Pagi-pagi sekali Maria pun pergi ke sekolah seperti biasanya. Ia akan menimba ilmu di tempat sekolahnya untuk menaikkan derajat orang tuanya.
Itulah ambisi dari seorang Maria. Dari dulu ia tak pernah menyerah akan cita-citanya. Bahkan ia adalah anak yang pintar di sekolah itu dan disenangi oleh banyak guru.
Tapi, karena hal itu ia pun juga kerap kali mendapatkan ejekan dari para siswa yang lain yang iri dengki kepadanya. Tapi, Maria tetap lapang dada dan berusaha untuk sabar dengan sikap mereka yang memang sangat semena-mena.
"Maria! Kenapa kau duduk di sini? Apakah ada yang menggangu mu?" Ya memang Maria saat ini tengah duduk di kursi taman sambil melamun.
Ia sedang memikirkan tentang kerasnya kehidupan yang sudah dirasakan olehnya. Ia heran dengan hal tersebut kenapa bisa terjadi pada dirinya yang masih remaja ini.
"Aku lelah dengan keadaan ku. Aku ingin kembali ke rumah dan membantu ibu. Tapi, Mama ku itu tak pernah ingin jika aku hendak membantunya. Entah kenapa," ucap Maria kepada teman-temannya.
Ia pun menarik napas panjang dan kemudian menundukkan kepalanya. Dunia terlalu kejam memang.
"Aku tidak tahu jika hidup mu begitu sangat lika liku. Aku juga sama seperti mu. Tapi entahlah, aku harap bisa secepatnya keluar dari masalah ini."
Maria menatap ke arah Jeslyn dengan kening berkerut. Ia masih tak mengerti padahal Jeslyn adalah anak orang kaya tapi kenapa ia memikirkan masalah hidup juga? Bukannya orang kaya selalu bahagia?
Harta lah yang menjadi tolak ukur kebahagiaan seseorang menurut Maria. Karena harta lah yang membuat dirinya juga menderita.
Jeslyn pun menepuk pundak Maria. Ia terlalu polos sehingga tak bisa mengetahui jika orang kaya juga memiliki masalah.
"Orang kaya itu orang tua kita. Tapi tetap saja ada masalah. Seperti broken home, misalnya. Karena ayah dan ibu ku selalu bekerja dan reris meninggalkan ku sehingga membuat ku menjadi anak yang kekurangan kasih sayang orang tua."
Menyadari hal itu Maria pun kini mulai paham. Anak itu menarik napas panjang dan menatap ke depan.
"Di dunia ini semua karena uang. Jika tidak karena uang pasti juga karena pasangan," ucap Maria yang sedikit tahu tentang hubungan percintaan.
Jeslyn pun menatap ke arah Maria. Ia tersenyum lebar dan melihat wajah Maria yang sangat cantik di atas rata-rata orang di sini.
"Kau begitu cantik Maria! Kau tahu aku yakin Maria jika diri mu akan menjadi orang yang sukses. Karena, orang cantik selalu dimenangkan. Tidak adil memang."
Maria pun berkerut. Bisa-bisanya temannya itu berpikir demikian. Ia tahu cantik tapi untuk teori yang itu tidaklah juga benar.
"Apa yang kau katakan? Belum tentu. Aku saja tak mengerti memanfaatkan kecantikan ku."
Jeslyn pun tersenyum miring. Senyuman itu hanya bentuk bercandaan saja.
"Kau ingin tahu?"
Maria antusias mengangguk. Mungkin saja ia bisa memanfaatkan kecantikan yang dimilikinya hingga ibunya tak perlu lagi repot untuk menjadi tulang punggung.
"Katakan seperti apa? Aku ingin tahu dan agar bisa membantu ibu ku."
"Ternyata kau benar-benar sangat penasaran rupanya. Baiklah, aku akan memberi tahu mu, yang pertama kau bisa menggunakan kecantikan ku itu untuk menggoda bos ibu mu agar gaji ibu mu dinaikkan."
