Dua: Playgirl Atau Fuckgirl?
...-TENTANGFUFY-...
"Kalau kapal pecah, berarti bukan kelapa yang pecah."
Mada melempar tatapan tajam kepada Ranbi. "Aku tidak tau. Mungkin sebentar lagi aku akan mengamuk di sini," ucap Ranbi dengan suara lembut khasnya.
"Nanya gue?" Ranbi terdiam.
Perhatian Ranbi dari Mada berubah ke seseorang. Ranbi menunjuk cowok itu sambil berteriak. "Itu! Itu Penyemangatnya Fufy datang!"
Sontak para pelatih mereka tersenyum senang. Si Penyemangat membawa Fufy menjauhi area papan tebing.
"Telpon Abdi," pinta Fufy masih dengan mata terpejam.
Penyemangat berdecak kesal. "Ngapain?" Nadanya tinggi.
"Dia guru penasehat Fufy. Kasi tau dia, kalau Fufy lagi diserang ilmu jahat. Telepon Abdi, Ardha," jelas Fufy.
Nama si Penyemangat Fufy adalah Aardhavannan Fabera. Orang-orang terdekat Fufy lebih suka memanggilnya si Penyemangat, tetapi kadang sering juga dipanggil Ardha atau Davan.
"Pacar kamu?"
Fufy membuka matanya, mengangguk. "Aku di sini. Kamu cuma dijahilin sama mereka. Seharusnya gak perlu panggil dia ke sini, banyak ada kejahatan," ucap si Penyemangat lembut.
"Begitu?" bingung Fufy, "seharusnya zodiak cancer kebal akan kejahatan."
Ardha berdiri merapikan rambutnya. "Jangan dilebih-lebihkan. Kita berdiri di sini dengan persiapan yang panjang." Penyemangat melirik Fufy. "Lebih baik itu ponsel di cass, bukan dimainin terus."
Sontak Fufy tersadar akan peraturan sang pelatih. Fufy menyengir lebar, kemudian langsung berlari ke arah papan tebing.
Ardha tersenyum tipis. "Kelihatan gak kejahatannya?" teriak Ardha.
"Iya, cintanya kelihatan," celetuk Mada membuat Ardha menoleh.
"******."
...---...
Nomor peserta Fufy berubah menjadi peserta paling terakhir. Fufy menunggu dengan sangat bosan karena keempat pacarnya belum membalas pesannya. Salah satunya, Ardi. Cowok super cuek.
"Persiapan."
"Ambillah risiko yang lebih besar dari apa yang dipikirkan orang lain aman," kata Si Penyemangat tanpa menatap Fufy.
Mendengar itu, Fufy mengerutkan keningnya dengan bibir berkedut menahan senyum. "Terima kasih Penyemangat," ungkapnya.
Ardha tersenyum miring dengan perasaan senang dalam hatinya. Menelan ludah, Ardha menoleh ke kanan kiri dikarenakan kehilangan kendali mengontrol rasa senangnya. Darah mendesir merangkak di wajahnya. Ardha menundukkan wajahnya malu.
Fufy melirik Mantra yang sedang meminum air. Entah perasaan apa yang menjalar ke hatinya, kali ini Fufy lebih gugup. Mengamati point panjat tebing, Fufy menghela napas panjang.
"Siap, 3, 2, 1!" Suasana terasa lebih mencekam. Para peserta disana melihat aksi Fufy dengan sangat serius.
Sedikit mendongak, Fufy menyentuh bonus point puncak. Semua bersorak. Fufy masuk ke babak semifinal.
"Semifinal di mulai 30 menit dari sekarang. Istirahat sejenak, kemudian lanjut pemanasan," ucap pak Indra sebagai pelatih.
Fufy bernapas lega. Ia memanfaatkan waktu istirahat untuk mengecek kondisi tubuhnya. Sementara itu, Ardha sibuk menyuapi air minum untuknya. Sungguh Penyemangat terbaik.
