Brugh
"Nggak bisa nyantai loe ya!" kesal Tiara saat sedang asyik bermain game tetapi dengan iseng Gibran melempar tasnya hingga ponselnya terlepas.
"Kebiasaan loe! bolos terus hidup loe, loe nggak mikir nilai loe minta di katrol!"
"Berisik!" Tiara melanjutkan permainannya dan tak perduli dengan ucapan Gibran.
"Vero itu bukan pria baik, dia pemain dan loe hampir jadi mangsa dia selanjutnya!"
"Dia sahabat loe kalo loe lupa!"
"Tapi bukan berarti gue membenarkan tindakannya, loe adik gue dan gue nggak mau sampai terjadi apa-apa sama loe. Dan stop ngerepotin kak Rafkha, kasian dia. Loe nggak tau kan karena ulah loe sampe jam segini kak Rafkha masih ada di kelas buat belajar karena tadi ketinggalan pelajaran."
Tiara segera meletakkan ponselnya, mendengar kata Rafkha yang kesulitan membuatnya merasa bersalah tapi setelah nya ia meraih kembali ponsel itu dan melanjutkan permainannya.
"Jangan selalu buat masalah! kasian dia.."
"Gue nggak minta dia ngurusin gue!"
"Tapi loe tau kan kalo di care sama loe!"
"Hhmm.."
Tiara membanting ponselnya saat Gibran pergi dan menutup pintu kamar. Tiara menutupi wajahnya dengan bantal merasakan sesuatu yang mengganjal dan cukup terasa tak nyaman.
"Hai hati apa kabarmu?" tanyanya dengan menatap ke arah dada.
Makan malam penuh ketegangan, setiap selesai membuat ulah Tiara akan selalu merasa dirinya sangat bersalah pada sang Papah, tapi setelahnya melupakan begitu saja. Mengulangi lagi dan lupa akan janji.
Tiara menundukkan kepala menghabisi makanan yang ada di piringnya setelahnya ia segera minum dan beranjak dari sana.
"Mau kemana kamu Tiara?" Tiara memejamkan mata dengan langkah yang terhenti. Ingin menghindar pun tak bisa, pasti Papahnya tak akan membiarkannya kabur begitu saja.
Andika menghela nafas kasar, sudah kesekian kali anaknya bikin ulah hingga ia tak tau lagi bagaimana caranya ingin menasihati agar Tiara mengerti jika yang ia lakukan salah.
"Tidak bisakah seminggu saja tanpa membuat masalah? Papah bisa ubanan memikirkan putri Papah yang banyak tingkah!"
"Masukin pesantren aja Pah!" celetuk Gibran dan segera di hadiahi cubitan dari Erna.
"Nggak ada ya Pah acara pisah-pisah sama anak!" ucapan Erna menatap wajah Andika dengan tatapan mematikan.
Andika berdecak kesal, jika sudah seperti ini hilang sudah wibawanya. Sang istri tak terbantahkan dan putrinya hanya bisa menahan tawa. "Sini!"
"Papah..." mata Tiara berbinar, sang Papah tak akan bisa marah. Apa lagi mamah masih ada di garda terdepan.
"Bisa nggak berjanji sama Papah, seminggu aja kamu nggak buat ulah! Papah malu jika terus datang ke sekolah, kasian mamahmu juga selalu mencari alasan yang mengarah pada kebohongan. Kalo kamu Gibran Papah bisa maklum, tapi kamu ini perempuan. Apa mau tukeran aja sama Gibran?"
"Pah!" seru kedua anaknya tak terima.
"Mana ada aku yang biasa pipis jongkok jadi berdiri! jangan suka berhalu Pah, aku nggak mau tukeran dengan Gibran!" ucapan Tiara kemudian melepas pelukannya pada Andika.
"Makanya jangan bengal, ayam tetangga aja tau waktu, masak kamu susah benget di atur! waktunya sekolah ya sekolah, jangan mentang-mentang itu sekolahan punya saudara sendiri jadi kamu seenaknya, kamu pikir Papah nggak bayar?"
"Memang nggak bayar."
"Mah..."
"UPS ..mamah keceplosan Pah."
"Pantas Mamah dan Papah bisa beli mobil lagi, ternyata sekolah kita gratis! ayo masuk kamar Tiara!" ajak Gibran dan segera menarik kaos Tiara untuk mengikutinya naik ke kamar mereka.
Sedangkan Andika dan Erna tercengang melihat kedua anaknya yang pergi saja tanpa pamit dengan mereka.
"Dasar anak-anak, kalo yang gratis aja ada ngapain bayar!" gumam Andika.
...🍃🍃🍃...
"Kak..."
tok
tok
tok
ceklek
"Ada apa?"
"Lily boleh masuk?"
Rafkha membuka lebar pintu kamarnya dan membiarkan Lily untuk masuk. Lily segera duduk di ranjang menatap Rafkha yang berjalan menuju meja belajarnya.
"Kakak masih memendam rasa?"
"Jangan memberi pertanyaan yang nggak akan kakak jawab!" tegas Rafkha.
Lily menghela nafas kasar, dia paham betul dengan perasaan kakaknya. Semua berawal dari ditemukannya foto gadis yang ada di laci sang Kakak. Dan ia mendapat fakta saat membalikkan foto itu yang tersemat tanda love di sana.
"Aku hanya tidak ingin Kakak patah hati, karena hatinya bukan untuk kakak, dan kalian ini saudara. Bukan hal wajar akan ada hubungan melebihi adik kakak."
"Jangan mengguruiku, aku tau apa yang akan aku lakukan!" Rafkha memutar kursinya dan menatap tajam Lily yang kini telah mengatupkan bibirnya.
"Balik ke kamar dan tidur! jangan biarkan dia membolos lagi besok!"
Lily segera turun dari ranjang dan melangkah menuju pintu, menatap sekilas sang kakak yang masih diam memperhatikan.
"Susah kalo ngomong sama beruang kutub, di omong kasar dia makin galak, di ajak ngomong baik, aku kamu malah tegasnya keluar. Berasa lagi ngadepin kepala sekolah."
Rafkha merebahkan tubuhnya di ranjang, teringat jelas wajah gadis yang di larang untuk di cintai tapi gairah ingin memiliki. Rafkha memejamkan mata berharap esok tak lagi ada masalah.
"Gue berangkat sama loe kak!"
"Lily?" tanyanya balik saat sudah menaiki motor.
"Lily berangkat sama Tiara, dia udah ngibrit duluan dari pagi kerumah om Andika, motor gue di bawa sama dia."
Rafkha berpikir sejenak setelahnya melemparkan helm ke arah Aara. "Pelan-pelan woy!"
Keduanya segera berangkat dengan Aara berpegangan di pundak Rafkha, sangat berbeda dengan Tiara yang selalu memeluknya dari belakang. Karena titah Rafkha yang tak terbantahkan.
Tiara menatap Rafkha dengan tatapan sulit diartikan, mereka bertemu di area parkir, sama-sama turun dari motor tetapi Tiara segera memutuskan kontak mata dan berlalu bersama Lily.
"Loe berdua udah kayak orang pacaran lagi marahan tau nggak! kenapa? Tiara buat ulah lagi? kan emang udah biasa, nggak usah pada ambekan!" celetuk Aara.
"Bawal loe! ke kelas sana!"
"Yee di bilangin sama yang muda nggak mau dengerin!" Aara segera melangkah ke kelas, dia satu kelas dengan Rafkha. Sedangkan Lily dengan Tiara satu kelas di kelas XI.
"Woy! ngelamun aja loe! ayo ke kelas!" ajak Brian, sahabat sejak bayi dengan Rafkha.
"Hhmm.."
Keduanya melangkah menuju kelas, diiringi dengan tatapan memuja dari para fans Rafkha. Meskipun Brian juga tak kalah tampan tapi semua juga tau Rafkha juaranya.
"Pulang sekolah temenin gue ke bandara!"
"Ngapain?"
"Jemput adik gue!"
Rafkha menghentikan langkahnya, menatap Brian dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Emang loe pikir adik gue ada berapa? bokap gue cuma nikah sekali dan adik gue cuma ada satu!"
Rafkha menarik nafas dalam kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.
"Zea pulang dan gue harap loe bisa bersabar hadapi dia."
"Gue nggak janji pulang sekolah bisa temenin loe apa nggak karena ada urusan yang lebih penting dari itu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Ima Kristina
Brian anaknya Cika dan dokter Bayu bukan
2024-12-28
0
lily
jadi pngen ngrasain gmna di perhatiin sampe sgtunya wktu SMA tapi udh telatttt , tepatnya kbnykan pula /Facepalm/
2024-05-01
0
Lilik Juhariah
lucu bacanya kereeen Thor ternyata sambung menyambung ya
2024-01-02
1