"Kak Rafkha!"
Tiara segera menghampiri kedua pria yang terlibat baku hantam, lebih tepatnya Rafkha yang membabat lawannya dengan wajah penuh kekesalan.
"Stop Kak!" Tiara merentangkan tangannya, berdiri di depan Rafkha menutupi tubuh Vero dengan wajah lebam.
"Loe belain dia?" Rafkha menatap tajam wajah Tiara yang kini menantang dirinya. Dia tak mengerti apa yang ada di dalam otak Tiara andai saja ia tak datang menemui keduanya.
"Kakak sudah keterlaluan, sekarang Kak Rafkha pergi! pergi kak!" sentak Tiara.
"Gue akan pergi, tapi sama loe!" tegas Rafkha kemudian menarik tangan Tiara keluar dari apartemen. Dia tak perduli di pertontonkan orang banyak, yang ia inginkan membawa Tiara pergi dari sana dan menjauh dari laki-laki seperti Vero.
"Lepas kak!" sentak Tiara ketika sudah sampai di area parkir. Tiara mengibaskan tangannya hingga terlepas dan menatap Rafkha dengan tatapan kesal.
"Pulang!"
"Gue bakal pulang tapi nggak sama loe kak! sudah cukup loe ikut campur urusan gue dan gue nggak mau loe masuk kedalam hidup gue lagi!" sentak Tiara.
Tangan Rafkha mengepal, ia benci di saat Tiara mulai membangkang. Tiara buta, dia tidak berpikir bagaimana resiko jika ia tak datang menemui keduanya. Akan jadi apa dirinya andai Rafkha terlambat menyadarkan Vero.
"Loe nggak ngerti di sayang ya, hhmm?" Rafkha berubah dingin membuat nyali Tiara menciut, ia mencengkram roknya dan perlahan melangkah mundur.
"Loe nggak tau bahayanya kalian berduaan disana?"
"Loe nggak inget sama bokap nyokap loe di rumah?"
"Dan sekarang loe minta gue nggak ikut campur urusan Loe! balik sana ke dalam biar loe ancur sekalian!" bentak Rafkha.
Tiara memejamkan mata mendengar suara keras penuh penekanan, kini langkahnya terhenti oleh pilar hingga tak dapat lagi menghindar.
"Loe boleh nakal tapi jangan jadi orang bodoh! Gue udah sering kasih tau loe, Vero bukan pria yang baik, tapi loe nggak pernah dengerin omongan gue!"
"Jangan jadi beego karna cinta Tiara!" sentak Rafkha lagi. Nyali Tiara semakin ciut, ia tidak berani mengangkat kepalanya untuk sekedar melihat wajah Rafkha. Dia tau dia salah, tapi mengapa selalu Rafkha yang hadir, kenapa bukan Gibran ataupun yang lain. Hingga ia muak melihat Rafkha terus yang mengurusi hidupnya.
"Dan sekarang loe minta gue nggak ikut campur hidup loe?" Rafkha memajukan wajahnya, menatap wajah imut penuh ketakutan.
"Fine! loe urus hidup loe sendiri!"
Rafkha pergi tanpa menoleh ke belakang lagi, ia melangkah menuju motornya dan pergi meninggalkan Tiara sendiri. Motornya melaju dengan kecepatan tinggi hingga suara knalpot menggelegar.
Tubuh Tiara ambruk, baru kali ini ia di bentak oleh Rafkha. Jantungnya ingin copot mendapati suara sentakan yang membuat telinga panas. Tiara memejamkan mata, bulir bening membasahi pipi. Bukan karena takut setelah di bentak dan mendapat perlakuan kasar dari Rafkha, tetapi karena ia takut tak bisa pulang.
"Terus gue pulangnya gimana, Papah Tiara nggak tau jalan....Hua...." memang benar kata Rafkha jika dirinya bodoh.Tiara bodoh hingga mengabaikan Rafkha dan membiarkan kakaknya pulang meninggalkan dia sendirian.
"Hapenya lowbat lagi, astaga lengkap banget sich. Bisa nggak sich ini waktu mundur lagi biar gue bisa baik-baikin kak Rafkha dan nggak jadi di tinggal."
Melas, Tiara mengusap kasar air matanya dan berjalan keluar area apartemen. Langit mendung mengiringi langkahnya. Dia berdiri di depan pagar, bingung harus melangkah ke arah mana.
"Pak, kalo ke jalan Cempaka ke kanan atau ke kiri ya Pak jalannya?" tanya Tiara kepada bapak scurity yang sedang berjaga.
"Ke kanan neng, tapi jauh. Memangnya neng mau jalan?"
"Gila aja gue jalan, tapi mau naik apa, gue nggak ada uang. Tas ada di kelas dan nggak mungkin gue masuk lagi terus minta duit ke Vero."
"Nggak apa-apa dech Pak, berdoa aja nanti ada orang Budiman mau ngasih tumpangan. Makasih ya Pak."
"Hati-hati neng!" seru scurity tersebut.
Tiara nampak ngos-ngosan, belum sampai setengah perjalanan hujan mulai turun hingga membasahi tubuhnya. Tiara menoleh ke kanan kiri tak ia dapati halte atau tempat untuk berteduh.
"Nasib....nasib....mengapa begini? baru pertama pacaran sudah di telantarkan ....kan gue jadi nyanyi, lagu jaman Oma Opa masih ada tuh. Hhuuuuhhff....basah kan jadinya, blangksak banget sich hidup gue."
Tiara tampak menggigil, air hujan mengguyur hingga tulang. Kakinya terus melangkah tak perduli cipratan dari pengendara di jalan. Sudah basah kotor sekalian, yang terpenting saat ini dia cepat sampai di rumah dan bisa berendam air hangat.
"Ya Alloh ini jalanan nggak bisa di skip apa ya, kaki gue berasa mau copot!" Tiara menghentikan langkahnya, memijit betisnya yang sudah kencang hingga terasa keram.
"Naik!"
Seruan dari samping membuatnya mendongakkan kepala. Ia mengerucutkan bibirnya menatap laki-laki di balik helm yang sangat ia kenali.
"Nggak usah pake nangis, cepet naik sebelum gue berubah pikiran!" ucapnya datar.
Tanpa pikir panjang, Tiara segera naik ke atas motor Rafkha. Demi apapun ia sangat berterima kasih pada Tuhan telah memberikan hati yang baik pada kakaknya hingga mau kembali.
"Pakai!"
"Nanti kakak basah..."
"Lebih baik badan gue basah dari pada daleman loe keliatan!"
Tiara segera menunduk, mulutnya menganga dan segera merebut jaket Rafkha lalu memakainya. Dua kaca mata pelindung gunung yang sedang indah-indahnya tercetak jelas. Dia malu dengan Rafkha yang pastinya sudah melihat warna apa yang ia pakai.
"Pegangan!"
Tiara segera memeluk tubuh Rafkha, menyimpan malunya di balik punggung laki-laki yang kini tampak dingin.
...🍃🍃🍃...
"Kamu bolos lagi? Ya Allah Tiara...kenapa sich nak? kenapa harus terus buat ulah? mamah harus bilang apa lagi sama guru kamu? dan ini, kamu nggak kasian sama kakak kamu? dia sebentar lagi mau ujian loh, lagi pusing-pusingnya, lagi sibuk-sibuknya, tapi masih disibukkin sama kamu. Mamah mau bilang apa nanti sama Om Ray?" Erna memijit pelipisnya, ia tak tau dengan cara apa lagi menasihati anaknya.
"Mah, jangan marah-marah terus, nanti kebelet ee' loh!"
"Apa maksud kamu?" tanya Erna dengan tatapan tajam menyelidik, sedangkan Rafkha hanya menghela nafas berat dan menatap jengah Tiara yang kini masih berbalut dengan jaketnya hingga lutut.
"Kata teman Tiara jangan suka marah-marah mah, nanti naik darah turun ee'."
"Tiara!"
Setelah perdebatan tak berfaedah, Rafkha pamit pulang. Ia ingin berganti seragam dan kembali ke sekolah karena banyak tugas dan materi yang harus ia pelajari.
"Kak, makasih..."
"Hhmm...
"Kak masih marah?"
Langkah Rafkha terhenti, kemudian berbalik dan menatap wajah Tiara dengan datar.
"Kapan gue bisa marah sama loe?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Bukqnnya tetimakasih ke Rafkha,Semoga Aja Tiara bisa liat wajah Vero yg aslinya kayak gimana,Baru tau kamu nanti Tiara...
2024-12-18
0
Ima Kristina
Rafka mirip papa Rai kalau sudah suka sama lawan jenis dalem banget
2024-12-28
0
Ita rahmawati
kyknya tiara nakal buat ngalihin perasaannya ke rafkha deh
2024-09-20
0