Ditengah jalan Aurora terlihat akan tertabrak oleh sebuah truk barang, truk itu mengerem dengan sangat keras namun jarak antara truk dengan posisi Aurora sudah tidak memungkinkan lagi untuk selamat. Aurora pun memejamkan kedua matanya seakan dia sudah pasrah jika ini adalah hari terakhirnya untuk hidup, namun hingga beberapa saat Aurora tidak juga merasakan tertabrak oleh truk itu.
Ketika membuka mata, betapa terkejutnya Aurora sudah duduk dipinggir jalan bersama dua pria yang saling menatap dengan penuh kebencian. Untuk beberapa saat Aurora yang masih syok hanya bisa bengong terdiam tanpa mempedulikan apa yang baru saja terjadi padanya, ditengah kebingungannya itu supir truk berlari mendekati Aurora dan dua pria asing yang berada dipinggir jalan.
“Nona, kamu baik – baik saja?!” tanya supir truk dengan panik
“Hah? Aaah ii.. iya.. aku baik – baik saja” jawab Aurora terbata
“Huuh syukur deh, tapi kamu bisa bergerak sangat cepat begitu... bagaimana caranya? Apa kamu seorang atlit lari?” tanya supir truk itu penasaran, Aurora hanya menanggapi dengan suara tawa kecut.
Setelah saling minta maaf dan memaafkan dengan supir truk, Aurora kini bingung dengan kedua pria asing yang terus saling menatap namun hanya terdiam. Aura permusuhan begitu terasa dan semakin membuat Aurora kebingungan cara untuk memulai obrolan, namun seketika Aurora mengingat salah satu pria yang sedang saling menatap itu.
“Jerome?” tanya Aurora memecah keheningan
“Kamu masih mengingatku ya” jawab Jerome pada Aurora, senyum hangat Jerome pun membuat Aurora kehilangan rasa takutnya pada Jerome setelah pertemuan keduanya yang sempat tidak baik itu.
“Kamu mengenal gembel ini?” tanya pria satunya kepada Aurora, dengan segera Aurora mengalihkan pandangannya menatap pria dihadapan Jerome.
Sosok pria tampan dengan mata hijau dan berkulit pulit, berbadan tinggi dan juga tegap. Memiliki pandangan mata yang sangat dingin, bibirnya sangat tipis membuatnya terlihat dingin namun seksi, ketampanannya melebihi dari ketampanan Jerome. Setelan Jas nya membuat pria itu semakin mempesona dengan model rambut ala Ceo muda pada umumnya.
“Aaa.. maaf, anda siapa?” tanya Aurora
“Pertanyaan macam apa itu? Seharusnya kamu mengenali orang yang kamu mata – matai dengan baik” tanya Arion dengan dingin dan menekan, terkejutlah Aurora karena dia langsung berhadapan dengan orang yang ingin menangkapnya.
“Aaa... tuan Arion?! Maafkan aku, itu bukan ulahku memata – matai anda! Saya hanya ingin mewawancarai anda!” jawab Aurora dengan nada panik
“Apa bagusnya mewawancarai pria penyendiri ini, lebih baik mewawancarai pemulung dipinggir jalan karena dia punya lebih banyak cerita” ejek Jerome pada Arion
“Akan sangat bagus jika bisa mewawancarai pria tersukses di kota ini!” timpal Arion masih dengan gaya bicaranya yang dingin dan terkesan sombong
“Eeeh... maaf, apa kalian saling kenal?” tanya Aurora menyela pertengkaran diantara Arion dan Jerome, secara bersamaan Arion dan Jerome menatap mata Aurora.
Berada di antara dua pria tampan yang seperti sedang beradu kesombongan tentu saja membuat Aurora risih namun semakin mengulik rasa penasarannya.
“Kamu bercanda? Mana mungkin aku mau kenal dengan orang bodoh seperti dia?” ucap Arion dan Jerome bersamaan, seketika itu mereka berdua kembali saling menatap.
“Apa katamu? Siapa yang bodoh?” ucap mereka berdua kembali bersamaan, keduanya pun mulai adu mulut saling serang kata – kata kasar dan merendahkan.
“Aduh aduuh... kenapa pria tampan seperti ini bisa bersikap seperti anak kecil sih?” ucap Aurora dalam hati
Sosok Arion yang dingin itu mendadak berubah seperti kekanak – kanakan, pemandangan yang membuat Aurora semakin bersemangat untuk mendapatkan informasi tentang Arion. Akan menjadi berita yang menghebohkan jika media mengetahui sisi lain seorang Arion.
“Eeh baiklah... karena aku tidak ada urusan, aku akan pamit pulang dulu. Kalian selesaikan urusan kalian berdua, bye bye...” celetuk Aurora dan hendak bergegas pergi, namun kedua tangannya digenggam oleh Arion dan Jerome.
“Tunggu!” ucap Arion dan Jerome bersamaan
"Dia milikku!! Lepaskan tanganmu darinya!!” secara bersamaan Arion dan Jerome kembali mengatakannya
“Cukup!!!” teriak Aurora lalu menarik kedua lengannya agar genggaman Arion dan Jerome terlepas, Aurora langsung berbalik dan menatap keduanya bergantian.
“Pertama, aku tidak tahu kenapa tiba – tiba kalian memperebutkan aku!! Aku bukan milik kalian!! Kedua, aku hanya ingin pulang!! Oke? Hanya pulang... paham kan? Baik...” ucap Aurora sembari melangkah mundur beberapa langkah menjauhi keduanya
Dirasa mulai agak jauh, dengan segera Aurora berbalik lalu berlari meninggalkan Arion dan Jerome disana. Untuk sejenak Arion dan Jerome terlihat heran dan bingung menatap Aurora yang berlari meninggalkan keduanya seperti itu, tidak lama keduanya kini tertawa kecil bersama.
“Aku yang akan mendapatkannya, aku yang pertama bertemu dengannya tadi siang” celetuk Jerome
“Aku ingat perjanjian kita, namun dia berbeda. Aku tahu kenapa kamu mengincarnya, aku pun bisa mencium bau darah suci itu” timpal Arion
“Sekali kau sentuh dia, maka aku akan membunuhmu” ancam Jerome, namun Arion terlihat tidak takut sama sekali dengan ancaman itu.
“Kamu pikir aku takut? Alasan aku menerima genjatan senjata itu hanya karena aku tidak ingin membuang waktuku bermain – main denganmu” ancam balik Arion kepada Jerome, keduanya kembali saling tatap dengan begitu tajam.
Aurora Versha, gadis cantik itu adalah satu – satunya manusia pemilik darah suci. Aroma tubuhnya sangat menarik perhatian Arion dan Jerome yang sedang berburu gadis pemilik darah suci demi mempertahankan ras vampir mereka yang terancam punah. Memiliki keturunan dari gadis berdarah suci akan membuat ras mereka abadi.
Pertemuan ketiganya secara tidak sengaja merupakan keberuntungan yang Arion dan Jerome tunggu sejak ratusan tahun silam. Genjatan senjata antara keduanya pun dimulai demi mendapatkan Aurora. Dengan helaan nafas Jerome pergi meninggalkan Arion, tidak lama Denilson mendekati Arion.
“Denilson, cari wanita tadi. Informasi yang aku dapat hanya dia bekerja sebagai wartawan, jangan sampai Jerome mendapatkannya lebih dulu dari aku. Aku percayakan tugas ini padamu” ucap Arion lalu berjalan menyebrang untuk kembali masuk kedalam tower GERVASO.
Pagi hari yang cerah, Aurora terbangun dari tidurnya yang nyenyak setelah kelelahan menghadapi dua pria aneh bernama Arion dan Jerome. Setelah meregangkan tubuhnya di atas kasur, Aurora terlihat akan keluar kamar. Namun baru juga membuka pintu, Aurora melihat empat orang dengan setelan jas hitam menunggunya.
“Apa ini?” gumam Aurora, jantungnya berdetak kecang dan keringat dingin mulai keluar dari dahi dan punggungnya.
“Selamat pagi nona Aurora, saya Denilson tangan kanan tuan Arion” ucap Denilson
“Maafkan aku!! Aku tidak bermaksud untuk memata – matai tuan Arion!! Jangan jebloskan aku kepenjara, kasihan ayahku jika aku dipenjara!!” ucap Aurora dengan memohon sembari menangis kepada Denilson
“Ada apa ini? Kenapa wanitaku menangis seperti itu?!” bentak Arion kepada keempat pria yang menunggu Aurora
didepan kamarnya
Keempat pria itu langsung membungkukkan badan memberi hormat pada Arion, Aurora kembali dikejutkan dengan kehadiran tidak diduga itu.
“Tuan... Arion? Kenapa kamu bisa ada disini?!” tanya Aurora dengan suara yang begitu terkejut, Arion hanya tersenyun dan kembali berbalik akan meninggalkan Aurora disana.
Pria yang terkenal dingin bagi Aurora itu kini berada dihadapannya, tentu saja hal itu membuat Aurora Versha sang gadis pemilik darah suci itu semakin ketakutan juga bingung. Dipenjarakan karena ketahuan memata – matai seorang Arion, memenuhi pikiran Aurora. Wajahnya yang cantik itu terlihat panik juga ketakutan.
“Hei! Aku bicara padamu!” teriak Aurora
“Nanti setelah kamu sudah rapih, kita akan bicara” ucap Arion
Perkataan Arion menyadarkan Aurora jika penampilannya sangat berantakan karena baru terbangun dari tidurnya, Aurora berlari menuju kamar mandi untuk merapihkan diri. Selagi menunggu Aurora merapihkan diri, Arion dan keempat pengawalnya duduk diruang tamu bersama Diego.
Tidak lama Aurora masuk kedalam ruang tamu dengan perasaan campur aduk, Aurora sangat memahami kenapa Arion mau repot – repot untuk datang kerumahnya itu. “Pasti karena mic dan kamera ayah, apa yang akan dia lakukan pada keluargaku?” tanya Aurora dalam hati.
“Tuan Arion, kami mengakui jika mic dan kamera itu adalah milik kami. Aku memohon maaf untuk itu dan...” belum selesai Aurora berkata, Arion memotongnya.
“Aku tidak masalah dengan itu setelah tahu yang memasang adalah ayahmu, Aurora” timpal Arion
“Lalu... apa yang membuatmu datang kesini?” tanya Aurora terheran.
“Kamu, aku datang kesini khusus untuk menemuimu” jawab Arion
“Aku? Ada perlu apa?” tanya Aurora lagi
“Pertama, aku tahu kamu bekerja untuk siapa. Jadi aku akan mempersilahkanmu untuk mewawancaraiku secara eksklusif” jawab Arion
“Eeh!! Yang benar? Boleh aku...” belum selesai kalimat senang Aurora, deham Diego pun terdengar. Sejenak Aurora tersadar jika tidak akan ada sarapan gratis didunia ini, Aurora mengernyitkan dahinya lalu menatap Arion dengan tajam.
“Tidak akan ada yang gratis kan? Apa yang kamu mau?” tanya Aurora dengan tegas.
“Aku ingin kamu menjauhi Jerome” jawab Arion dengan tegas, Aurora pun terkejut dengan permintaan Arion.
“Ini berkaitan dengan alasanku yang kedua, Jerome memukuli pengawalku setelah kamu pergi meninggalkan kami semalam dan membuat mereka masuk rumah sakit. Orang liar seperti itu sangat sulit untuk dikendalikan jadi aku jebloskan dia ke penjara, aku tidak ingin kamu terjebak oleh wajah tampannya. Kamu terlalu polos menjadi wanita, aku hanya ingin melindungimu” ucap Arion meneruskan kalimatnya, Aurora terlihat tidak mempercayai apa yang Arion katakan.
“Maaf menyela, tapi mungkin wajah memarku ini akan menjadikan bukti jika yang dikatakan tuan Arion adalah kebenaran” timpal Denilson sembari memberitahu lebam – lebam di mata dan pipinya, Aurora pun melihat lebam - lebam itu dan perlahan kembali menatap Arion.
“Ta... tapi.... itu tidak mungkin... Aku sulit untuk... percaya hal itu” terbata Aurora saat mengatakannya, Denilson mendekati Aurora dan memberikan sebuah handphone dengan rekaman video cctv yang menampilkan pertengkaran Jerome dan delapan pengawal Arion termasuk Denilson.
“Wajah tampan memang mudah untuk mengelabuhi orang polos sepertimu, menurutku lebih baik kamu fokus untuk menyelamatkan perusahaan tempat kamu bekerja. Kamu bisa menemuiku kapan saja di tower GERVASO” ucap Arion lalu berdiri dari duduknya
Setelah berpamitan pada Diego dan Aurora, rombongan Arion pun pergi dari rumah Aurora. Namun Aurora merasa Diego bertingkah aneh saat itu, setelah mengantar rombongan Arion didepan rumah saat itu tanpa berkata apapun Diego langsung masuk kedalam rumah menuju kamar miliknya. Bukan seperti Diego yang Aurora kenal, dia biasanya akan banyak bicara dan bertanya pada Aurora.
Namun Aurora lebih mengkhawatirkan keadaan Jerome, dia pun memutuskan untuk pergi menuju kantor polisi dan menanyakan tentang dimana Jerome ditahan. Setelah mendapatkan informasi itu, Aurora langsung menemui Jerome dipenjara kepolisian.
Beberapa saat menunggu diruang tunggu jenguk tahanan, Aurora melihat Jerome dikawal polisi untuk bertemu dengan dirinya. Betapa terkejutnya Jerome melihat orang yang ingin menemuinya adalah Aurora, garis senyumnya pun langsung terangkat seketika dan tatapan matanya sangat memperlihatkan seberapa senangnya dia.
“Kamu tidak punya alasan untuk sebahagia itu, tahu” celetuk Aurora kesal, namun Jerome menanggapi celetukan kesal Aurora dengan suara tawanya.
“Apa kamu tahu aku dipenjara dari Arion?” tanya Jerome, Aurora hanya terdiam lalu menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Jerome.
“Bagus, kamu lebih percaya siapa?” tanya Jerome menekan Aurora, sejenak Aurora terdiam lalu menghela nafasnya.
“Video rekaman cctv itu sudah sangat jelas jika kamu memukuli pengawal Arion” jawab Aurora
“Yaah... sudah aku duga kamu akan menjawab seperti itu” timpal Jerome dengan nada sedih
“Tapi... aku merasa jika itu bukan kamu... ada yang janggal tapi aku tidak tahu apa itu...” celetuk Aurora, mendengar celetukan itu membuat Jerome terkejut seakan mendapatkan kepercayaan dari Aurora jika itu bukan dirinya.
“Kamu yang mau repot – repot menolongku dan kucing ditaman itu... aku tidak percaya kamu tega memukuli mereka tanpa alasan, aku rasa... kamu punya hati yang lembut... jadi...” belum selesai Aurora berkata, tangan Jerome yang diborgol itu tiba – tiba menyentuh dagu Aurora dan seakan akan menciumnya.
“Dengarkan aku, kamu jangan terlalu bodoh menjadi seorang wanita. Aku bisa saja melakukan itu dan percayalah itu adalah aku, apa yang ditawarkan Arion adalah sebuah keuntungan untukmu. Jadi teruskanlah hidupmu seperti biasa, jangan libatkan dirimu diantara aku dan Arion. Apa kamu paham, wanita?” tegas Jerome mengatakannya
Merasa Jerome melakukan hal yang tidak pantas, petugas yang menjaga Jerome pun langsung memukul kepala dan tubuh Jerome bertubi – tubi. Meski Aurora mengatakan jika dia tidak apa – apa, tapi tetap saja petugas itu memukuli Jerome lalu menyeretnya hingga menuju kembali ke sel miliknya.
Satu minggu berlalu sejak Jerome dan Aurora bertemu, terlihat Jerome sedang duduk di kasur dalam selnya. Tidak lama seorang petugas penjaga sel mendatangi dan membuka pintu sel Jerome, dalam diam Jerome menatap petugas itu.
“Seseorang membayar tebusanmu, kamu boleh keluar sekarang” ucap petugas itu, Jerome pun terkejut mendengarnya.
“Siapa yang membayarkan tebusan untukku?” tanya Jerome dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments