Rei dan Ren sama sekali tidak menggubris perkataan Miho, mereka hanya memandang keluar jendela dengan tatapan kosong.
"Kakak …kau meninggalkan ku dalam situasi yang cukup sulit." Batin Miho.
"Ren, Rei Bibi berjanji tidak akan meninggalkan kalian," ucap Miho sembari menangis dan mengeratkan pelukannya pada Rei dan Ren.
Hari itu juga Narumi di makamkan, tepat di pemakaman Rei dan Ren menangis tanpa ekspresi di wajah mereka. Sedangkan Asahi hanya menatap malam istrinya.
"Narumi … kau pembohongan besar, kau berkata kau tidak akan pernah meninggalkan ku … tetapi hari ini semuanya telah terbukti, kaulah orang pertama yang meninggalkan ku." Batin Asahi.
Miho yang memegang tangan Rei dan Ren juga menangis sambil menatap makam kakaknya. "Kakak … aku berjanji padamu, aku akan menepati keinginan terakhirmu walaupun menurutku itu berat."
Asami yang melihat Miho menangis, lalu berjalan mendekatinya. "Miho, Bibi tau ini berat bagimu tapi Bibi yakin kau bisa menghadapinya," ucap Asami memberikan semangat pada Miho.
"Terimakasih Bibi."
Setelah usai memakamkan Narumi, mereka semua pulang terkecuali Asahi yang entah pergi kemana.
****************
Di rumah Miho hanya berfokus kepada Rei dan Ren, ia ingin membuat Rei dan Ren berbicara. Karna dari awal pemakaman sampai mereka semua sudah pulang, Rei dan Ren tidak mengatakan sepatah kata apapun.
"Rei, Ren ingin ikut bersama Bibi?" ajak Miho pada Rei dan Ren.
Tetapi Rei dan Ren hanya menggelengkan kepala, Rei dan Ren kemudian pergi ke kamar mereka.
"Huhh … ini sangat sulit bagiku, tapi aku yakin aku pasti bisa." Kekeh Miho menguatkan dirinya.
Sore hari Miho menyiapkan makan malam untuk semua orang di bantu oleh Bibi Emi.
Seusai menyiapkan makan malam, Miho memanggil Rei dan Ren untuk makan malam bersama.
Tok … tok … tok …
"Rei, Ren keluarlah, makan malam sudah siap," kata Miho dari luar kamar Rei dan Ren.
Seperti sebelumnya, Rei dan Ren tidak menjawab perkataan Miho.
Miho merasa sedih karena selalu tidak dipedulikan oleh Rei dan Ren, ia lalu memutuskan kembali ke meja makan tanpa membawa Rei dan Ren.
Di meja makan, Asami dan Osamu melihat wajah sedih Miho. "Miho kau pasti tau bukan, jika sudah kehilangan seseorang maka butuh waktu untuk melupakannya. Bukankah kau juga merasakannya." Jelas Asami.
"Iya Bibi aku paham." Miho mengangguk.
"Miho, bisakah kau juga membujuk Asahi agar bisa melupakan Narumi. Karna jika ia terus mengingatnya, itu hanya akan membebani dirinya dan mengganggu kesehatannya." Pinta Osamu pada Miho.
"Miho juga berharap begitu Paman, tapi seharian penuh ini Miho tidak melihat keberadaan kak Asahi."
"Tentu saja kau tidak melihatnya, dia sedang berada di markas Yakuza. Entah apa yang dia lakukan tidak ada yang tau."
"Paman Miho berjanji akan membuat kak Asahi melupakan kak Narumi, tetapi Miho tidak bisa berjanji untuk melupakan kak Narumi di dalam hati kak Asahi."
"Miho, kau anak yang baik. Kenapa kau tidak menjadi ibu sambung dari Rei dan Ren." Timpal Asami.
"Ee' … itu Miho …"
"Sudahlah Miho, tidak perlu memikirkan perkataan Bibi tadi."
Miho, Asami dan juga Osamu makan bersama malam itu.
Seusai makan malam, Miho memutuskan untuk masuk ke kamarnya. Di dalam kamar Miho duduk di kasurnya sembari memegang sebuah poto, di dalam poto itu terlihat poto nya bersama kakaknya.
"Kak, aku tidak tau sampai kapan aku bisa bertahan, yang jelas aku akan terus berusaha walaupun itu berat." Miho bermonolog sendiri.
Setelah mengatakan itu,Miho merebahkan tubuhnya di kasur,perlahan-lahan ia menutup matanya dan tertidur.
****************
Keesokan paginya Miho yang sudah selesai membersihkan diri sekaligus telah selesai merapikan kamar lalu keluar dari kamarnya.
Ia berjalan menuju pintu kamar Rei dan Ren.
Tok … tok … tok …
"Ren, Rei apa kalian sudah bangun." Panggil Miho dari luar kamar.
Tidak ada jawaban sama sekali dari dalam kamar Rei dan Ren.
"Emm' … mungkin mereka masih tidur." Batin Miho.
Miho pun berinisiatif masuk ke dalam kamar Rei dan Ren untuk membangunkan mereka.
*Kkrreett
Saat masuk ke dalam kamar, Miho mulai membangunkan Rei dan Ren dengan lemah lembut. "Rei, Ren bangun, sudah pagi. Kalian harus berangkat ke sekolah."
Perlahan-lahan Rei dan Ren bangun dari tidur mereka. "Ehh' … selamat pagi." Ucap Rei dan Ren bersamaan.
Miho menahan air matanya melihat Rei dan Ren yang seperti orang tanpa perasaan seakan tidak ada warna lagi dalam hidup mereka.
"Kalian sudah bangun, kalau begitu bangkit dari tempat tidur dan bersihkan diri kalian. Bibi akan mengantar kalian pergi ke sekolah, tapi sebelum itu kita akan sarapan pagi bersama."
"Ya baiklah," ucap Ren.
"Hmm' aku mengerti." Timpal Rei.
Miho keluar dari dalam kamar Rei dan Rei, ia berjalan pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.
Di dapur ternyata sudah Bibi Emi yang baru saja ingin memasak.
"Bibi, biar Miho saja yang memasak." Pinta Miho pada Bibi Emi.
"Tapi Nona Miho, ini pekerjaan saya," ucap Bibi Emi.
"Tidak apa-apa, aku ingin memasak untuk Rei dan Ren."
"Baiklah jika itu kemauan anda Nona, kalau masakan Nona sudah siap saya akan menyusunnya di meja makan."
"Ya."
Miho mulai memasak sarapan pagi. Tak berapa lama Miho bergelut dengan bumbu masakan di dapur, akhirnya sarapan pagi sudah siap di hidangkan.
Tepat di saat itu, Rei dan Ren keluar dari kamar bersamaan dengan Asahi yang juga keluar dari kamarnya. Mereka turun bersama-sama untuk sarapan pagi.
Melihat Asahi bersama Rei dan Ren, Miho menyadari kalau Asahi kembali larut malam disaat semua orang sudah terlelap dalam tidurnya.
Mereka pun duduk di meja makan, Miho lalu mengambilkan makanan untuk mereka bertiga dan mempersilahkan mereka untuk makan.
Asahi adalah orang pertama yang memakan masakan itu, saat memakan masakan itu Asahi langsung terdiam. "Siapa yang memasak ini?"
"Aku, ada apa? apakah masakannya kurang enak?" tanya Miho.
"Tidak, aku hanya bertanya."
Sekarang giliran Rei dan Ren yang memakannya, sama seperti Asahi saat sudah memakan masakan itu mereka berdua terdiam dan air mata perlahan lolos membasahi pipi mereka.
"Masakan ini sama seperti masakan ibu, apakah ibu kembali Ayah?" tanya Rei menatap Ayahnya sembari menangis.
"Aku rindu ibu." Timpal Ren yang juga ikut menangis.
Melihat Rei dan Ren menangis, Miho bangkit dari tempat duduknya dan mendatangi Rei dan Ren.
Miho mengusap air mata mereka dan mengelus pelan kepala Rei dan Ren. "Jika Rei dan Ren menyukainya, Bibi akan setiap hari memasak untuk kalian berdua."
"Ya! terimakasih Bibi." Kata Rei dan Ren bersamaan dengan senyuman tipis terlihat dari wajah mereka.
Senyuman dari Rei dan Ren membuat Miho sangat bahagia, ia merasa usahanya tidak sia-sia, sedangkan Asahi hanya melirik Miho lalu mengalihkan lirikannya dan kembali melanjutkan makannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
pensi
ngga kuat melihat mereka menangis 😭
2023-04-05
0
pensi
mungkin karena mereka pemikirannya belum dewasa.
2023-04-05
0
pensi
ya ampun sedihnya 🥺
2023-04-05
0