Si Kembar Monster

Seusai makan Bibi Emi merapikan kembali meja makan, sedangkan Miho mengantarkan Rei dan Ren ke sekolah.

Ketika Miho membuka pintu rumah ia bertemu dengan Hisao yang hendak mengetuk pintu. "Eh' ternyata sudah di buka." Ucapnya.

"Siapa kau?" tanya Miho.

"Namaku Hisao, aku diperintah oleh Bos menjaga tuan muda kecil. Senang bertemu dengan anda Nona Miho."

"Ya, senang bertemu denganmu. Bisakah kau membawa mobil?"

"Saya bisa."

"Kalau begitu bisakah kau mengantarkan ku? aku ingin mengantarkan Rei dan Ren ke sekolah."

"Baiklah."

Miho memberikan kunci mobil pada Hisao. Hisao mengeluarkan mengeluarkan mobil dari garasi.

Miho memegang tangan Rei dan Ren, lalu berjalan menuju ke arah mobil.

Hisao yang melihat itu, seketika pupil matanya mengecil. "Nyonya Narumi! eh' tidak, ternyata aku salah melihat. Haih …"

Miho membuka pintu mobil dan mempersilahkan Rei and Ren untuk masuk ke dalam mobil lebih dulu. Saat sudah masuk Miho menutup pintunya, ia kemudian duduk di samping Hisao yang mengemudi.

Setelah Miho duduk, mobil di jalankan. Di perjalanan menuju sekolah Rei and Ren, Miho banyak berbicara dengan Rei and Ren.

"Rei, Ren bagaimana kalau saat kalian pulang sekolah nanti Bibi membawa kalian pergi ke taman bermain?"

"Tapi kami ingin pergi ke Kebun Binatang," ucap Rei.

"Ya, kami ingin pergi ke Kebun Binatang. Apakah tidak apa-apa Bibi?" tanya Ren.

"Tentu, apapun itu yang bisa membuat Rei and Ren tersenyum."

Tak selang berapa lama, mereka akhirnya sampai di sekolah Rei and Ren.

Miho memakai maskernya dan keluar dari dalam mobil. "Kenapa Bibi menutup wajah Bibi?" tanya Ren bingung.

"Ee' tidak apa-apa. Bibi hanya takut dikenali oleh orang jahat." Gugup Miho.

"Apa disini banyak orang jahat?" tanya Rei.

"Ya tentu, jadi kalian harus berhati-hati ya. Kalian harus menunggu Bibi sampai kemari menjemput kalian, kalian mengerti."

"Ya kami mengerti!" serentak mereka.

"Kalau begitu, pergilah ke kelas kalian."

Ketika Miho meminta Rei and Ren untuk masuk ke kelas mereka, mereka masih tetap diam berdiri di situ menatap Miho dengan mata berkaca-kaca seakan mengharapkan sesuatu.

Miho tersenyum, ia lalu sedikit membungkukkan sedikit tubuhnya dan menurunkan sedikit maskernya lalu mengecup kening Rei and Ren.

Setelah mengecup kening Rei and Ren, Miho menaikkan kembali maskernya. "Belajarlah yang rajin, Bibi akan menjemput kalian tepat waktu."

Rei and Ren pun pergi masuk ke dalam kelas dengan semangat, sedangkan Miho pergi meninggalkan sekolah.

Saat masuk ke dalam kelas, semua orang berbisik-bisik melihat ke arah Rei and Ren.

"Hei kau tau, ibuku mengatakan kalau ibunya si monster itu telah tiada. Kasihan sekali kan." Berbisik.

"Kurasa itu cocok untuk mereka, mungkin itu karma."

Mendengar bisikan dari mereka, Rei berbisik di telinga Ren. "Mereka tidak tau apa-apa, jadi tenangkan dirimu Ren."

"Aku tau, mungkin mereka salah pengucapan dan aku akan memaafkannya kali ini. Jika mereka mengulangi lagi, tidak ada kompensasi untuk yang kedua kali walaupun kau menahan ku Rei." Bisik Ren.

"Aku mengerti, aku akan duduk di tempat duduk mu dan kau akan duduk di tempat duduk ku."

"Ya tentu."

Tidak berapa lama, Guru Matematika masuk ke dalam kelas dan memulai pelajaran.

Disaat Guru menjelaskan, ternyata ada seorang anak laki-laki yang mengganggu Rei and Ren.

"Hei kembar monster, aku dengar ibumu sudah tiada. Apakah itu karena kutukan kalian." Ledek anak laki-laki itu.

"Tentu saja mereka mengutuk ibu mereka sendiri." Sambung teman sebangku anak laki-laki itu.

