatu pelajaran berharga," pungkas Qays lalu menepuk bahu temannya.

Haikal mengangguk. "Benar juga ya."

Setelah itu, ia mulai melajukan kendaraannya meninggalkan cafe itu.

.

.

.

.

Di tempat yang berbeda tepatnya di salah satu markas milik Ed, tampak dua kubu sejak tadi sedang bernegosiasi.

"Apa Anda yakin jika barang itu aman dan akan sampai di tempat tujuan tanpa kendala?

"Tenang saja, saya jamin barangnya akan sampai dengan aman tanpa kendala. Jangan khawatir, orang-orang saya sangat profesional dan selalu bisa di andalkan dalam hal ini," kata Ed.

"Baiklah, saya pegang kata-kata Anda, Tuan Edmund. Jika sampai gagal, Anda pasti sudah tahu konsekuensinya."

Ed tersenyum sinis mendengar ucapan kliennya sambil memutar-mutar cincin yang melingkar di jari kelingkingnya.

"Cih! Memangnya siapa kalian!! Hanya kelompok kecil seperti kutu bagiku. Berani-beraninya mengancam," gerutunya dalam hati dengan rahang mengetat.

Tatapannya tajam mengintimidasinya, seketika membuat klien yang sedang duduk di hadapannya seolah menciut.

Ia menatap sang asisten seraya memiringkan kepalanya sebagai isyarat. Dengan sigap Jack langsung membawa sebuah mini koper lalu memperlihatkan barang haram tersebut.

"Tuan Danielo, ini barangnya. Malam ini kami yang akan langsung mengantarnya ke markas Anda," tegas Jack.

"Baik." Tuan Danielo langsung meminta asistennya meletakkan sebuah tas di atas meja lalu memperlihatkan uang itu pada Ed.

Lagi-lagi ia hanya memberi isyarat pada Jack untuk memeriksa keaslian uang tersebut.

Jika sudah berurusan dengan uang, Ed sangat teliti. Ia tak akan membiarkan rekan bisnisnya meninggalkan tempat selagi belum memeriksa keaslian uang itu.

Jika uang itu palsu maka mereka harus menerima konsekuensinya tanpa ampun. Tak perlu mengotori tangannya karena anak buahnya sudah tahu apa yang harus mereka lakukan.

"Tuan, uangnya asli."

"Good. Anda boleh tinggalkan tempat ini Tuan Danielo." Ia berdiri lalu menjabat tangan kliennya itu dengan sedikit keras hingga membuat pria itu meringis.

Setelah itu, Tuan Danielo meninggalkan markas bersama anak buahnya.

Beberapa menit kemudian ...

Ia memberi isyarat pada anak buahnya supaya segera mengerjakan tugas mereka. Setelah itu, ia meminta Jack mengantarnya pulang.

"Jack, pastikan barang itu akan sampai ke markas Tuan Danielo malam ini juga," tegasnya sesaat setelah duduk di kursi penumpang.

"Baik, Tuan."

Setelah itu tak ada lagi pembicaraan dari keduanya melainkan hanya suara mesin mobil yang menderu.

Kurang lebih satu jam mengendara, akhirnya mobil itu berhenti tepat di sebuah gedung apartemen tepatnya penthouse milik Ed.

"Kembalilah ke markas, pastikan semuanya aman terkendali. Jangan lupa hubungi aku jika tugasmu sudah beres."

"Baik, Tuan.

Setelah itu Ed meninggalkanya lalu menuju lift. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya lalu menghela nafas.

"Sebaiknya aku meminta Qiran membawakan makanan saja," gumamnya dalam hati sambil mengetik pesan lalu mengirimnya.

Sementara Qiran yang baru saja masuk ke ruang kerjanya langsung meraih ponselnya di atas meja.

Ia mengerutu kesal saat membaca pesan yang dikirim oleh Ed.

✉️ : Baby, aku ingin kamu membawakan aku makanan ke penthouse, no protes.

"Huh, ini bahkan sudah jam lima sore. Masa' sejak tadi dia belum makan, menyebalkan!"

Mau tak mau ia kembali ke lantai satu lalu meminta chefnya membuat makanan yang biasa pria itu pesan.

Dua puluh menit kemudian ...

"Qir, ini makanan pesanan si SUGAR DADDY," ledeknya lalu meletakkan paper bag makanan di atas meja.

Mendengar Ai menjuluki Ed sebagai Sugar Daddy, seketika membuatnya terkekeh lalu menggodanya.

"Belum tahu aja kamu, Ai. Sugar Daddy itu lebih hot lebih menantang daripada yang seumuran."

Ai langsung mencebikkan bibir dengan mata menyipit mendengar kalimat sahabatnya barusan.

"Dasar mesum," kesalnya lalu mendorong gadis itu keluar hingga sampai di depan pintu cafe. "Sana pergi! Daddymu pasti sudah menunggumu," usirnya.

Sambil tertawa, Qiran langsung menuju ke arah mobilnya di parkir. Tak henti-henti ia terbahak karena sahabatnya.

"Haaah ... Ai ... Ai ... lucu banget sih," ucapnya sesaat setelah duduk di kursi kemudi.

Ia menyandarkan punggungnya sejenak lalu menatap lurus kedepan.

"Ai, cukup hanya aku aja yang bergelut dengan dunia hitam itu. Aku nggak ingin kamu terjerumus. Sebisa mungkin aku akan melindungimu dan menghindarkanmu dari dunia yang penuh dengan maksiat itu. Kamu gadis yang baik. Semoga jodohmu juga dengan pria yang baik-baik," pungkasnya dengan suara lirih.

Setelah itu ia pun mulai melajukan kendaraannya meninggalkan halaman parkir menuju penthouse.

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!