Alina menatap lekat nama yang tertera di kartu tersebut, "Muhammad Al Faris Muzakki Ansori, ya Allah panjang betul namanya, hampir mirip rel kereta api. Ku pikir di dunia ini hanya nama ku yang paling panjang. Ternyata ada yang lebih panjang lagi!" bathin Alina dengan berpikir keras. Ia merasa kesepian, pasalnya Bagaskara masih asyik bercengkrama dengan Desi juga teman-teman wanitanya yang lain, tanpa menyadari akan kehadiran Alina disisinya.
"Tunggu dulu, pemuda itu kan sempat mengatakan jika aku membutuhkan bantuan, aku boleh menghubunginya, dan sekarang aku benar-benar kesepian!" bathin Alina dengan menyimpan nomor ponsel pemuda yang bernama Muhammad Al Faris Muzakki Ansori di ponsel miliknya.
"Ya Allah aku harus menyimpannya dengan nama apa? Muzakki Ansori saja, deh. Habis namanya luar biasa panjangnya," dumel Alina dengan menyebikkan bibirnya.
Alina mencoba menekan nomor pemuda tersebut, namun baru saja miscall nomor yang dituju tiba-tiba rasa malu menyelubungi Alina Cahya Kirani.
"Ya Allah, rasanya aku sangat malu sekali!" ucap Alina pelan. Ia pun mematikan panggilannya.
"Muzakki Ansori, sepertinya ia pemuda yang sholih!" bathin Alina dengan membayangkan kembali raut wajah pemuda tersebut.
"Aku baru sekali ini bisa berkenalan dengan pemuda yang menumbuhkan jenggot di dagunya. Mas Bagas sendiri tidak pernah membiarkan dagunya sampai tumbuh bulu-bulu halus seperti kak Muzakki!" bathin Alina.
Berapa menit kemudian, giliran ponsel Alina yang berbunyi. Alina pun melihat siapa yang menelponnya. "Ya Allah, bagaimana ini? Ia menelfon balik," gumam Alina dengan menekan rasa malunya.
"Hallo, Assalamu'alaikum? dengan siapa?" tanya Muzakki Ansori dari seberang telfon.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi, ma-af ... a-ku Alina yang tadi satu mobil dengan mu." Alina berusaha melawan rasa gugupnya.
"Maa syaa Allah akhirnya kau menghubungi ku juga," ujar pemuda tersebut dengan senyuman manis yang terbit menghiasi wajahnya, ketika mengingat kembali wajah ayu Alina dan sikap Alina yang membuatnya semakin tertarik untuk mengenali Alina lebih dekat lagi..
"I-iya, kamu dimana?" ucap Alina untuk sekedar basa-basi.
"Aku di kota B. Insya Allah besok aku hendak berangkat magang ke Ibu kota Jakarta. Oh, ya kenalkan aku Muhammad Al Faris Muzakki Ansori. Kamu boleh panggil aku apa saja yang kamu suka."
"Aku panggil kakak saja ya? Kak Muzakki atau kak Zakki," ucap Alina berusaha dengan senyaman mungkin sebagai awal perkenalannya.
"Boleh saja, oh ya kamu sekarang baik-baik saja kan?" tanya Muzakki, ia khawatir ketika mengingat kembali kejadian di angkot Alina menangis terisak-isak seperti seorang yang sedang terluka perih dan patah hati.
"Alhamdulillah, Alina baik Kak."
Alina terlihat sangat canggung, pasalnya ia malu mengingat kembali kejadiannya di mobil angkutan umum yang tidak sengaja bertemu dengan Muzakki.
"Syukurlah jika sudah baik. Oh ya, mulai sekarang kita berteman ya?" ucap Zakki dengan penuh harapan.
"Iya, Kak. Terimakasih atas semuanya ya?" Alina tidak tahu harus berkata apa, kerongkongannya terasa tercekat. Namun, ia merasa lebih nyaman ada yang menemaninya bercengkrama. Keduanya pun semakin semangat untuk saling berkisah dan bertukar pikiran dengan Muzakki. Banyak hal realigi yang mereka bahas bersama.
"Berkomunikasi dengan sosok pemuda yang baik seperti Muzakki, membuat pikiran Alina terbuka. Perasaannya pun terasa lebih tenang, kebersamaan dengan Muzakki cukup menjadi pelarian Alina oleh sebab kekecewaan pada Bagaskara yang masih berstatus kekasihnya namun sibuk mengukir kebersamaan dengan wanita lain dan mengabaikan dirinya.
Dari kejauhan Bagaskara baru menyadari jika ia melupakan sang bidadari hatinya.
