4.Nikmatya Dosa

Suara lenguhan yang meminta lagi sungguh membuat aku bersemangat dan semakin menikmati irama maju mundur yang dilakukan oleh benda pusakaku.

Terus mengayuh birahi sehingga keringat bercucuran tak lagi kami hiraukan. Nikmatnya dosa ini sungguh membuat aku dan Mawar lupa diri kalau kami ini sama-sama sudah memiliki pasangan.

Dan entah sudah berapa lama kami memadu kasih ini sehingga tubuh kami berdua tumbang begitu saja akibat tenaga yang sudah terkuras habis.

Suara nafas kembang kempis bisa aku dengarkan dengan jelas dari Mawar. Sepertinya Mawar sangat kelelahan akibat lubang tersembunyi nya yang terus ku sodok.

Kemudian aku bangkit dari atas ranjang, lalu berjalan menuju ke kamar mandi yang kebetulan ada di dalam kamar. Setelah aku selesai membersihkan benda pusakaku, aku langsung saja mengenakan pakaian ku kembali. Sementara Mawar masih dalam posisi terlentang dengan tubuh telanjang bulat.

"Sudah puaskan?" tanyaku pada Mawar.

Mawar pun hanya tersenyum seraya menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu mas pergi dulu," ucapku tapi Mawar langsung beranjak dari ranjang.

"Kapan kita bisa begini lagi?" tanyanya sambil memegangi lenganku.

"Mungkin kapan-kapan," jawabku sembarang.

Lalu aku pun dengan pelan melangkah keluar dari kamar Mawar. Hati ini terasa was-was takut jika ketahuan oleh istriku. Tapi kulihat situasi diluar kamar begitu aman sehingga aku pun pergi ke dapur dulu untuk sekedar menyegarkan tenggorokan yang terasa kering sejak tadi.

Setelah meneguk air dingin, rasanya diri ini menjadi sangat lega. Dan tak lama aku pun bergegas kembali ke kamar istriku untuk memejamkan mataku yang sudah terasa sayup ini.

Saat sudah dikamar, aku kembali mendapati istriku yang masih terdiri pulas.

"Aman," entah kenapa batinku berkata seperti itu.

Perlahan aku pun naik ke atas ranjang dengan pelan, karena takut jika istriku terganggu tidurnya.

Lalu aku pun menarik sedikit selimut untuk menutupi tubuhku dan kemudian aku langsung memejamkan mataku.

Pov Sania.

Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Karena memang aku bukan tipe orang yang bangunnya siang. Pernah waktu itu aku kesiangan bangun tapi yang ada kepalaku malah terasa pening. Aku beranjak dari ranjang dan kulihat mas Dirga masih berlarut dalam tidur nyenyak nya. Aku pun hanya tersenyum, karena ku pikir dia pasti sangat kelelahan akibat pekerjaannya yang kerap kali menumpuk.

Aku membiarkannya untuk tetap tidur karena kulihat jam masih menunjukan pukul setengah lima pagi.

Lalu aku pun bergegas menuju ke kamar mandi untuk mencuci mukaku, memang hal ini sudah menjadi kebiasaanku setiap bangun tidur dan ingin memulai aktivitas. Setelah mencuci wajah, aku pun pergi menuju ke dapur untuk mencuci pakaian yang sudah menumpuk dari semalam.

Selesai sudah tugasku mencuci, aku langsung saja memasak makanan dengan ditemani oleh Mawar yang sudah bangun sejak tadi. Memasak makanan untuk menyambut papa dan mama yang katanya akan berkunjung ke rumah.

Kebetulan Mawar dan Mas Dirga hari ini sedang libur bekerja.

"Kabar suami kamu gimana, Maw?" tanyaku saat memotong sayuran.

"Baik-baik aja, Mba. Mungkin besok lusa Mawar pulang dulu jenguk mas Arif. Yah paling nginap dua harian. Jawabnya.

"Oh yaudah kalau begitu, nanti mbak bilangin ke mas Dirga kalau kamu mau pulang dulu." Kataku pada Mawar, karena hanya mas Dirga lah yang bisa memberi Mawar izin.

Dua jam berlalu kini pekerjaan didapur sudah selesai, memasak pun juga sudah selesai. Kini hanya tinggal menata makanan diatas meja saja. Tapi semua itu dikerjakan oleh Mawar dan aku pun pergi ke kamar untuk membangunkan mas Dirga.

Ku buka pintu kamar, masih seperti tadi, Mas Dirga masih tertidur pulas.

Lalu aku pun membuka tirai jendela kamar agar cahaya matahari bisa masuk dengan leluasa. Tak lama aku membuka tirai, tiba-tiba Mas Dirga bangun. Mungkin karena kesilauan.