Mata Maria pun membulat. Ia langsung mendorong tubuh Jeslyn dengan kesal. Bisa-bisanya seorang Jeslyn memberikan rencana seperti itu.
"Apa yang kau katakan itu? Aku benar-benar merasa jijik akan hal tersebut," ucap Maria sambil mengerucutkan bibirnya.
"Jadi kau tak ingin? Yasudah nikmati saja hidup mu yang akan terus seperti itu. Bayangkan, Jika bos mu menjadikan kau seorang istri. Pasti sangat mewah hidup mu dan ibu mu tak perlu lagi bekerja."
"Saran mu bukanlah sebuah solusi. Ah, kau malah membuat kepala ku makin pusing," ucap Maria dengan menopang kepalanya di tangannya.
Ia pun menghembuskan napas panjang dan memejamkan matanya. Ini sudah terlalu sangat lelah dan ia pikir mungkin sudah saatnya untuk masuk ke dalam kelas.
"Jeslyn aku akan masuk ke kelas ku dulu."
"Baiklah. Jangan lupa saran ku tadi," ucap Jeslyn sambil mengedipkan matanya dengan genit.
Maria yang melihat hal itu cukup kesal dan ingin sekali untuk menempeleng kepala Jeslyn.
"Anak itu benar-benar melunjak jika seperti itu."
___________
Seperti biasanya setelah pulang sekolah ia akan pulang ke rumahnya dan membersihkan rumah senantiasa menunggu sang ibu yang pulang bekerja di malam hari.
Maria benar-benar merasa bersalah kepada sang ibu yang begitu penuh perjuangan untuk mendapatkan kebahagiaan sang anak. Ia harap dirinya bisa membalas semua kebaikan sang ibu.
Maria berganti pakaian terlebih dahulu lalu kemudian ia pun menggunakan baju sederhana.
Setelah itu ia pun membersihkan rumah dan memasak bahan makanan yang seadanya untuk membantu ibunya agar pulang bekerja makanan Sudja tersedia di atas meja.
Kemudian anak itu juga memanfaatkan waktunya untuk belajar. Setelah bosan di rumah, Maria pun pergi ke luar dan lari ke arah bukit untuk menikmati keindahan rumahnya dari atas bukit tersebut.
Di sana ia bertemu dengan banyak anak-anak yang tengah bermain. Maria yang melihat hal itu cukup senang dan tak bisa mengalihkan pandangannya dari keindahan tersebut.
"Wow sangat luar biasa di sini. Aku benar-benar tak menyangka akan ada tempat seindah di sini. Memang kampung ku adalah surganya," ucap Maria yang hanya tahu tentang kampungnya saja dan tak tahu jika di luar sana lebih indah lagi dari apa yang pernah ia kira.
Anak itu sayangnya terlalu polos untuk ke dunia luar yang sangat kejam.
"Kau terlalu lebay Maria! Makanya kau sesekali keluar dari kampung di sini agar kau bisa melihat betapa indahnya dunia."
Maria menatap ke arah teman kecilnya yang juga tengah berada di bukit. Maria pun menghela napas panjang dan menatap ke arah depan dengan pandangan sedih.
"Aku pikir juga seperti itu. Hanya aku yang terlalu lebay. Tidak seperti kalian yang selalu pergi ke luar kota."
Temannya itu tersenyum miring.
"Maka dari itu kau sesekali pergi ke dunia luar dan tidak hanya mengurung diri di sini."
"Aku tidak bisa karena aku bukanlah anak orang kaya sama seperti kalian. Aku hanyalah anak biasa dan mengharapkan hidup ku sama seperti kalian," ucap Maria dengan raut wajah sedih.
"Teruslah berjuang Maria."
Maria pun mengangguk dan lalu menangis. Ia berusaha untuk bersembunyi agar tak ketahuan telah menangis. Cukup memalukan jika ia ketahuan telah menangis.
"Aku benar-benar anak yang sangat menyedihkan."
__________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments