Fitnah Ibu Mertua

Selesai dengan makan malam, sekarang, Evan mengajak Nina untuk pulang, sesampainya di rumah, Evan dan Nina disambut oleh Kinan yang sudah berdiri di depan pintu utama.

"Kalian dari mana?" tanya Kinan seraya ikut bergabung dengan Evan dan Nina, Nina berada di tengah antara mereka.

Dan Nina hanya bisa diam, ia mengerti kalau semua kebaikan mertuanya saat ini adalah pura-pura.

Sesampainya di ruang tengah, Evan dan Kinan memilih untuk berbincang, sementara Nina, ia meminta izin pada Evan untuk lebih dulu ke kamar.

Nina juga tidak melupakan Kinan dan Kinan yang tengah berpura-pura itu mengucapkan selamat istirahat pada menantunya.

Sesampainya di kamar, Nina merasa sakit di pinggangnya, pinggang yang terkena cubit oleh Kinan.

Nina membayangkan kejadian siang tadi saat dirinya sedang menyetrika dan Kinan merasa tidak puas dengan hasil kerja Nina itu mencubitnya.

"Ibu, Nina harus bagaimana?" tangis Nina, gadis itu pun segera menghapus air matanya saat mendengar suara Evan dan Kinan yang semakin dekat.

Nina segera berlari ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

"Sayang, kenapa dengan matamu? Apa kamu menangis?" tanya Evan seraya menyentuh pipi putih mulus Nina.

Nina menjawab, "Tidak, aku hanya ceroboh, saat mencuci wajah, mataku terkena sabun."

"Astaga, lain kali harus hati-hati!" kata Evan seraya merangkum wajah imut Nina dan Nina pun memeluk Evan.

Getaran cinta diantara keduanya, begitu terasa, cinta yang sedang tumbuh mekar dan menggebu itu harus terpisahkan karena Kinan merasa kalau saat ini adalah waktu tepat.

Setelah tiga minggu berlalu, Evan harus pergi ke luar kota, Evan tidak dapat pulang karena padatnya pekerjaannya.

Sore hari, Kinan yang mengetahui kalau hari ini Evan akan kembali itu pun menyusun siasat.

Kinan yang sedang bersantai di ruang santainya yang terhias cantik dengan bunga mawar putih dan merah itu memanggil Nina.

Kinan yang sedang merawat bunga itu pun berbalik badan saat mengetahui Nina sudah berada di pintu.

Kinan segera meletakkan gunting yang dipegangnya dan meminta pada Nina untuk duduk di sofa empuknya.

"Duduklah!" perintah Kinan, Kinan pun mengambil paper bag yang sudah ia siapkan.

"Hari ini, teman ku ulang tahun, ia berada di hotel xxx, karena tidak enak badan, aku terpaksa tidak dapat menghadirinya," kata Kinan seraya menatap Nina.

"Niatku, aku mau, kamu mengantarkan ini untuknya, tidak usah malu, karena mungkin pesta sudah selesai dan dia berada di kamar nomor xxx, kamu harus mengantarkannya sampai pemiliknya menerimanya," lanjut Kinan seraya memberikan paper bag tersebut.

Dan Nina tak berpikir apapun lagi, ia menerima setiap perintah dari Kinan dengan baik.

Setelah itu, Nina pun pergi ke alamat yang Kinan berikan, tanpa Nina tau, sebenarnya, di sana sudah ada pria yang sedang menunggunya.

Setibanya di hotel, Nina sudah menemukan kamar yang dicarinya dan Nina pun menekan bel, tidak lama kemudian, seorang pria bule membuka pintu dan Nina dimintai untuk masuk ke kamar.

Nina menjawab dengan bahasa asing yang sempat ia pelajari sebelum menjadi TKW, Nina mengatakan kalau dirinya hanya mengantarkan barang saja.

Dan si pria itu pun mengatakan kalau Nina harus menunggu karena ada titipan untuk Kinan.

Dan Nina yang menunggu di pintu itu harus masuk ke kamar saat mendengar suara seseorang yang terjatuh dan benar saja pria bule itu terjatuh dan Nina harus membantunya berdiri.

Tanpa Nina tau, kalau itu adalah tipu dayanya. Nina pun masuk ke dalam perangkap.

****

Di rumah Kinan.

Kinan yang berada di kamar itu tengah menangis, seraya memandangi foto-foto Nina yang berada di hotel dari layar ponselnya.

Evan yang baru saja tiba itu pun mengetuk pintu kamar Kinan, ia yang baru saja kembali dari luar kota membawakan oleh-oleh untuk Ibunya tersayang.

Kinan yang tengah menangis itu segera menghapus air matanya, lalu bangun dari duduk untuk membuka pintu.

Evan yang melihat mata merah dari Kinan pun bertanya, apa yang membuat Kinan menangis.

"Tidak ada apa-apa, kamu tidak seharusnya tau, Nak!" jawab Kinan seraya berbalik badan, dalam hati, Kinan berharap kalau putranya itu akan mendesak untuk memberitahu dan benar saja, Evan kembali bertanya, "Ma, jangan sembunyikan apapun dari Evan."

"Mama takut kamu akan terluka, Nak!" lirih Kinan yang dibuat semelas mungkin seraya memeluk ponselnya.

Lalu, Kinan pun berbalik badan.

"Tetapi, kalau kamu memaksa, Mama harus memberitahu!" jawab Kinan seraya memberikan ponselnya.

Terlihat, kalau Nina tengah mengetuk pintu kamar hotel dan seorang pria bule yang membuka pintunya.

"Dari mana Mama mendapatkan ini?" tanya Evan seraya menatap Kinan yang kembali mengambil ponselnya dari tangan Evan.

"Kamu tau, kan. Kolega kita ada di mana-mana! Mereka mengenal anggota keluarga kita dan Mama mendapatkan ini dari salah satu teman Mama yang memang kebetulan ada di hotel yang sama."

"Lalu, untuk apa Mama menangis?" tanya Evan seraya menatap Kinan yang sekarang juga menatapnya.

"Anak Mama terlalu polos atau bodoh? Istrimu berada di hotel dengan seorang pria!" jawab Kinan dengan nada sedikit tinggi.

"Mama memikirkan banyak hal, terutama, Mama memikirkan kamu, Nak. Mama tidak mau kamu sakit hati, maka dari itu Mama menangis," ujar Kinan.

Dan Evan pun mulai tersadar, membenarkan ucapan Kinan, untuk apa dan sedang apa Nina berada di hotel dengan seorang pria, Evan pun mulai bertanya-tanya dalam hati.

Untuk memastikan, Evan meminta pada Kinan alamat hotel tersebut, dengan senang hati Kinan pun memberikannya.

Setelah mendapatkan alamatnya, Evan segera menyusul istrinya yang sekarang tengah tertidur pulas dengan seorang pria di bawah selimut yang sama.

Melihat itu, darah Evan langsung mendidih dan Evan menarik selimut yang menutupi tubuh keduanya yang sama-sama polos.

Nina yang berada dalam pengaruh obat tidur itu harus membuka mata dan pandangan matanya yang masih memudar itu tak dapat membuatnya melihat dengan jelas wajah Evan yang sudah memerah karena terbakar api cemburu.

Evan menarik kaki pria itu yang tengah memeluk istrinya, menarik hingga terjatuh dari ranjang kenikmatan, meninju tanpa ampun dan pria itu harus ingat ucapan Kinan kalau dirinya tidak boleh melawan atau menyakiti anaknya yang pasti akan mengamuk.

Nina yang tersadar pun segera memakai dressnya yang tergeletak di lantai. Setelah itu, Nina segera memisahkan Evan dengan pria bule tersebut, sebelum pria itu tak terselamatkan.

"Kenapa? Kamu membelanya? Apa cintamu untukku palsu?" tanya Evan yang membentak Nina seraya mengibaskan tangan Nina.

Lalu, Evan pun menarik rambut Nina, membawanya keluar dari kamar hotel.

Nina yang merasa kesakitan itu pun terus menangis, memohon pada Evan untuk melepaskan tangannya.

Evan sendiri tidak memperdulikan sekitarnya yang memperhatikan dan di luar hotel, Evan segera melepaskan tangannya dari kepala Nina dengan kasar sehingga Nina harus terbentur pot besar yang berada di sana.

Sakit, bukan hanya sakit fisik, tetapi, hati Nina pun teriris.

Nina bangun, ia meraih tangan Evan yang berkacak pinggang dan Evan menyingkirkan tangan itu.

"Lepaskan tangan kotor mu itu!" teriak Evan dan Nina yang sudah berderai air mata itu pun bersujud di kaki Evan, memohon pada Evan agar bersabar lebih dulu dan mungkinkah Evan akan mendengarkan Nina?

Like dan komen setelah membaca, ya, all. Maafkan untuk typonya.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

🍾⃝ͩ sᷞuͧ ᴄᷠIͣ Hiatus🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ

jahad ny si kinan rela melakukan segala my suapa evan dan ninna berpisah 😥😥

2023-02-25

0

𝙼𝚒𝚔𝚊 👒

𝙼𝚒𝚔𝚊 👒

ini nih susahnya menjalani hubungan kalau tidak ada restu , bakalan selalu ada salah paham dan hasutan

2023-02-25

0

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

rencana mama Kinan benar" berhasil ni...tega amat padahal sama" wanita lo

2023-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!