"Kita akan pergi ke suatu tempat, tempat di mana dahulu pertama kali kita mengukir janji!" ucap Bagaskara dengan menarik pelan tangan Alina agar melingkar di pinggangnya.
Tubuh Alina terasa bergetar hebat, jantungnya pun terasa berdegup kencang. Sebab, selama satu tahun mereka berpacaran tidak pernah Bagaskara bersikap seagresif ini.
"Mas Bagas, jangan seperti ini! malu di lihat orang!" sarkas Alina dengan menarik kembali tangannya. Namun Bagaskara tidak terima penolakan.
"Kau itu milik ku Alina, dirimu telah menyatu dengan diriku!" pungkas Bagaskara dengan tetap melingkarkan tangan Alina di pinggangnya dengan posisi tangan kirinya mengusap lembut jemari tangan Alina, ia pun kembali melafalkan mantra-mantranya untuk menundukkan Alina.
Alina kembali dibuat melayang oleh Bagaskara, hingga energi negativ pun merasuki jiwanya. Ia pun kembali terikat dengan sosok Bagaskara Ardhana Putra.
Bagaskara tersenyum devil dengan sentuhan lembut Alina yang memeluk erat tubuhnya. Ia pun semakin merasa tertantang untuk menguji coba ilmu magicnya tersebut pada wanita lain.
"Kau akan ku jadikan ratu pertama di hatiku Alina, sedangkan Maharani, Dela, Putri dan Desi juga Yani akan aku jadikan pelampiasan dan bahan uji coba ku!" bathin Bagaskara dengan nafsu syetannya.
"Kita sudah sampai sayang!" ucap Bagas dengan mengelus tangan Alina yang terlihat ling-lung dan penuh dengan tatapan kosong.
"Alina, apa kau mendengar ku!" tanya Bagas dengan menolehkan wajahnya ke arah Alina.
"I-iya, Mas." Alina masih saja terlihat seperti orang bodoh, namun anehnya semua hal yang di minta oleh Bagas ia turuti.
Alina pun turun dari atas kendaraan Bagas, ia pun menyambut hangat genggaman jemari tangan Bagaskara terhadapnya.
"Kita ke bebatuan sana, yank!" ucap Bagas dengan menarik tangan Alina menuju bebatuan yang dulu pernah menjadi saksi awal kisah di antara mereka bermula.
Alina merasa merinding ketika mendengar Bagaskara memanggilnya dengan panggilan sayang.
"Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi pada ku! kenapa perasaan ini terkesan berlebihan dan tak wajar!" bathin Alina yang berusaha menguasai biduk keimanannya. Ia menyadari apa yang sudah di lakukan olehnya sudah sangat keliru.
"Mas Bagas, aku ingin pulang. Aku tidak betah di sini, aku merasakan suatu keanehan yang mengganjal bathin ku!" ucap Alina yang masih memiliki setetes cahaya keimanan.
Meskipun secara perlahan buhul-buhul yang telah dihembuskan oleh Bagaskara perlahan telah merasukinya, Alina masih memiliki cahaya keimanan di dadanya. Ia begitu ingat dengan untaian-untaian nasehat dari guru Rohisnya sewaktu SMA dahulu mengenai hubungan antara lawan jenis itu punya batasan.
Alina baru menutup auratnya ketika ia duduk di kelas dua SMA, ketika ia sudah menggunakan jilbab disaat itulah awal mula Bagaskara jatuh hati pada pesona Alina yang terlihat anggun dan cantik jelita.
Alina yang masih polos dan masih awam dengan ilmu yang berkenaan dengan syari'at Islam, sangat disayangkan harus terjerat cinta buta bersama Bagaskara Ardhana Putra saudara sepupunya. Ia sama sekali belum memahami jika pacaran itu tidak diperbolehkan. Sehingga meskipun ia sudah menutup auratnya ilmunya belum sampai di situ. Ia pun masih mengenakan kerudung gaul, namun justru itu semakin menjadi daya tarik tersendiri untuk Bagaskara Ardhana Putra.
Sebenarnya, Bagaskara Ardhana Putra dahulunya termasuk pemuda yang Sholih. Ia pun menempuh pendidikan yang sangat kental dengan ajaran agama Islam. Ia pun kerap kali mengikuti kegiatan Da'i bersama teman-teman seperjuangannya.
Sampai sekarang pun Bagaskara masih aktif mengajar anak-anak dan remaja belajar mengaji di kediamannya. Ia rajin menjalankan ibadah shalat 5 waktu, namun sayangnya ia justru menyalahgunakan ilmu agama yang di milikinya. Ia menjalankan ibadah shalat sebagaimana umat muslim lainnya. Namun, ia masih menggunakan ilmu sihir dan praktek perdukunan, sehingga ia terjatuh ke dalam syirik Akbar yang menyesatkan dan mengikis biduk keimanannya.
Ibadah yang di jalankan oleh Bagaskara tidak mampu mencegah dirinya dari kemungkaran. Padahal sejatinya, dalam pandangan Islam sesungguhnya shalat itu dapat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.
Namun, lain halnya dengan Bagaskara nafsu bejatnya justru lebih mendominasi dari pada akal sehat dan amal baiknya. Semua itu bermula semenjak ia mengamalkan mantra-mantra yang ia temukan dibuku catatan hitam mendiang ayahnya. Dan kini pun ia semakin menjadi-jadi antara hak dan yang bathil menjadi tersamarkan, Naudzubillahimin dzalik!
"Sebentar saja Alina, Mas ingin menghabiskan waktu bersama mu! berjanjilah untuk tidak pernah lagi kau ucapkan kata-kata pisah di antara kita, kau hanya milik ku seorang Alina!" ucap Bagas dengan tatapan yang di bubuhi cinta buta terhadap Alina.
Alina pun sejujurnya entah kenapa ketika tidak sengaja menatap manik mata Bagaskara rasa cinta dihatinya pun sungguh sangat diluar nalar, namun ia berusaha untuk menguasai dirinya meski di bawah pengaruh Bagaskara.
Melihat Bagaskara sudah cukup membuat hatinya tenang, setelah tiba-tiba di dera rasa cinta dan rindu setengah mati.
Alina sama sekali tidak tahu jika Bagaskara telah melakukan hal mistis padanya, yang ia rasakan saat ini entah kenapa hatinya kembali terikat pada Bagaskara.
"Baiklah Mas, hubungan ini akan terus berlanjut dengan syarat jangan sampai keluarga dan orang-orang sekitar mengetahui jika kita memiliki hubungan!" ucap Alina dengan mengambil keputusan yang kini ia pikirkan dan rasakan.
"Ya Allah, maafkanlah hamba-Mu yang hina ini. Sungguh, hamba tidak tahu kenapa rasa ini semakin kuat merasuki ku. Kenapa pesonanya terus membayangi ku!" Bathin Alina.
"Terima kasih, Alina Cahya Kirani." Bagaskara tiba-tiba mengangkat tubuh Alina sehingga Alina merasakan tubuhnya terangkat dan melayang di atas udara.
"Lepas Mas! malu dilihat orang!" sarkas Alina.
"Baiklah wanita ku!" ucap Bagas dengan senyuman mautnya.
Alina nampak memikirkan sesuatu walaupun tidak tahu kenapa ia bisa seperti ini.
Lamuan Alina pun buyar ketika ada sekelompok wanita yang tiba-tiba datang datang menghampiri mereka. "Hai, Mas Bagaskara apa kabar mu!" tanya salah satu dari wanita tersebut.
"Maa syaa Allah, Desi. Kalian? sejak kapan disini?" tanya Bagas dengan menutupi kedoknya yang terlihat sok alim, padahal perasaannya mulai tidak karuan. Ia ingin menguji kembali ilmu menundukkan wanita agar terpikat padanya.
Bagaskara pun terus melanjutkan ceritanya dengan Desi. "Hemmm, aku jadi teringat masa-masa waktu zaman kita masih sekolah dulu. Kau tetap terlihat pintar dan menarik!" Bagaskara mulai menggoda Desi, terang-terangan dihadapan Alina. Sehingga membuat hati Alina terasa perih melihat kedekatan Bagas dan Desi juga teman-teman yang lainnya.
Alina merasa tidak dipedulikan oleh Bagaskara, yang nampak asyik bercengkrama dengan teman-temannya. Ia pun perlahan menjauh dari keramaian tersebut. Ia menatap langit biru yang mulai terlihat teduh menyambut hadirnya senja hari.
"Mas Bagas, apa maksud dirimu terhadap ku? kenapa kau tega mengacuhkan aku setelah sejuta kata cinta yang kau ucapkan pada ku? kenapa pandangan mu terhadap wanita itu seperti menyiratkan rasa suka! sungguh, detik ini juga aku ingin lepas dari mu, namun terikat. Kenapa kau seolah mengikat ku begitu kuat? kenapa kau berikan diriku harapan dan janji-janji hampa, namun akhirnya kau tusuk diriku dengan sembilu bisa!" rintih Alina di dalam hatinya.
Entah kenapa, ia tiba-tiba merasakan baper dan kekecewaan yang teramat sangat, ketika ilmu sihir yang dihembuskan oleh Bagaskara semakin merasuk jiwanya.
Sementara Bagaskara semakin asyik bercengkrama terutama dengan Desi, keduanya pun saling bertukar nomor telepon. Alina tiba-tiba meneteskan air matanya ketika melihat hal itu terjadi di depan matanya.
"Ya Allah, mengapa aku jadi mudah murung dan sedih? sesungguhnya apa yang terjadi pada ku? seyogyanya aku harus senang jika Mas Bagas memiliki teman istimewa yang ia sukai, toh aku dan dia pun tidak mungkin bersatu. Namun, kenapa hati ku mendadak sakit ketika ia bersama teman-temannya, apalagi bersama seseorang yang bernama Desi itu!" bathin Alina hendak mengambil sapu tangan di tas kulitnya, guna menyeka air matanya.
Namun, Alina tidak sengaja menyentuh sebuah kartu nama di tas miliknya. "Bukankah ini kartu nama pemuda yang ada di mobil angkutan umum tadi?" bathin Alina yang mulai teringat kembali pertemuannya dengan pemuda tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
seyogyanya itu apa ya kak??
2023-11-22
2
Dehan
hallo kak author sudah aku favoritin nih karyanya
2023-04-25
3
teti kurniawati
wah mirip ada nih disini juga
2023-03-01
1