Pagi hari di sekolah seperti biasanya Rama kembali menjadi sosok yang sangat dingin seakan lupa akan kejadian kemarin. Hal ini di karenakan Rama merasa ragu untuk bertegur sapa dengan teman-teman di sekolahnya karena di sekolah sebelumnya tidak ada yang berani menegur bahkan menyapanya karena merasa canggung dan ketika dia menyapa seseorang dia hanya mendapatkan perlakuan layaknya seorang tuan dengan balasan menundukkan kepala hal ini lah yang menyebabkan Rama tidak memiliki teman sampai saat ini.
Ketika baru saja duduk tiba-tiba Rama di kejutkan dengan seseorang yang memberinya sebotol susu.
"Pagi Rama, aku sengaja beli dua, minum lah" .
"Clara? " Rama terkejut.
" pagi sobat, aku lupa bawa pulpen boleh aku pinjam? " pinta Ryan.
"Pagi Rama, jangan di kasih dia sudah kebiasaan tidak membawa pulpen" ucap Siska.
"Pagi" Rama menjawab dengan suara kecil.
Melihat Siska dan Ryan berdebat hanya masalah kecil dan coba di lerai oleh Clara membuatnya merasakan hal yang selama ini dia dambakan yaitu pertemanan. Dalam hati kecilnya Rama bergumam.
"Entah mengapa ketika melihat mereka terasa melihat sebuah impian yang hanya dapat ku lihat ketika tidur saja"
"Aku bahagia"
"Kenapa Rama" tanya Clara.
"Gak apa-apa" ucap Rama sambil memalingkan wajahnya kerena tersipu malu.
Jam istirahat pun tiba Rama dan kawan-kawan pergi ke kantin bersama-sama dan kebetulan saat itu belum terlalu ramai.
"Oke teman-teman saatnya kita mulai" Siska penuh semangat.
"Hah?, kita belum pesan makanan, apa yang mau di mulai" tanya Rama.
"Justru itu kita undi" jawab Clara.
"Undi? ".
" Kita undi pakai dadu, yang paling kecil pesan makanan" ucap Ryan.
Rama masih kebingungan namun cukup mengikuti saja permainannya.
Satu-persatu mereka mulai mengocok dadunya. Clara mendapat lima, Siska tiga, Ryan tiga sedangkan Rama hanya mendapat angka satu dan mulai ditertawakan oleh temannya. Rama hanya bisa pasrah dan mulai memesan pesanannya.
Ketika selesai makan Ryan, Siska dan juga Clara memberikan uang makanan yang telah mereka makan.
"Aku sudah membayarnya jadi santai saja" ucap Rama.
" sobat dengar, kita tidak mencari untung dari teman , tapi jika teman tersebut membutuhkan bantuan baru kita bantu" Jawab Ryan.
Clara dan Siska mengiyakan ucapan Ryan dengan tersenyum.
Lagi-lagi Rama di buat heran pada mereka, karena biasanya dia hanya dimanfaatkan untuk membayar jajanan orang yang mengaku temannya.
Bel tanda jam pelajaran akan segera di mulai pun berbunyi, mereka segera kembali ke kelas dan di perjalanan Ryan berbisik pada Rama.
"Sobat aku mau minta tolong"
"Tolong apa"
"Hari ini sepulang sekolah, aku ada acara ekskul pencak silat sekolah. Ku minta kau untuk menemani Clara dan Siska pulang ke rumah, aku khawatir pada mereka" jelas Ryan.
"oke " jawab Rama singkat.
"Tapi satu hal lagi, mereka tidak akan mau naik mobil, jadi jika tawaranmu benar-benar di tolak, mau tidak mau kau harus ikut jalan kaki" sambung Ryan.
Seketika Rama langsung panik dan bingung karena dia belum terbiasa jalan kaki, apakah data Rama hanya pasrah menerima, (bukan karena fisiknya lemah justru Rama adalah pria yang tangguh) Rama hanya tidak terbiasa bertemu dengan banyak orang, bisa di bilang dia benar-benar anti sosial.
Bel pun berbunyi menandakan jam pulang sekolah pun tiba. Ryan segera pamit untuk pergi duluan ke gedung olahraga. Rama mulai mengajak Clara dan Siska.
"Apa kalian mau pulang bersamaku, biar aku antar sampai rumah"
"Maaf Rama kami sudah terbiasa jalan kaki" jelas Siska.
"Kenapa" tanya Rama.
"Pemandangan sekitar sini sangat segar jadi anggap saja olah raga untuk kesehatan" jawab Clara.
"Kalau begitu boleh aku ikut bersama kalian" pinta Rama.
"Yakin mau ikut? " tanya Siska.
"Berangkat" Clara sambil menarik tangan Rama.
Di tengah pemandangan Rama merasa udara yang begitu segar dan dengan pemandangan gunung serta sawah membuatnya terkagum-kagum. Banyak orang yang menyapa Clara karena dia cukup populer dan terkenal sebagai gadis cantik dan ramah.
Sambil berjalan pulang mereka tidak lupa membeli jajanan pinggir jalan terlihat wajah riang gembira terpancar dari mereka. sampai di persimpangan Siska berpamitan untuk pulang kerumahnya dan tersisa lah Rama dan Clara berdua saja.
"Terima kasih" ucap Rama.
"Untuk apa? " tanya Clara.
"Ini pertama kalinya aku merasakan hal seperti ini"
"Harusnya aku yang berterimakasih" ucap Clara.
"hah?, kenapa? "
"kau di minta Ryan untuk melindungi kami kan? " tanya Clara sambil menatap tajam.
"Bagaimana kau tau? " Rama panik.
"Ryan tidak pernah berubah" ucap Clara sambil kembali melanjutkan perjalanan.
Rama terhenti sejenak dan berkata.
"Tanpa di minta pun aku akan melakukannya, Kalian adalah teman ku, Teman yang aku rasa sangat berharga dan harus aku lindungi" ucap Rama.
Clara menghampiri Rama dengan senyuman.
"Percayalah pada temanmu"
Rama yang sangat bahagia mendengar Clara mengatakan hal itu. Mereka berdua pun segera melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing.
Ketika di dalam kamar setelah mandi Rama menelpon ayahnya.
"Halo, Rama ada apa? " jawaban telpon sang ayah.
"Ayah, Aku minta maaf atas sikapku selama ini dan Terima untuk semuanya" ucap Rama
"Apa maksudmu Rama, tolong jangan bunuh diri" ayahnya panik.
"Pak tua aku tidak sebodoh itu sehingga harus bunuh diri" bentak Rama.
"Ooh.. jadi kau sudah lebih baik sekarang? " tanya ayahnya mulai tenang.
"Ya ayah, aku merasa lebih baik" jawab Rama.
Setelah mematikan telponnya Rama mulai membayangkan kembali momen saat di sekolah.
"Ayah, kau selalu tau apa yang aku butuhkan, bahkan kau juga tau apa yang terbaik untukku. Memindahkan ku dengan alasan yang telah ku perbuat padahal kau tau aku tidak merasa nyaman jika berada di sana" gumam Rama sambil berbaring di kamarnya.
Di sisi lain ternyata di depan Bram ayah Rama ada Aman yang sedang membicarakan tentang pekerjaannya.
"Tuan, jika dia benar-benar bunuh diri kau pasti sedih kan? " tanya Aman.
"Bodoh, dia itu anakku, sudah pasti aku sedih" .
Sementara itu Ryan yang baru saja pulang di kejutkan dengan kedatangan ibunya yang sudah menunggu di depan rumah yang dia sewa dekat gurunya. Tanpa bertegur sapa atau basa-basi Ryan segera mempersilahkan ibunya masuk. Dan ketika tiba di dalam rumah.
"Bagai mana sekolah mu? " tanya ibunya.
"Wah, tumben Ibu bertanya"
"sudah wajar kan, kau anakku" sedikit marah ibunya menegaskan.
"Maaf, karena aku merasa ini yang pertama kali, jadi aku belum terbiasa" ucap Ryan dengan santainya.
"Ini uang bulanan untuk mu, aku akan datang lagi karena ada yang ingin aku kenalkan padamu, dan aku rasa ini bukan waktu yang tepat" ucap Ibu Ryan sambil pergi.
Ryan terlihat sangat lemas dan terduduk di lantai dan membanting gelas yang sedang dia genggam dengan penuh amarah. Tidak lama kemudian dia pun menangis. Saat itu kebetulan sang guru melihat apa yang terjadi dan segera untuk memenangkan Ryan namun di hentikan oleh istrinya.
"Ryan seperti anakku juga di saat seperti ini dia lebih membutuhkan sosok seorang ibu" jelas nya dan segera pergi menenangkan Ryan.
Keesokkan Harinya terlihat Rama yang berdiri di depan rumahnya menunggu Clara. Setelah menunggu beberapa lama Clara tiba di hadapannya.
"pagi Rama, aku duluan ya" sapa Clara.
"Pagi Clara", "Tunggu Clara aku ingin pergi bareng"
"Hah?.. Kamu yakin? " Clara terkejut.
"Yakin lah, lagi pula aku cukup menikmati perjalanan kemarin" jelas Rama.
"Ya udah ayo" ajak Clara.
Setelah beberapa saat berjalan Clara berhenti di sebuah warung untuk membeli susu dan meminumnya di tempat sambil menunggu Ryan dan Siska.
"Kamu suka susu? " tanya Rama.
"Suka, sebenarnya tadi nenek udah kasih segelas susu, tapi aku selalu beli lagi buat di minum sambil nunggu di sini" jelas Clara.
"ooh, pagi-pagi begini melihat para petani sibuk aku jadi bersemangat" ucap Rama.
"emm.. itulah kenapa aku lebih suka jalan kaki ke sekolah, itung-itung olahraga pagi" jawab Clara sambil tersenyum.
"Pagi pagi lihat senyumannya membuatku jadi lebih bersemangat" Dalam hati Rama terpesona.
Di saat Rama sedang melamun Siska dan Ryan pun tiba, dan saat melihat Rama mereka berdua sangat terkejut seakan tidak percaya.
"Haah??, Rama?" Siska dan Ryan terkejut.
"Siska cubit aku, apa aku sedang mimpi? " ucap Ryan
"Berisik, kau terlalu lebay, ayo berangkat" Rama terlihat kesal.
Clara tertawa melihat Rama yang malu-malu karena teman-temannya tidak percaya dengan apa yang terjadi dan mereka pun segera berangkat ke sekolah.
Terima kasaih, jangan lupa like and follow (Komentar untuk kritik dan sarannya ya).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments