2. Mau mencoba ...?

"Ada apa denganmu? Semalaman kamu terus meracau meminta tolong," tanya sahabatnya.

Qiran hanya tertunduk dengan nafas yang masih ngos-ngosan. Sedetik kemudian ia mengarahkan pandangannya ke arah pintu kaca yang terhubung ke teras balkon kamarnya.

"What?!! Sudah jam berapa ini?" Ia lalu menatap sahabatnya yang masih berdiri di depannya.

"Sudah jam satu sore," balas Ai lalu terkekeh. "Tumben kamu pulang semalam? Biasanya di Friday night kamu pasti menginap di bar?"

Qiran tak menjawab melainkan memilih ke kamar mandi.

"Aneh?!" Ai berguman sambil geleng-geleng kepala.

Sambil mengguyur tubuhnya dengan air dingin di bawah shower, Qiran kembali mengingat mimpi aneh itu.

Seketika tubuhnya langsung meremang saat mengingat lautan api yang ada di dalam mimpinya.

Satu jam berlalu ...

"Ai, aku ke cafe dulu," pamitnya.

"Bareng aja, soalnya aku sekalian ingin mengecek bahan-bahan yang kurang di dapur."

"Ya sudah, ayo," ajak Qiran.

Sesaat setelah berada di dalam mobil, sesekali Airy meliriknya. Sedangkan Qiran tampak santai dan mulai mengendarai kendaraannya itu menuju cafe miliknya.

Di sepanjang perjalanan tak ada percakapan di antara keduanya. Yang terdengar hanyalah suara musik R&B favoritnya. Tak biasanya Qiran seperti itu. Entah mengapa Airy sedikit merasa aneh dengan sahabatnya.

"Ini anak kesambet apa ya? Tumben bibir tipisnya itu nggak ngoceh? Rasanya aneh banget jika dia seperti ini," batinnya.

"Qir."

"Hmm, ada apa?"

"Ada masalah apa? Kok sejak tadi kamu bungkam? Apa semalam ...."

Ai menaik turunkan alisnya dengan senyum penuh arti.

Tahu jika otak sahabatnya itu memikirkan hal mesum, ia langsung mencubit lengannya lalu terkekeh.

"Why? Mau ikut coba? Threesome? Biar sedikit beda. Bwhahahahahaha."

"Dasar otak mesum. Ih menjijikan," kesal Ai.

"Lagian kamu mancing, ya sudahlah sekalian menawari," timpalnya sambil tertawa lucu.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih sejam lamanya, akhirnya keduanya tiba juga di cafe itu.

Seperti biasanya, Qiran selalu menyapa karyawannya dengan senyum ramah dan sesekali melempar candaan.

Jika di lihat sekilas, hubungan antara owner dan karyawan di cafe itu layaknya teman baik. Qiran tak pernah menganggap jika dirinya adalah bos tapi menganggap dirinya adalah salah satu karyawan cafe.

Justru ia menganggap sahabatnya lah owner cafe itu. Sifatnya yang ramah dan tidak sombong membuat para karyawannya begitu mengagumi dirinya.

Tak jarang pula jika ada waktu luang, Qiran mengajak mereka berlibur sambil melakukan kegiatan yang bermanfaat.

Seperti bersosialisasi dan berbagi, bagi orang-orang yang tak mampu. Ia sangat peduli dengan salah satu yayasan yang menampung kebanyakan wanita yang mengalami trauma akibat kekerasan seksual dan KDRT.

Karena pernah menjadi korban dan pernah berada di posisi itu, Qiran menjadi salah satu donatur tetap bagi Yayasan itu.

Separuh dari gajinya sebagai DJ, ia sumbangkan untuk Yayasan itu. Sedangkan uang hasil dari esek-esek ia gunakan untuk kepentingan pribadinya. Karena ia tahu jika uang itu bukanlah uang yang pantas untuk disumbangkan.

.

.

.

Kini gadis itu terlihat sedang berdiri di dekat jendela ruang kerjanya sambil menyesap rokoknya.

Lamunannya kembali melayang memikirkan mimpi anehnya semalam. Ia menatap tangannya.

"Kok, pergelangan tanganku masih terasa sakit ya? God ... mimpi itu terasa nyata. Tatapan kedua pria menyeramkan itu, seolah ingin membunuhku saja," gumamnya lalu kembali menyesap rokoknya.

Tak lama berselang ia tersentak kaget saat seseorang dengan tiba-tiba memeluknya dari belakang, mengecup punggungnya lalu menjalar ke leher jenjangnya.

"Suasana club' nggak asik tanpa dirimu," bisik pria itu yang tak lain adalah Edmund.

"Really?"

"Hmm."

Qiran membalikkan badannya lalu mengisyaratkan supaya Ed melepasnya. Ia pun menghampiri meja lalu mematikan api rokoknya di asbak.

"Then ... ada apa kamu kemari?"

Ed menggedikkan bahunya sambil menatapnya tanpa ekspresi alias datar.

Qiran memutar bola matanya seolah malas meladeni pria yang saat ini sedang berdiri tepat di hadapannya.

Ed menghela nafas lalu melingkarkan kedua tangannya ke pinggang ramping gadis itu. Mendekatkan bibirnya lalu mengecupnya.

Qiran langsung terkekeh. Harus ia akui, walaupun wajahnya selalu datar dan terkesan dingin namun pria itu selalu saja membuatnya melunak.

Tak banyak bicara namun langsung menunjukkan perhatiannya tanpa kata-kata manis atau gombalan semata.

Jelas seperti itu, karena Ed merupakan seorang mafia berkedok CEO. Kebal hukum dan semua yang bersangkutan dengan kriminal bukanlah hal yang tabu baginya.

Dibalik wataknya yang dingin dan kaku dengan tatapan mata yang tajam mengintimidasi, Qiran satu-satunya wanita yang sudah mencuri perhatiannya. Walaupun tahu jika gadis itu menerima klien, ia seolah tetap tak peduli.

Ia tetap masih mengharapkan jika Qiran mau menjadi istrinya. Namun sebaliknya, Qiran tak pernah mau berkomitmen dengan siapapun.

Karena baginya jika berkomitmen, itu sama saja akan membatasi ruang geraknya. Ia memilih tetap single dan bebas melakukan apapun yang ia inginkan, tanpa ada yang mengatur-ngatur hidupnya.

"Apa kamu ingin makan siang di sini?"

Qiran mengulas senyum seraya menangkup rahangnya.

"Ya, memakan dirimu saja," bisiknya.

Qiran langsung terkekeh merasa gemas. Pria dingin itu seolah menggodanya.

"Hmm ... di mana? Di atas meja ini?" Ia mengelus meja kerjanya lalu mengedipkan mata. "Atau mau di sofa?" Ia mengarahkan telunjuknya ke arah sofa yang ada di sudut ruangannya. "Atau di sini saja dengan posisi duduk?" pungkasnya lalu menggigit bibir bawahnya menggoda pria dingin itu.

"Apa kamu serius?" Ia menyeringai seolah tertantang.

Walaupun sikapnya dingin, namun siapa yang menyangka jika Ed seorang se*ks addicted. Tak jarang wanita yang tidur dengannya merasa kewalahan melayani bira*hinya di atas ranjang.

"Hmm."

Namun tantangan dari gadis itu selalu sukses membuatnya menjadi kaku. Apalagi ia tahu jika Qiran merupakan pelaku tuna asusila kelas kakap.

Hampir semua klien yang pernah tidur dengannya dibuat sulit move on karena ketagihan. Namun sayangnya, Qiran hanya melayani satu kali dan tidak akan melayani klien untuk kedua kalinya.

"Why?" Qiran beranjak dari kursi kerjanya lalu mengungkung pria itu yang sedang bersandar di meja kerjanya.

Jari lentiknya mulai bermain halus menggerayangi tubuh liat itu dengan mata yang saling bertatapan.

Namun segera Ed tahan jemari gadis itu lalu mengecup telapak tangannya. Nafasnya yang kini sedikit memburu memaksanya mendekap erat tubuh Qiran.

"What the fu*ck!!! Kenapa aku seolah mati kutu saat berhadapan dengan gadis ini?" umpatnya dalam hati.

Dalam dekapan pria itu, Qiran tersenyum lalu memejamkan mata semakin mengeratkan lingkaran tangannya ke pinggang.

Tok ... tok ... tok ...

Suara ketukan pintu seketika memaksa Qiran melepaskan kedua tangannya dari pinggang pria itu.

Tak lama berselang, Ai menyapa keduanya dengan seulas senyum sekaligus mencuri pandang pada Ed.

"Gila ... tatapannya itu lho, seolah menembus jantung. Tajam banget," batin Ai.

"Qir, aku pinjam mobilmu sebentar ya. Soalnya aku mau belanja."

"Ya udah, pake aja," sahut Qiran sekaligus memberikan uang belanja pada sahabatnya itu.

Ai mendekatinya lalu mendekatkan wajahnya kemudian berbisik, "Apa kalian habis ... ah ... oh ... ah?"

"Mau mencoba?" balas Qiran lalu terbahak.

Jawaban sang sahabat sontak membuat matanya membola. "Dasar Qiran edan," kesalnya lalu meninggalkan sahabatnya itu yang masih terbahak.

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!