"Masih sakit?" Ardha menatapnya khawatir, "zodiak sagitarius itu kuat."
Ardha mengambil tempat duduk disebelahnya. "Target kali ini apa?" tanyanya.
"Bertemu Ardi." Fufy menyadari ekspresi Ardha.
"Bercanda." Wajah Ardha menjadi kosong, "kali ini Fufy bikin kesepakatan sama Mama supaya di bolehin beli hardness."
"Semangat. Sederhana, keinginan kamu pasti terujud," kata Ardha.
Fufy tersenyum mengangguk, "Lalu, kamu sendiri?"
Ardha melihat para peserta yang terlihat bersemangat. "Sama seperti sebelumnya. Aku harap, Papa mengijinkan aku melanjutkan hobi ini," jawab Ardha membuat Fufy menatapnya lama.
Fufy menepuk pundak Ardha, lalu berdiri. "Weles, pasti! Buktinya, kamu sudah mendapat peringkat pertama. Diijinin kok, Fufy bantu!" Fufy memamerkan senyum lebar.
Ardha menarik sudut bibirnya, "Terima kasih."
"Penyemangat harus tetep rajin latihan. Supaya ketemu Fufy terus." Fufy menaik turunkan alisnya.
Ardha menatapnya teduh. Lantas, ia bangun bersamaan dengan datangnya Ruby dan Saraswati.
"Aman Py?" Saraswati bertanya.
Fufy menganggukkan kepalanya. Fufy merasa pengobatan disini sangat bagus. Obatnya juga bekerja cepat. "Nanti sampai hotel aku cek," ujar Ranbi.
Ranbi dan Saraswati adalah sahabat sekaligus lawan dalam kompetisi ini. Sebagai informasi, sifat Saraswati dan Ranbi itu berbanding. Ranbi itu orangnya polos, pengertian, juga dia ahlinya di boulder. Sebagai tanda, Ranbi selalu memakai jepit bunga pada rambut pendeknya.
Sedangkan lain dengan sifat Saraswati. Saraswati itu orangnya slow respon, cuek, tapi dia itu orang yang paling tau akan segala hal. Sama banget seperti Fufy. Tapi bedanya, Saraswati bisa merasakan firasat sesuatu buruk, bukan meramal. Oh iya, ciri khas Saraswati terletak pada jepit bermotif mutiara.
Saraswati beralih menatap Ardha yang terlihat lesu. "Ngapa muka lo? Habis di putusin pacar? Semangat dong, keluarkan jiwa ambisi!" tegas Saraswati.
Ardha berdecak, "Pergi kalian."
"Dih?" Saraswati melirik Fufy mengode. Namun tampaknya, Fufy tidak peka.
Fufy menarik tangan kedua sahabatnya, mengajaknya untuk melakukan pemanasan. "Ayo pemanasan. Tegang nih," ucap Fufy.
Saraswati memutar bola matanya malas, "Ngehindar terus."
Ardha yang masih diam ditempat, berdiri kaku. Dia mengusap wajahnya kasar, lalu bergumam,
"Aku jelek, ya?"
...---...
"Yeyy! Party kita!" sorak teman-teman Fufy.
Fufy mengelus piala di tangannya. Sebuah medali melingkar pada lehernya. Fufy merasa sangat bersyukur pada kompetisi ini. Sekali lagi, pengalaman memberinya pelajaran. Bukan sekali dua kali, dari ini, Fufy tau bahwa perjuangan tidak mengkhianati.
Setelah selesai mencuci wajah, Fufy keluar kamar hotel untuk bertemu pak Indra. Karena ponselnya disita, Fufy jadi tidak bisa menghubungi orang tuanya.
Sebenarnya Fufy lelah sekali. Tetapi, melihat si Penyemangat di depannya, membuat jiwa semangat Fufy kembali.
"Hai," sapa Fufy.
"Jadi? Mau kemana?" Ardha bertanya.
Fufy tertegun mengamati Ardha. Milihat malam ini Ardha tampak berbeda. Jarang sekali melihat si Penyemangat memakai jaket di malam hari. Yang Fufy ketahui, Ardha orangnya kebal suhu dingin.