"Kalian tidak tau apa-apa, jadi tutup mulut kalian," ujar Rei menatap dingin mereka.

"Hei sudahlah jangan berbicara pada seorang monster, nanti kau akan kena kutukannya."

"Menurutmu apa? ini semua seperti kisah dongeng, kau terlalu kekanak-kanakan." Ren menarik kerah baju anak laki-laki itu.

Melihat keributan itu, Guru memanggil nama Rei yang sebenarnya itu adalah Ren.

"Rei!" tegas Gurunya.

"Aku bukan Rei, aku Ren."

"Kenapa kalian berpindah tempat duduk?"

"Aku bosan duduk di tempat duduk ku, apakah itu perlu dipertanyakan?"

"Ren! maju ke depan. Kau selesaikan soal yang baru saja saya jelaskan."

Ren maju tanpa memikirkan konsekuensinya, Guru mulai membuat soal untuk Ren. Ren melihat soal itu, tanpa banyak bicara ia mengerjakan soal yang baru saja di buat oleh Gurunya.

"Bukankah seperti ini, kalau begitu bolehkah aku duduk?"

"Ya silahkan." Ucap Gurunya. "Aku belum selesai menjelaskannya, tetapi dia sudah menemukan jalannya. Sangat jenius." Batinnya.

Tak berapa lama jam istirahat tiba, seperti biasa Rei and Ren hanya duduk di dalam kelas sambil menggambar.

"Ren, apa kau memikirkan perkataan yang ibu ucapkan?" tanya Rei.

"Ya." Jawab Ren.

"Jadi bagaimana, apa kau setuju jika Bibi Miho menjadi ibu sambung kita?"

"Kau mudah mengatakannya kalau kita berdua setuju, tetapi bagaimana dengan ayah? kau mencampakkan nya. Jika dia tidak setuju, kita tidak bisa berbuat apa-apa."

"Kau benar. Jadi bagaimana agar kita bisa meyakinkan ayah untuk setuju."

"Apa kau bodoh Rei, kenapa kau menanyakan itu padaku. Sebaiknya kau menanyakannya langsung kepada ayah."

"Ayah pasti tidak setuju."

"Jika kau tau ayah tidak setuju, lalu kenapa kau menanyakan kepadaku?"

"Haih … sepertinya kita perlu campur tangan disini."

"Apapun yang kau katakan, itu adalah jalan terbaik."

Jam istirahat pun telah selesai, dan pelajaran mulai kembali.

Seusai pelajaran, bel pulang sekolah berbunyi.

Kriing … kriing … kriing …

Ketika Rei and Ren sudah keluar dari dalam kelas, mereka diseret oleh kakak kelas mereka ke belakang sekolah.

★★★

Di belakang sekolah.

"Oi! si kembar monster, bisakah kalian meminjamkan aku uang. Aku akan mengembalikannya besok," ucap Kakak kelas.

"Untuk apa kami memberikanmu uang, apakah kau tidak diberikan uang jajan oleh orang tuamu? sepertinya kehidupanmu sangat sulit hingga kau harus meminta-minta," ucap Rei.

"Hei lihat, sepertinya dia menguji kesabaranmu." Timpal teman Kakak kelas.

Tanpa berpikir panjang Kakak kelasnya menarik kerah baju Rei. "Hei! berani sekali kau mengatakan hal itu padaku?"

"Untuk apa aku takut padamu."

"Hei! lepaskan tanganmu dari Rei!" tegas Ren.

Teman dari Kakak kelas itu juga ikut menarik kerah baju Ren. "Oi! kau ingin menyelamatkan kembaranmu, bagaimana? sedangkan sekarang kau tidak bisa apa-apa. Kau tidak bisa melawan kami berlima."

Seluruh teman-teman Kakak kelasnya tertawa mendengarnya. "Hahahaha …" Tawa mereka.

"Sudah? apakah sudah cukup tertawa nya?" tanya Ren menunduk dengan keadaan kerah bajunya masih di tarik.

Tawa mereka semua seketika berhenti saat mendengar perkataan Ren. "Kau bertanya bagaimana caraku menyelamatkannya? seperti ini." Ren menatap teman Kakak kelasnya dengan pupil mata mengecil dan memukul wajah teman Kakak kelasnya itu.

"Walaupun kami berdua, kami takkan kalah dengan kalian!"

Terpopuler

Comments

B⃟cMarwa

B⃟cMarwa

benar, aku sependapat denganmu

2023-04-02

0

B⃟cMarwa

B⃟cMarwa

dih ngga modal.

2023-04-02

0

B⃟cMarwa

B⃟cMarwa

ren kamu berbakat dalam bidang ini. terbukti dari ucapan gurumu sendiri ialah jenius

2023-04-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!