Derita Gadis Yang Lara

Derita Gadis Yang Lara

Derita Gadis Yang Lara BAB 1

Kania seorang gadis malang yang selalu terlihat tegar dan happy. Kini dia berusia 16 tahun, dia hidup dengan kedua orang tuanya dan saudara laki-lakinya. Kania yang selalu dibandingkan dengan adiknya itu selalu berusaha membuat dirinya bahagia dengan caranya sendiri. Ketika kini kania sudah lulus dari Sekolah Menengah Pertama dan berniat ingin melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Kejuruan yang diinginkannya. Dia sangat bahagia sekali ketika tiba waktu dia menerima hasil dari kelulusannya. Dan ternyata nilainya bagus dan dia sangat yakin bisa diterima di sekolah yang di dambakanya dari dulu dia masih duduk di SMP itu. Dia sangat excited sekali menunggu pengumuman pendaftaran dari sekolah yang kania inginkan itu, sampai dia tidak ingin bahkan tidak mau mencari cadangan sekolah yang lain dia hanya berfokus pada 1 sekolah itu sahaja. Dan dia selalu semangat menabung uang dari hasil sisa uang sakunya dulu dan dia berniat untuk membeli sepatu dan tas sekolah.

''alhamdulillah, uangku hasil menabung bisa terkumpul Rp 210.000, akan ku pakai untuk membeli tas dan sepatu dulu saja. Dan untuk perlengkapan sekolah lainnya bisa minta kepada bapak nanti" gumamnya didalam hati.

Dan akhirnya sore harinya dia bergegas untuk mengajak temannya untuk mengantar kania ke pasar untuk membeli sepatu dan tas yang diinginkannya itu.

"Linda, nanti sore kamu ada acara pergi keluar rumah tidak.?" Dia bertanya kepada linda temannya itu.

"Enggak lahh, hari ini aku free ndak pergi kemana mana. Kenapa memangnya.??" Tanya balik temannya itu kepada kania.

"Boleh ngak, nanti sore aku minta kamu mengantarku pergi ke Pasar untuk membeli tas dan sepatu untuk aku sekolah nanti" pintanya kepada linda.

"Okeee lahh, jam 4 sore nanti aku antar kamu ya." Akhirnya linda mau mengantar kania pergi kepasar. Dan mereka kini bersiap siap untuk pergi kepasar.

Sesampainya di Pasar Kania dan Linda mengelilingi Pasar dan juga melihat di sekitarnya untuk mencari kios yang ada tas dan juga sepatu. Sesampainya mereka berdua di Kios yang mereka cari, Kania sibuk memilih sepatu yang pas ukurannya untuk dipakai di kakinya. Kania mencari ukuran 39.

"Linda, coba deh kamu lihat sepatu ini, menurutmu bagus ngak ya jika ku pakai sepatu ini nanti.??" Tanya Kania kepada Linda temannya itu.

"Emmm.. bagus itu menurutku dan kayaknya juga pas deh di kaki kamu, kan itu ukurannya 39 sama ukuran kakimu" ujar Linda menjawab pertanyaan dari Kania.

"Kalo begitu aku pilih yang ini saja ya Lin, harganya menurutku juga tidak terlalu mahal, sesuai bugdet yang aku miliki. Harganya Rp105.000 nihhh". Linda berpendapat dengan si Linda.

"Iyhaa, ini juga ngak papa kok. Lagian menurutku sepatunya juga bagus bahanya juga awet dan nyaman jika dipakai sekolah nanti". Jawab Linda.

Sesampainya mereka berdua memilih sepatu akhirnya mereka mencari tas untuk sekolah. Dan mereka pun tiba di kios yang berjualan tas. Kania yang sedang memilih tiba2 Linda menyodorkan  dan memilihkan sebuah tas untuk Kania.

"Kania coba lihat deh tasnya ini, menurut aku ini bagus dan cocok buat kamu." Linda menyodorkan tas dan Kania menerima tas itu sambil melihat tas yang dipilih oleh Linda.

"Wahhh,, ternyata pilihan kamu bagus juga Linda. Aku suka kok sama pilihan kamu ini, lebih baik aku tanyakan dulu sama penjualnya ya harganya tas ini berapa" kata Kania.

"Buk, mau tanya. Tasnya yang ini harganya berapa ya buk.? Saya ingin membeli tas yang ini boleh.??" Tanya Kania kepada penjual tasnya.