"Kurang ajar, ia sedang telfonan dengan siapa? apa ia tidak mendengarkan ucapan ku jika ia hanyalah milik ku, tidak ada yang boleh mendekatinya. Awas kau Alina, aku akan memberikan hukuman untuk mu!" bathin Bagaskara dengan menatap penuh amarah ketika melihat Alina tertawa lepas di seberang telfon entah dengan siapa, pikirnya.
"Des, aku kesana dulu! sampai bertemu lagi, aku baru menyadari aku telah melupakan keberadaan saudari sepupu ku sebab asyik bercengkrama dengan mu!" ucap Bagaskara dengan senyuman yang menggoda, membuat detak jantung Desi seakan bertalu-talu.
Tatapan mata Bagaskara mampu mengobrak-abrik dan menembus ke dalam jantung hati Desi. Hembusan mantra cinta yang di bacakan oleh Bagaskara pun kini seketika merasuki hati dan pikiran Desi. Ia pun seketika terjerat pesona Bagaskara Ardhana Putra.
"Hemmm, mantra sakti ku akhirnya mengena juga, Desi kau akan ku jadikan kekasih hatiku setelah Alina Cahya Kirani!" bathin Bagaskara dengan senyum devilnya.
Desi terlihat tak rela melepaskan Bagaskara pergi dari hadapannya. Entah kenapa ia tiba-tiba merasakan cinta yang menggebu dan rindu setengah mati jika tidak menatap wajah Bagaskara barang sedetikpun.
Namun, Bagaskara pun telah menjauh dari hadapannya membuat kerinduan dan perasaannya semakin memuncak terhadap Bagaskara.
"Bagas, aku sangat mencintaimu!" bathin Desi dengan menatap sendu punggung Bagaskara yang kini telah menjauh dari hadapannya.
***
"Alina, kenapa kau disini? kau bicara dengan siapa?" teriak Bagaskara dengan merebut ponsel dari genggaman tangan Alina.
"Apa peduli mu, Mas. Kau pun bebas berselancar dengan wanita lain. Aku pun punya hak untuk bercengkrama dengan siapapun tanpa terkecuali!" tegas Alina tak kalah sengitnya.
"Kau sudah berani menentang ku Alina, ingat kau hanya milik ku, dan sampai kapan pun tetap milik ku!" sarkas Bagaskara dengan merangkul Alina dalam dekapannya.
"Lepas Mas, kau semakin egois. Tidakkah kau menyadari jika kebersamaan mu dengan Mbak Desi juga sangat melukai ku!" ucap Alina dengan meneteskan bulir air matanya yang kini telah menganak sungai.
Bagaskara semakin erat mendekap tubuh Alina, "Dengarkan Mas Alina! maafkan Mas, jika telah menyakiti dan melukai hati mu!" ucap Bagaskara dengan menyeka air mata wanita yang sangat dicintainya itu.
Bagaskara menatap lekat manik mata Alina, sehingga membuat Alina seolah kembali terhipnotis dengan pesona pria tampan yang kini ada di hadapannya. Seketika tubuh Alina seperti sedang tersengat oleh aliran listrik ketika Bagaskara menarik dagunya dan hendak menyentuh bibir manisnya dengan sentuhan hangat.
"Jangan Mas!" ucap Alina dengan menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, sehingga yang di kecup Bagaskara bukanlah bibirnya melainkan jari telunjuknya.
Alina mendorong tubuh Bagaskara, ia pun menjauh dari Abang sepupunya tersebut, dengan wajah yang bersemu merah menahan kegugupan dan rasa malu yang menderanya.
"Alina kau!" Bagaskara mengacak rambutnya, ketika menyadari yang ia kecup bukan bibir Alina melainkan jari telunjuk dari yang terkasih. Bagas pun mengejar Alina ditepian pantai, sehingga terjadilah aksi kejar-kejaran diantara dua anak manusia yang sedang mabuk kepayang tersebut.
Bagaskara merasa sedikit tenang setelah mendapati sang kekasih telah memaafkannya. Setidaknya ia lolos dari kata-kata perpisahan dari kekasih hatinya tersebut.
Bagaskara merasa dengan kecemburuan Alina terhadapnya, setidaknya ia tahu jika Alina benar-benar mencintai dirinya. Itu berarti Alina hanya miliknya seorang, tidak ada satu orang pun yang dapat menyentuh hati Alina kecuali hanya dirinya.
Setelah sempat bertengkar sengit keduanya pun kembali berdamai, Bagaskara yang begitu menyayangi dan cinta gila pada Alina pun merasa lega melihat wanita yang sangat dicintainya kini nampak tersenyum manis dari kejauhan.
"Alinaaaa I LOVE U!" teriak Bagaskara seolah merasa dunia hanya milik mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Too baskara 🤣🤣
2023-11-22
1
💞Amie🍂🍃
Lohhhb, kok bisa
2023-11-22
1
Dehan
seru jalan ceritanya
2023-04-25
0