Bintang Hatiku

Lima tahun kemudian..

Di Ibu Kota, Eny yang telat untuk menjemput cucunya itu melihat seorang pria bule yang sedang duduk bersama dengan Bintang ditemani oleh guru Bintang.

"Oh, itu... Nenek Bintang sudah tiba," kata guru Bintang seraya menatap Eny yang baru saja turun dari motor ojek langganannya.

Eny pun mendekat dan pria itu memberi salam seraya mengulurkan tangannya pada Eny.

"Saya kebetulan lewat, melihat cucu Ibu hampir menyebrang jalan sendiri jadi saya menemani, lalu memanggil guru cucu Ibu," kata pria bule yang belum diketahui namanya itu.

"Terima kasih, kalau begitu saya permisi," kata Eny seraya mengangguk pada pria bule tersebut dan juga guru Bintang.

Bintang yang pendiam itu pun hanya diam saja, ia memperhatikan Eny yang sedang berbicara dan Bintang pun menggerakkan tangannya, meminta pada Eny untuk cepat.

"Iya, Nak. Tunggu sebentar, sayang!"

Bintang pun tak mau mendengar, gadis kecil berusia 4 tahun itu merengek, lalu menangis.

Eny pun bertanya dan guru menjawab, "Bintang berkelahi dengan teman-temannya, Bu."

"Ya Tuhan. Kenapa, sayang?" tanya Eny pada Bintang dan seketika Bintang menangis.

Bintang yang menangis itu memberitahu kalau teman-temannya telah mengejek dengan mengatakan kalau Bintang tidak memiliki ayah.

Eny pun segera berjongkok untuk memeluk Bintang yang malang.

"Bintang, jangan menangis, Nak. Bintang kan punya paman, Paman Ndru," lirih Eny yang sudah tak kuasa menahan air matanya.

Setelah itu, Eny permisi pada semua orang untuk pulang.

Eny membawa Bintang ke sebuah restoran cepat saji sebelum pulang ke rumah.

Eny ingin cucunya itu tumbuh dengan bahagia.

Sementara itu, Eny dan Bintang tidak menyadari kalau pria bule itu masih mengikuti dan memperhatikan.

Pria bule yang duduk di sudut itu masih saja menyalahkan dirinya.

Ya, pria itu adalah yang telah menghancurkan rumah tangga Nina dan Evan lima tahun lalu.

"Ini semua salahku, karena aku yang gila uang, aku harus menghancurkan kebahagiaan keluarga kecil itu!" batinnya.

Dan pria itu terus mengikuti Eny dan Bintang sampai mereka tiba di sebuah kios laundry.

Ya, Nina menjual cincin kawinnya untuk ia jadikan modal hidup di Ibu Kota. Dari menjual cincin itu, Nina dapat membeli rumah kecil dan membuka usaha laundry untuk menghidupi keluarga kecilnya, Nina, Eny dan Endru, semua sama-sama mengeratkan tangan, saling menguatkan di masa sulitnya.

Dan sekarang, kehidupannya sudah membaik dengan seiring berjalannya waktu, Endru sudah menjadi pria muda yang tampan, ia kuliah seraya bekerja di sebuah kafe.

Endru begitu menyayangi keponakannya yang sangat cantik, perpaduan wajah antara Nina dan Evan.

Endru selalu berusaha menepiskan rasa bencinya saat melihat Bintang, karena dengan melihat Bintang, Endru selalu seolah melihat Evan yang brengsek di matanya.

Lalu, bagaimana dengan hidup Evan?

Evan sudah menikah lagi dan kali ini dengan pilihan Kinan. Kinan menjodohkannya dengan anak koleganya.

Pernikahan yang tanpa didasari cinta itu menjadi hambar, Evan masih sangat terluka dan sebenarnya belum siap untuk berumah tangga lagi.

Tetapi, demi Kinan, Evan pun mengiyakan dan pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun itu sama sekali belum dikaruniai buah hati.

Evan yang memang tidak mencintai Caterina yang biasa dipanggil Cat itu pun tak mempermasalahkan.

Dan malam ini, Evan yang baru saja kembali dari bekerja itu hampir menyerempet seorang anak kecil yang terlantar di jalanan.

Evan yang tak fokus mengemudi karena terus memikirkan Nina dalam kebencian itu pun menepikan mobilnya.

Singkat cerita, Evan harus membawa anak kecil itu, anak yang akan Evan angkat untuk menjadi penerusnya.

Tetapi, sesampainya di rumah, Kinan yang sama sekali tidak menyukai orang miskin itu hanya bisa berpura-pura, pura-pura menyetujui niatan Evan.

Dan anak kecil itu ia beri nama Dante.

"Namamu Dante, ingat, sekarang namamu adalah Dante!" ucap Evan seraya berjongkok dan meletakkan dua tangannya itu di bahu Dante.

Dante pun mengangguk dan setelah itu, Dante harus ikut pelayan untuk membersihkan badan.

Dan baru pertama kali ini, Dante merasa bahagia karena akhirnya dapat mandi dan memiliki keluarga walau Dante tidak mengetahui kalau perjalanan hidupnya akan sangat berat berada di bawah tekanan Kinan yang gila.

****

Di rumah Nina..

Nina yang baru saja kembali dari bekerja itu menemani putrinya yang sudah menunggu untuk dibacakan dongeng.

Nina yang sudah bersih-bersih itu pun ikut naik ke ranjang putrinya dan Nina melihat Bintang yang sedang bersedih.

"Anak Ibu kenapa sedih?" tanya Nina pada Bintang.

Dan Bintang yang diam itu langsung memeluk tubuh kurus ibunya.

"Bintang mau Ayah, Bu. Bintang mau Ayah, Bintang punya Ayah, kan, Bu?" tanya Bintang yang menangis, Bintang yang menangis itu menyembunyikan wajahnya di dada Nina.

Nina pun membelai rambut hitamnya yang lurus dan panjang sebahu.

Lalu, Nina pun merangkum wajah putrinya seraya berkata, "Sayang, tidak semua orang harus memiiki Ayah, lihat Ibu... Ibu tidak memiliki Ayah lagi tapi Ibu bahagia hidup bersama dengan Nenek dan juga Paman. Iya, kan?" tanya Nina.

"Entahlah, apakah yang ku katakan ini adalah benar atau tidak, yang ku tau saat ini adalah menenangkan putri kecilku!" kata Nina dalam hati.

"Tapi, semua teman-teman Bintang punya Ayah, Bu. Kata mereka, Bintang tidak punya Ayah, Bintang sedih, Bu." Bintang menatap wajah Nina dengan mata yang berkaca.

Nina pun memeluknya dan berkata, "Bintang, kalau tidak Ayah dari mana ada Bintang, tetapi, memang Bintang tidak tinggal bersama dengan Ayah, Bintang punya Ayah tapi kita tidak dapat hidup bersama, sekarang, Bintang harus tidur dan berhenti bertanya tentang ayah!" ucap Nina dan Nina yang masih memeluk Bintang itu meraih buku dongeng yang berada di meja kecil samping ranjang.

Nina membacakan dongeng rusa dengan tanduknya itu sampai selesai, dengan cepat, Bintang pun sudah terlelap dengan membawa harapan kalau dirinya akan bermimpi untuk berjumpa dengan Sang Ayah.

Setelah itu, Nina meletakkan buku dongeng itu kembali ke meja tersebut, lalu Nina pun keluar dari kamar dan di depan kamar Bintang, Nina melihat Endru dan Eny yang sedang menonton televisi.

"Ibu, Ndru, kalian belum tidur?" tanya Nina yang masih berdiri di depan kamar Bintang.

"Masih sore, Kak," jawab Ndru seraya melihat ke arah Nina berada.

"Ya sudah, kalau begitu, Kakak duluan. Ibu juga, jangan sampai larut, Ibu harus jaga kesehatan!" kata Nina dan Eny yang menatapnya itu tersenyum seraya mengangguk.

Setelah itu, Nina kembali ke kamarnya dan di sana, Nina yang sudah dapat sedikit melupakan lukanya itu pun dapat tidur dengan nyenyak.

Berbeda dengan Evan. Evan yang baru saja melakukan hubungan dengan istrinya itu keluar dari kamar, Evan tidak puas dengan istrinya itu yang menikah dengannya dalam keadaan sudah tak suci lagi.

Evan melakukan hubungan itu karena kebutuhan, itu saja, setelahnya Evan akan bersikap acuh dan dingin pada, Cate sama sekali tak menghiraukan sikap Evan, baginya uang bulanan dari Evan sudah cukup untuk menutup sakit hatinya yang selalu diabaikan olehnya.

Bersambung.

Jangan lupa like dan komen, ya, all.

Dukung karya ini dengan vote/giftnya, ya. Terima kasih.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

bintang jg jd korban keegoisan ny si kinan 😑😑,,

2023-02-25

0

𝙼𝚒𝚔𝚊 👒

𝙼𝚒𝚔𝚊 👒

dapat menantu baik di sia siakan hanya karena miskin ,mamam tuh mantu idaman mu

2023-02-25

0

🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ

🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ

naahh ini baru menantu idamannya Bu Kinan udah mirip kan 😏

selamat menyesal Bu Kinan 😈😈😈

2023-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!