"Mas, bangun sudah siang!" pintaku sembari duduk ditepi ranjang.

Mas Dirga menguap lalu mengucek kedua matanya demi menyesuaikan pandangan yang sebelumnya kabur.

"Jam berapa ini?" tanyanya lirih.

"Sudah jam delapan lewat. Bangun gih, terus mandi. Papa dan Mama pasti bentar lagi datang." Kataku memberitahu.

Mas Dirga lalu bangkit dari tidurnya lalu duduk dengan pandangan menatap diriku.

"Kamu memangnya sudah mandi?" tanyanya lagi dan aku pun menggeleng.

"Aku baru selesai masak, Mas." Jawabku.

"Kalau begitu ayo kita mandi bersama" ajaknya dengan senyum menggoda, membuat aku seketika tertegun. Padahal mandi berdua sering kami lakukan setelah menikah tapi sudah beberapa tahun ini kami tidak pernah lagi melakukannya. Sebagai istri penurut, aku pun langsung mengiyakan ajakannya itu. Toh lagian menyenangkan dia adalah tugasku sebagai seorang istri.

Dengan sigap mas Dirga langsung beranjak dari ranjang dan menuju ke arah pintu untuk menguncinya. Setelah itu mas Dirga kembali ke hadapanku dan langsung menggendong tubuhku yang lumayan berat ini. Dia membawa tubuhku masuk ke dalam kamar mandi.

Didalam kamar mandi, kami tak hanya mandi saja. Mas Dirga tiba-tiba meminta jatah padaku yang memang sudah dua minggu ini tidak kami lakukan.

POV Mawar.

Aku baru saja selesai menata makanan diatas meja. Kulihat mbak Sania tak kunjung kembali. Aku pun tak ambil pusing dan bergegas kembali ke kamar untuk membersihkan diri yang memang sudah bau dapur.

Lima belas menit setelah mandi, aku pun kembali lagi ke ruang makan. Lagi, kulihat mbak Sania belum juga muncul. Padahal katanya tadi ingin membangunkan mas Dirga.

"Mbak Mawar....." Panggil Lalita menghampiriku. Aku pun langsung mendekatinya.

"Ada apa sayang?" tanyaku sambil membungkukkan sedikit badan.

"Mama sama papa mana?" tanyanya.

"Loh, kamu gak kekamar mama sama papa kamu tadi?" tanyaku.

"Lalita ke kamar mama papa tadi, tapi pintunya terkunci." Jawabnya.

Aku pun terdiam sejenak, untuk apa pintunya dikunci pagi-pagi begini? Lalu sedang apa mereka didalam berdua dengan pintu terkunci? Bukankah katanya hanya ingin membangunkan mas Dirga?

Wah, pikiranku mulai kemana-mana. Aku takut jika mereka melakukan apa yang ada di pikiranku selama ini, yaitu berhubungan suami istri. Entah , sejak aku jatuh hati pada mas Dirga, aku selalu merasa was-was dan cemburu apabila mas Dirga melakukan hubungan badan selain bersamaku. Meskipun itu istrinya sendiri.

Semenit aku terdiam, tiba-tiba terdengar suara bel rumah berbunyi.

"Lalita, itu Kakek dan nenek yang datang. Ayo kita buka pintunya," ajak ku dan Lalita mengangguk.

Saat kubuka pintu ternyata memang benar itu adalah papa dan mama.

"Aduh....Lalita," Ucap papa yang memang sangat merindukan cucunya itu.

"Gimana kabar kamu sayang?" tanya papa pada Lalita seraya menggendong tubuh mungilnya.

"Baik kek," jawab Lalita.

Sementara mama ku hanya mengerucutkan bibirnya saja saat ketika melihat cucunya. Yah, mama ku memang tak menyukai Lalita karena dari awal dia sudah bilang kalau dia tidak menginginkan cucu dari mbak Mawar. Dia hanya menginginkan seorang cucu dari aku saja. Akan tetapi menikah selama dua tahun bersama mas Arif, aku belum juga dikaruniai seorang buah hati.

Terpopuler

Comments

Rosnelli Sihombing S Rosnelli

Rosnelli Sihombing S Rosnelli

lho emang suami selalu tanya kamu masih ada uang nggak . eh bego kau ya lelaki itu tak perlu tanya kalau tiap bulan memang harus kasih jatah bulanan ke istri. memang pria gatal biasanya selalu melihat tanaman tetangga lebih banyak rumputnya dan lebih enak di garap

2023-02-17

1

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

adik tiri g punya otak ngapain km harus cemburu mau berhubunhan suami istri siang mlm pagi juga terserah mereka kok km yg repot mestinya km tuh sadar diri mawar udah numpang mlh nusuk Dr belakang dasar g tau diri

2023-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!