Bab 2

Dania tersenyum senang saat melihat lelaki yang bernama Zico itu menghubunginya. Sudah seminggu ia menunggu lelaki itu menghubungi yang terlebih dahulu.

Saat itu Zico pernah memberikannya kartu pengenalan diri. Dania sengaja mengirimkan pesan untuk mengucapkan terima kasih.

Dania sengaja melakukannya agar lelaki itu tahu nomornya. Akan tetapi setelah hari itu Zico tidak lagi menghubunginya.

"Akhirnya kamu menghubungi aku lagi, lelaki mana yang bisa menolak pesona aku." ucapnya dengan bangga.

Dania segera merapikan riasannya dan bersiap pergi untuk menemui Zico. Beberapa hari yang lalu, Dania sengaja untuk pergi makan siang di restoran tempat Zico bekerja. Namun ia tidak menemukan di mana keberadaan lelaki itu.

Dania bersiap pergi ke tempat janjian mereka. Kali ini tempatnya agak jauh dari kantornya.

Dania menggunakan baju stelan rok bewarna merah. Roknya yang pendek membuat banyak mata memandangnya. Apalagi warna yang kontras membuat kulit putihnya semakin bersinar.

Dania berjalan dengan gontai melewati banyak karyawan yang bekerja. Semua Mata tertuju kepadanya baik laki - laki maupun perempuan.

"Nona Dania memang cantik tapi sayang bajunya terlalu terbuka." bisik salah satu karyawan wanita.

"Iya, sayang sekali dipajang untuk semua orang."

"Dia begitu cantik, nah kamu jika pakai baju gitu baru nggak cocok." jawab salah satu karyawan cowok merasa senang melihat Dania ketika melewatinya. Ketika Dania melewatinya seakan stress di tempat kerja hilang seakan melihat pemandangan yang indah.

"Beda sekali tuan Daniel dengan nona Dania, tuan Daniel alim sedangkan nona Dania parah."

"Udah - udah menggosip terus, ayo kerja, jika tuan Daniel dan nona Dania dengar bisa di pecat." tegur salah seorang karyawan.

Merekapun bubar setelah Dania sudah keluar dari kantor. Dania melajukan mobilnya sambil senyum-senyum. Baginya ini adalah hari yang indah.

Dania agak kesal karena perjalanan menuju restoran tersebut agak macet karena memang jam makan siang. Dania agak menggerutu ketika dua kali kena lampu merah di lampu merah yang sama.

"Haduww merah lagi, aku harus tepat waktu agar pada hari pertama bertemu agar pandangannya ke aku baik." ucap Dania mencoba menenangkan dirinya.

Dia tidak mau marah atau badmood karena takut jika make up nya luntur. Dia berpikir jika harus senyum terus agar otot wajahnya lemas tidak tegang.

"Aku harus banyak - banyak senyum." ucapnya sambil tersenyum memandang kaca spion dalam mobilnya.

"Aku memang cantik, nggak mungkin Zico nggak tertarik sama aku." ucapnya dengan bangga.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Hati Dania sedang berbunga - bunga mengendarai mobil tersebut.

Mobil Dania berhenti di sebuah restoran. Dania turun dari mobil dengan anggun. Dia berjalan menuju dalam restoran.

"Maaf ko, apakah kamu dari tadi datangnya?" tanya Dania tersenyum manis.

"Nggak juga sih, ini juga belum pesan apa - apa." jawab Zico.

Ziko melambaikan tangannya untuk memanggil pelayan. Seorang pelayan wanita pun datang menghampiri mereka. Zico dan Dania memesan makanan kesukaan masing-masing.

"Kamu apa kabarnya?" tanya Zico membuka pembicaraan.

"Baik seperti yang kamu liat hari ini." jawab Dania tersenyum.

"Sebelumnya mohon maaf jika telah mengganggu kamu, saya memang sengaja mengajak kamu makan ke sini, karena ada yang ingin saya bicarakan secara lansung." ucap Zico membuat Dania tersenyum.

"Dia pasti mau nembak aku, haduw ini mah terlalu cepat." ucap Dania senang dalam hati.

"Tidak apa-apa, selagi aku bisa aku akan datang." jawab Dania.

"Saya boleh minta tolong kamu nggak?"

"Apa? selagi aku bisa akan aku bantu."

"Saya sedang suka seseorang, tapi saya ragu untuk mengungkapkannya." ucap Zico terputus.

Dania mendengar ucapan Zico semakin yakin bahwa lelaki yang duduk di depannya akan menembaknya.

"Saya suka sama teman kamu Khalifah, apa kamu bisa membantu saya agar bisa dekat dengan Khalifah?"

Pertanyaan dan pernyataan Zico membuat Dania kaget. Dia tidak menyangka bahwa kata-kata itu yang bakalan keluar dari mulut Zico.

"Khalifah?" tanya Dania tidak bisa menyembunyikan kekagetannya.

"Iya, Khalifah teman kamu kemaren." jawab Zico tersenyum senang.

"Apa yang membuat kamu menyukai Khalifah?" tanya Dania ingin tau.

"Dia wanita sholehah, aku suka wanita yang bisa melindungi dirinya sendiri, dia bisa menjaga Marwah dirinya dengan memakai baju yang sesuai akidah."

Dania semakin terpojok mendengar jawaban yang diberikan oleh Zico. Ucapan Zico bertolak belakang dengan apa yang dia gunakan.

"Berarti saya ini wanita yang aneh ya? Saya bertolak belakang dengan Khalifah." ucap Dania mencoba tertawa padahal hatinya sakit.

Lelaki yang dia suka menyukai Khalifah yang merupakan kakak iparnya. Padahal Dania tau bahwa Khalifah tidak secantik dirinya.

"Kok kamu bicara begitu? Saya tidak bilang begitu loh." ucap Zico merasa tidak enak hati.

"Tapi sepertinya saya tidak bisa membantu kamu." ucap Dania.

"Kenapa?" tanya Zico penasaran.

"Maaf saya baru ingat, ternyata siang ini saya ada janji dengan klien, dan maaf sekali lagi saya tidak bisa bantu kamu untuk lebih dekat dengan Khalifah, dan untuk alasannya karena dia telah menikah." jawab Dania berdiri dari kursinya.

Hatinya terasa sakit saat tau wanita yang di sukai Zico adalah kakak iparnya. Dia menahan air matanya agar tidak turun saat itu juga.

Ziko bingung sendiri melihat Dania meninggalkannya sendirian. Dia merasa ada yang aneh dengan sikap wanita itu.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

hahahaha parah, sukanya sama kakak iparnya

2023-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!