Sebuah Keanehan

Aurora sampai di gedung yang menjadi tempatnya bekerja selama ini, namun pagi hari ini Aurora akan mengalami hal baru ditempat kerjanya. Aurora secara resmi menjadi bos ditempatnya bekerja, dimana sebelumnya dia hanyalah wartawan lepas untuk mencari berita. Didalam hati Aurora berasa campur aduk antara senang, gugup dan ada perasaan tidak enak kepada teman - teman dan juga mantan atasannya.

Hari pertama bagi Aurora bekerja dengan jabatan barunya, penampilannya pun sudah berubah. Tidak lagi mengenakan celana panjang dan kemeja dengan nama media yang dibordir di bagian punggungnya dan juga tidak membawa banyak buku juga alat tulis dan kamera untuk mencari berita. Aurora yang sekarang terlihat anggun dengan setelan rok span dan blazernya yang pas dengan bentuk tubuhnya. Rambutnya yang biasanya dia ikat ketika mencari berita kini dia biarkan terurai. Aura kecantikan dan keanggunan Aurora semakin terpancar.

"Haah~ bagaimana ya reaksi mereka melihatku? apa mereka akan ngomongin aku dibelakang? sikap mereka pasti akan tidak enak di hadapanku, Arion berlebihan menolongku~" gumam Aurora

"Tapi aku harus tetap semangat dan menyambut tanggung jawab baru!! ini semua untuk kehidupan yang lebih baik!! semangat Aurora!!" teriak Aurora ketika hampir sampai di gedung tempatnya bekerja.

Didepan pintu masuk gedung, Aurora melihat dua pria yang bekerja sebagai penjaga gedung dan sangat dikenal oleh Aurora. Mereka selalu ramah pada Aurora tidak seperti teman - temannya yang bekerja didalam kantor, karena hubungan yang baik itu membuat Aurora pun tidak segan - segan menyapa mereka seperti biasanya.

"Selamat pagi!!" sapa Aurora dengan penuh semangat dan kehangatan, kedua pria penjaga itu serentak menatap Aurora.

"Selamat pagi nona Aurora" sapa keduanya dengan nada datar, hal itu membuat Aurora terkejut dan juga heran.

"Kalian... baik - baik saja?" tanya Aurora bingung

"Kami baik - baik saja nona Aurora, semua berkat tuan Arion yang bekerja keras untuk kami" jawab kedua pria penjaga itu

Seketika itu Aurora semakin yakin jika ada sesuatu yang salah, ada kesamaan yang dirasakan oleh Aurora ketika melihat dua penjaga dihadapannya dengan kondisi ayahnya di rumah. Semua terjadi setelah Arion mendatangi rumah dan juga kantornya, namun ketika itu Aurora tidak tahu apa yang Arion lakukan kepada mereka.

"Apa mereka disogok uang yang besar oleh Arion? tapi kalau iya... ayah pasti akan memberitahuku kan?" tanya Aurora dalam hatinya. Aurora meninggalkan kedua pria penjaga dan berniat untuk mengurusnya nanti ketika dia bertemu dengan Jerome, bagi Aurora saat ini Jerome bisa diandalkan karena dia berjanji untuk menyembuhkan ayahnya.

Didalam gedung Aurora bertemu dengan teman - teman dan juga mantan atasannya dulu, mereka menyapa Aurora dengan sangat sopan dan diakhir kalimat selalu mengatakan kebaikan Arion dihadapan Aurora. Belum lagi tatapan datar yang mereka tampakkan dihadapan Aurora semakin membuat Aurora yakin ada yang tidak beres, Aurora berlari cukup cepat untuk masuk kedalam ruangan direktur utama.

Kebahagiaan Aurora hari itu terganggu dengan keanehan dari banyak orang yang dia kenal, dimulai dari Diego sampai semua rekan kerjanya. Aurora dibuat merinding dengan tingkah mereka semua, Arion lah sosok yang dicurigai oleh Aurora untuk semua keanehan yang dia alami hari ini.

Begitu masuk didalam ruangan itu, Aurora langsung menutup pintu lalu membuka tirai jendela dengan kedua jarinya agar dia dapat mengintip kegiatan teman - teman dan juga mantan atasannya. Namun mereka bersikap biasa saja, bekerja, berinteraksi satu sama lain, dan juga berekspresi seperti biasa.

"Apa yang terjadi pada mereka?" gumam Aurora

"Selamat pagi nona Aurora" sapa seseorang yang ternyata ada dibelakang Aurora sejak tadi

"Kyyaaa!!!!" Aurora pun berteriak karena kaget atas kehadiran wanita berumur sekitar dua puluhan yang entah sejak kapan ada dibelakang Aurora

"Selamat pagi nona Aurora" sapa wanita itu lagi

"Si.. siapa kamu?!! ke.. kenapa ada disini?!!" tanya Aurora pada wanita itu dengan sedikit berteriak

"Nama saya Ravena, saya diutus oleh tuan Arion untuk menjadi sekertaris nona Aurora. Tuan Arion sangat baik karena mengangkat Ravena menjadi sekertaris untuk nona Aurora" jawab Ravena dengan nada datar, seketika itu Aurora mengernyitkan dahinya karena lagi dan lagi dia mendengar seseorang memuji Arion dihadapannya.

"Revana ya... kamu bisa memanggilku Aurora saja, karena sepertinya kamu lebih tua dariku... mungkin. Tapi ada satu hal yang membuatku penasaran dan bingung, apa yang sebenarnya terjadi pada kalian?" tanya Aurora dengan nada menekan, namun Revana hanya terdiam menatap Aurora.

"Tidak mau bicara ya, baiklah... aku akan mencari tahu sendiri apa yang terjadi. Sekarang aku ganti pertanyaanku, apa yang Arion ingin kamu lakukan untukku?" tanya Aurora kesal

"Baik nona Aurora, disini Revana akan menjelaskan semua hal yang harus nona Aurora lakukan untuk perusahaan" jawab Revana sembari memberikan beberapa berkas kepada Aurora

Aurora menerima berkas - berkas itu sembari berjalan menuju kursi direktur, disana Revana menjelaskan berbagai hal yang harus dilakukan Aurora untuk membangun ulang perusahaan media yang kini dipegangnya. Walau pikirannya terpecah antara penasaran dengan apa yang sedang terjadi dalam hidupnya, namun Aurora tetap penuh dedikasi dan semangat mendengarkan setiap saran dan masukan Revana agar dirinya dapat menjadi pemimpin perusahaan yang baik.

Waktu berlalu dan kini pagi berganti siang dimana menjadi jam istirahat untuk para pekerja termasuk Aurora, di kursinya Aurora meregangkan tubuhnya karena kelelahan berpikir demi kemajuan perusahaan.

"Hoooaaah.... capeknya...!" seru Aurora sembari meregangkan tubuh

"Nona Aurora bisa beristirahat mencari tempat makan siang yang nyaman, biarkan Revana yang membereskan meja nona Aurora" ucap Revana

"Kamu tidak ikut bersamaku? bukankan ini jam istirahatmu juga?" tanya Aurora

"Tidak, Revana punya beberapa hal yang harus kembali dikerjakan untuk membalas budi kebaikan tuan Arion. Jika nona Aurora malas untuk keluar, Revana akan keluar dan membeli makanan untuk nona Aurora" jawab Revana sekaligus memberikan saran kepada Aurora, tidak lama setelah itu terdengar bunyi ketukan pintu.

Aurora pun memberi izin kepada orang yang mengetuk untuk masuk kedalam ruangan, tidak lama pintu terbuka dan disana Aurora melihat Danilson bersama dua orang pria berpakaian jas hitam bersama Danilson.

"Selamat siang nona Aurora" sapa Danilson

"Aaah yaa... kamu... eee, pembantu Arion! aku benarkan?" seru Aurora

"Nama saya Danilson, nona" jawab Danilson dengan sedikit suara tawa

"Aku akan ingat nama itu baik - baik, maaf ya aku sering lupa sama nama orang" timpal Aurora malu - malu

"Tidak masalah, aku mengerti nona" ucap Danilson

"Lalu... ada keperluan apa? apa kamu bersama Arion? mana dia?" tanya Aurora

Berbeda dengan yang lainnya, hanya Danilson lah yang terlihat normal dan tidak aneh seperti yang lainnya. Hal itu membuat Aurora berpikir jika Danilson bersikap biasa karena sudah lama mendampingi Arion. Sosok Arion dimata Aurora kini hanyalah bos yang haus akan pujian dari banyak orang dan sangat arogan. Tidak berbeda jauh dari kebanyakan bos - bos kaya pada umumnya.

"Saya datang tanpa tuan Arion, saat ini tuan Arion menunggu nona Aurora di Gervaso Tower untuk makan siang bersama. Danilson harap nona Aurora berkenan untuk menyambut undangan tuan Arion" jawab Danilson

"Waah... undangan makan siang bersama dari tuan Arion, nona Aurora jangan sampai melewatkan kesempatan berharga ini" celetuk Ravena tiba - tiba, Aurora langsung mengalihkan pandangannya menatap Ravena dengan wajah heran.

"Bagaimana nona Aurora? apa anda berkenan?" tanya Danilson, lalu Aurora kembali menatap Danilson.

"Tentu saja, aku bersedia" jawab Aurora menerima undangan Arion

"Bagus, Danilson akan tunggu nona Aurora didepan. Kami sudah menyiapkan mobil untuk nona Aurora, kapan pun nona siap kita akan berangkat" ucap Danilson sembari membungkuk sedikit lalu berbalik keluar dari ruangan, saat itu Aurora pun segera berdiri untuk bersiap bertemu Arion.

"Revana, kamu boleh pergi untuk beristirahat" celetuk Aurora sembari bersiap meninggalkan ruangan.

"Baik nona Aurora, anda sama baiknya dengan tuan Arion. Semoga makan siang anda menyenangkan bersama tuan Arion" timpal Revana

Sekali lagi Aurora kembali dibuat heran dengan sikap orang - orang disekitarnya yang selalu menyebut nama Arion dihadapannya, meski heran namun Aurora tidak ingin memikirkannya sekarang. Aurora merasa dia akan mendapatkan jawaban langsung dari Arion, karena siang ini mereka akan bertemu tatap muka langsung.

Setelah berpamitan dengan Revana, Aurora pun berjalan keluar gedung. Disana semua pekerja selalu menyapa Aurora dengan sopan, tidak seperti yang ada di bayangan Aurora ketika pagi hari tadi. Hingga sampai di lobby gedung kantor, Danilson terlihat berdiri menunggu kedatangan Aurora disalah satu mobil mewah yang terparkir didepan pintu keluar gedung.

"Sudah siap untuk berangkat, nona Aurora?" tanya Danilson

"Iya, aku siap" jawab Aurora

Danilson membukakan pintu untuk Aurora dan mempersilahkan Aurora untuk masuk, tidak lama iring - iringan mobil Arion yang membawa Aurora pun berangkat. Dua puluh menit berlalu, Aurora dan iring - iringannya sampai di Gervaso Tower. Dengan sigap, seorang pria yang bertugas untuk menjaga keamanan gedung membukakan pintu untuk Aurora.

Aurora turun dan langsung disambut oleh Danilson yang mempersilahkan Aurora untuk mengikutinya, tanpa banyak tanya Aurora pun berjalan mengikuti Danilson. Didalam gedung itu Aurora melihat pekerja di Gervaso Tower bekerja seperti robot, tidak ada interaksi yang berlebihan diantara mereka semua. Gerakan mereka pun nyaris sama, ketika Danilson lewat maka mereka akan memberi salam dengan postur tubuh dan ucapan yang sama.

"Kenapa... mereka seperti... boneka?" tanya Aurora kepada Danilson

"Mereka dituntut oleh tuan Arion agar bekerja dengan giat, nona Aurora. Mereka akan berbeda sikapnya ketika sudah selesai dengan pekerjaan mereka masing - masing, tidak ada yang aneh" jawab Danilson

"Aku mendapati ayah dan teman - temanku bersikap sama dengan mereka, itu bukan suatu kebetulan kan?" tanya Aurora lagi dengan suara yang menekan

"Semua berjalan dengan normal, nona Aurora" jawab Danilson

Tentu saja jawaban Danilson bukanlah jawaban yang memuaskan, keanehan yang ditunjukkan banyak orang itu memiliki kesamaan yang membuat Aurora merasa ini bukanlah hal yang biasa dan normal saja. Sejenak dia memiliki perasaan tidak sabar untuk bertemu dengan Jerome yang menawarkan diri untuk menangani Diego.

"Aku tidak bisa terima jawaban seperti itu! ini sesuatu yang janggal, kalau kamu tidak memberitahuku apa yang terjadi... aku tidak akan mau menemui Arion!" ancam Aurora pada Danilson, bentakan itu membuat Danilson pun berhenti berjalan lalu berbalik menatap Aurora.

"Nona Aurora akan mendapatkan jawabannya dari tuan Arion" ucap Danilson datar

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Updatenya yang rutin donk thor

2023-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!