"Boleh neng, ohhh tas yang ini harganya Rp120.000 neng. Gimana neng mau ambil tasnya yang ini.?" Tanya ibu si penjual tas.

Kania pun sempat berfikir karena uangnya tidak cukup untuk membeli tasnya itu. Dan akhirnya Kania pun bilang kepada ibu si penjual tas itu.

"Maaf buk, apa ndak bisa kurang buk uang saya ndak cukup untuk membeli tas itu. Saya hanya punya uang Rp115.000.??" Kata si Kania

"Uang kamu kurang Rp5.000 ya Kan, yaudah nihh aku tambahin pakai uangku aja kuranganya". Timpal Linda sambil menyodorkan uang Rp5.000 untuk Kania.

Ibu penjual tas itu mengamati percakapan mereka berdua dan sambil membereskan dagangannya karena kiosnya juga mau di tutup.

"Kamu beneran Lin, aku ngerasa ngrepotin kamu terus lho ini. Aku sudah minta kamu untuk mengantarku kesini dan iki kamu malah nambahin uang untuk bayar kekurangan tas yang aku beli ini". Ucap Kania sambil menatap Linda karena merasa tidak enak hati pada Linda temanya itu.

"Udah lahh Kania, aku ikhlas kok ngebantuin kamu, kita kan temanan bahkan sahabatan sejak kecil. Kamu ngak usah ngmong seperti itu lagi. Anggap saja aku ini saudaramu sendiri. Udah kamu terima gihh uangnya, lagian si penjualnya juga udah mau tutup itu". Jawab si Linda sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya ke pada Kania.

"Baiklahh, terima kasih banyak ya Lin. Kamu selalu ada untuk aku disaat susah maupun senang" ujar Kania. Sambil memberikan uang kepada penjual tas itu. Dan mereka kembali keparkiran dan mengambil sepeda motor milik Linda. Mereka berdua pun akhirnya pulang menuju ke Rumah.

Sesampainya dirumah Kania pun turum dari boncengan dan Linda mematikan motornya sambil memberikan belanjaan Kania tadi kepadanya.

"Ini tas sama sepatu barunya, ciee yang mau daftaran sekolah di SMK. Semoga sukses ya dan diterima disana" kata Linda sambil mengledek si Kania.

"Ishhhh, apa sih Lin kamu ini selalu ngledekin trus ya. Doain aja ya semoga aku bisa diterima sekolah di sana". Kata si Kania. Dan Linda pun membalas dengan senyuman yang manis kepada Kania. Kania pun berjalan pulang menuju rumahnya.

Sesampainya dirumah kania pun membaringkan dirinya diatas kasur ranjang tempat tidurnya. Sambil memfikirkan apakah nanti dia bisa diterima di SMK favoritnya itu. "Bismillah,, semoga saja aku bisa diterima sekolah disana. Amin." Didalam batinya dia berucap seperti itu.

Keesokan harinya bapak dan ibu linda datang kerumah untuk melihat rumahnya karena beberapa bulan ini bapaknya bekerja di lain desa yang bertepatan dirumah ibunya bapak bersama ibu dan adik laki-lakinya itu pun ikut bersama bapaknya. Dan Karina tinggal bersama kakek dan neneknya di Rumah. Ketika Karina mengetahui kedatangan kedua orang tuanya Karina bergegas untuk segera menemui mereka dengan tujuan ingin membicarakan tentang melanjutkan sekolah SMK itu.

"Pak buk, kemarin aku sudah membeli sepatu dan juga tas untuk sekolah nanti. Tinggal buku dan peralatan sekolah lainnya yang belum aku beli. Bolehkah aku minta uang untuk membelinya pak.??" Kata Karina bertanya kepada orang tuanya.

"Buat apa kamu beli itu. Memangnya siapa yang akan membiayai kamu sekolah nantinya. Biaya masuk SMK itu lumayan mahal dan kami tidak sanggup untuk membiayainya. Kamu tau kan yang bekerja hanya bapak saja dan ibumu pun tidak bekerja. Lantas dari mana bapak bisa mendapatkan uang untuk biaya masuk sekolahmu". Jawab sang Bapak kepada Karina. Dan sontak pun akhirnya Karina menangis menuju kamarnya tanpa menjawab perkataan Bapaknya tadi. Hati karina begitu hancur dan juga terpukul dengan perkataan sang Bapak.

"Tuhan, tega sekali orang tuaku berkata seperti itu. Kenapa jika aku meminta sesuatu tak pernah diberikan jika adiku selalu diberi, huhuhuhu. Aku selalu berusaha untuk tidak menyusahkan kedua orang tua. Aku rela sekolah sambil membantu ibu Ratna membungkus tempe dengan bayaran Rp2.000 perharinya agar aku bisa menabung sedikit demi sedikit agar bisa membeli apa yang aku inginkan ketika bapak tak bisa memberiku apa yang aku mau. Kenapa bapak tega kepadaku tuhan kenapa". Karina tak berhentinya menangis sambil berbicara sendiri didalam hatinya.

Dan di luar rumah tepatnya di Teras kedua orang tua Kania pun berbincang membicarakan soal biaya sekolah untuk Kania. Bapaknya pun sudah keberatan dengan biaya untuk membayar sekolah Kania nanti

Tetapi ibunya Kania pun membujuk Bapaknya Kania agar mencarikan pinjaman uang untuk biaya sekolah Kania itu.

"Pak, sebaiknya kita cari pinjaman uang saja untuk biaya sekolah anak kita pak. Kasihan Kania sering kita tinggalkan dia bersama kakek dan neneknya. Kania pun juga tak pernah meminta apapun dari kita pak. Masak bapak tega Kania hanya minta sekolah kita tidak bisa menyekolahkannya". Ujar ibu kepada Bapak.

"Bu, kita bayar pakai apa nanti jika kita meminjam uang, sedangkan ibu tau kondisi ekonomi keluarga kita yang pas-pasan". Jawaban Bapak. Dan ibu hanya terdiam mendengarkan tutur kata yang diucapkan Bapak. Kalau saja Ibu membantah perkataan Bapak, Bapak nantinya akan marah.

"Ya sudah bu, kita pikirkan nanti saja dan kita cari solusi yang tepat untuk masalah ini bagaimana". Kata Bapak. Dan ibu pun mengiyakan perkataan Bapak itu dan berharap Bapak bisa berubah pikiran. Kedua orang tua Kania pun bergegas pulang kerumah neneknya yang berada di Semarang karena bapaknya bekerja disana dan menetap sementara dirumah neneknya itu.

Sementara Kania masih saja di dalam Kamarnya tak keluar Kamar sedari tadi bahkan tidak makan sama sekali. Neneknya berusaha mengetuk pintu Kamar Kania namun Kania tidak menghiraukan panggilan dari sang Nenek.

"Tok.tok.tok.. Kania buka pintunya kamu kenapa seharian ndak keluar dari Kamar apa Kamu ndak lapar dan ingin makan nak.?" Kania tetep saja tak menghiraukan pertanyaan dari Neneknya itu. Neneknya memanggil-manggil Kania terus menerus tetepi Kania tetap saja tak menghiraukan. Sang Nenek pun mulai panik karena tidak ada respon sama sekali dari cucunya itu dan akhirnya sang Nenek memanggil Linda sahabatnya itu untuk mencari tau kenapa dengan Kania . Nenek berfikir Kania sering bersama dengan Linda. Linda bisa tau kenapa Kania murung seharian tak keluar dari Kamarnya. Dan akhirnya Linda pun datang sambil mengetuk ngetuk pintu Kamar Kania.

"Tok.tok.tokkk.. Kania kamu bisa buka pintunya tidak aku ingin berbicara sama kamu". Kata Linda sambil menunggu jawaban dari Kania. Tetapi hasilnya pun nihil Kania juga tidak menjawab pertanyaan dari Linda. Linda mencoba terus membuka pintu Kamarnya dan akhirnya pun pintu Kamarnya bisa terbuka. Dia melihat Kania sedang tidur sambil menangis.

"Kamu kenapa Kania, jika ada masalah cerita lah kepada kita ini sahabatan. Kamu bisa cerita apa saja kepadaku. Kamu jangan seperti ini kasihan Nenekmu kebingungan dengan tingkahmu yang seperti ini". Kania pun tetep diam saja bahkan tangisannya semakin menjadi-jadi.

"Kamu, kenapa ceritalah aku siap mendengarkan keluh kesahmu Kania" Linda pun ikut menangis karena melihat Kania yang dari tadi menangis tanpa berhenti sampai-sampai matanya pun bengap.

"A-aku sangat kecewa dengan perkataan bapakku tadi Linda, dia bilang kepadaku katanya dia nggak mau menyekolahkan aku". Huhuhu.. Kania pun terus menangis dan bicara pun dia berasa sanggat kesusahan karena terlalu menangis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!