"Mau ngambil ponsel." Fufy ragu bertanya, "egh, tumben banget pakai jaket. Kamu sakit?"
Ardha diam, lalu menyadari. "Oh? Kan, mau keluar bareng kamu," balasnya.
Fufy memiringkan kepalanya bingung, "Jalan-jalan?"
Ardha terdiam sejenak. Apakah Fufy lupa? Fufy sendiri merencanakan akan mengantar dirinya bertemu dengan Andre.
"Nonton pertandingan basket?" Sontak Fufy menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Astaga, dia lupa. Andre pacarnya, seorang pemain basket yang sering tanding hingga tingkat provinsi. Malam ini, Andre latihan di Yogyakarta, tempat dirinya mengikuti lomba panjat tebing.
"Ah, lupa." Fufy menyengir, "kayaknya juga, Andre udah selesai latihannya."
Fufy menghampiri Ardha, "Mulai sekarang, kalau keluar malam harus pakai jaket. Fufy membaca bahwa di bulan Juli, zodiak cancer harus lebih jaga kesehatan, karena tidak tahan dingin."
Ardha tersenyum malu. "Benarkah? Bagaimana dengan sagitarius?" Mereka berjalan menuju kamar pak Indra.
Fufy mengeratkan pegangannya pada tali tas. "Sagitarius itu tahan dingin," jawabnya.
"Juga dingin hati," sambung Ardha.
"Hah?" Ardha tersenyum, "jalannya yang cepet, nanti kehabisan waktu." Ardha mengalihkan pembicaraan.
Fufy tersenyum kikuk, lalu menutup matanya. Fufy berteriak di dalam hati akibat kesenangan. "Manis banget!" teriak batinnya.
Sesampainya di kamar pak Indra, Fufy langsung mendapat ceramah dari Pelatihnya itu. Pak Indra marah karena Fufy berani bermain ponsel di tengah waktu perlombaan. Pak Indra juga berbicara tegas, akibat kelalaian Fufy yang hampir berakibat fatal.
"Kamu boleh menghubungi teman, pacar, orang tua sekalipun. Tapi ingat, jangan saat lomba berlangsung! Mengerti?!" Fufy menundukkan kepalanya.
"Dan lagi kamu harus bela-"
"Pak, sudah jam 10." Ardha memotong pembicaraan.
Pak Indra memijit pelipisnya pusing. "Baiklah, kalian silahkan beristirahat. Besok, jangan sampai terlambat," ucap pak Indra menyudahi.
"Baik, Pak," jawab mereka bersamaan.
Pak Indra lantas memberikan ponsel Fufy. Pandangan pak Indra beralih ke jaket yang melekat pada Ardha.
"Mau kemana kamu?" tanya pak Indra membuat Ardha panas dingin.
Buru-buru Fufy menjawab, "Ardha kedinginan, Pak."
Fufy merutuki dirinya sendiri. Sepertinya pak Indra sadar rencana mereka untuk melarikan diri.
Pak Indra mengerutkan keningnya, menunggu jawaban Ardha. "Benar?" Ardha membalas tatapan pak Indra.
"Ya.., begitu." Dan Pak Indra menyadarinya.
"Begitu? Lalu keluhan tentang suhu AC tadi bagaimana?" Fufy menelan salivanya.
Fufy mencoba mencari jawaban, "Pak, kondisi kita sedang tidak stabil. Bisa saja sekarang merasa dingin, sebentar sudah kepanasan. Pak Indra tau sendiri, kami baru saja menyelesaikan perlombaan menegangkan."
Pak Indra menghela napas panjang. "Itu benar. Namun, tidak ada pengampunan terhadap orang berbohong. Besok, kalian berdua push up 100 kali," ujar pak Indra penuh penekanan.
Fufy dan Ardha melototkan matanya. Itu dua kali lipat dari biasanya.
"PAKK!!"
...--...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments