Menjadi Pemuda Terpelajar Di Tahun 70an
"Yi Ping, bangun! Kita sudah mau tiba."
Suara pria aneh membangunkan Yi Ping yang sedang tidur, "Apakah kita sudah sampai?" gumamnya tidak jelas diantara suara orang menguap.
"Ya, kita sudah hampir sampai di Desa Zhaojia, kira-kira setengah jam lagi."
"Syukurlah. Akhirnya kita mau sampai. Badanku rasanya mau remuk. Aku mau mandi lalu tidur," kata Yi Ping sambil mencari kopernya, persiapan untuk turun dari kendaraan. Loh mana? Kopernya mana? Kok gak ada? Pas berangkat tadi kopernya ia letakkan di dekat kakinya, tapi sekarang kok gak ada. Kemana perginya? Jangan-jangan... Oh, no! Matanya refleks melotot, syok berat. Rasa panik menghantam tubuhnya.
Celaka! Gimana ini? Kopernya raib diambil orang saat ia sedang tertidur. Abaikan baju dan perlengkapan hidup sehari-hari berikut uang dan kartu-kartunya yang ia simpan di dompet. Bukan berarti semua itu tidak penting, tapi ada yang lebih penting lagi, yaitu surat-surat legalisir penelitiannya, bahan-bahan materi penelitiannya, juga peralatan penting untuk merekam data penelitian. Semuanya raib. Hilang diambil maling bersama kopernya.
Tubuh Yi Ping merosot ke bawah. Ia merasa bingung. Gimana ini? Ia harus gimana? Masak iya ia harus balik lagi ke Beijing untuk mengurus semuanya. Yah..., kerja dua kali dong. Sudahlah ribet ngurusnya, mehong pula. Padahal uang tabungannya sudah tipis, hanya cukup untuk biaya hidup satu semester, kira-kira sampai penelitiannya selesai. Dengan uang segitu, mustahil ia bisa membeli lagi peralatan penelitiannya yang hilang.
Ah, sial. Kenapa ia harus ketiduran segala sih?
Tubuh Yi Ping yang terus merosot ambruk ke lantai kayu yang keras yang ditutupi oleh jerami dengan aroma khas, yakni aroma kotoran sapi kering.
Tunggu! Ada yang aneh. Sejak kapan lantai mobil elf dilapisi jerami? Dan, kemana perginya jok empuknya kok jadi keras seperti batu begini?
Pantas saja badannya rasanya remuk seperti habis dilindas motor tronton, rupanya ia tidak sedang tidur di atas jok empuk, melainkan dipan keras yang terbuat dari kayu tanpa pelapis apapun. Rasa sakitnya tak terkatakan. Percayalah! Jika masih ngeyel, silakan coba sendiri! Resiko ditanggung sendiri.
Yi Ping celingukan, menatap bingung kendaraan yang sedang ditumpanginya. Seingatnya dia, sebelum tidur, ia sedang naik mobil elf carteran bersama rombongan mahasiswa S1 yang sedang melakukan kuliah kerja nyata ke Desa Zhaojia. Kenapa setelah membuka mata, ia berganti kendaraan menjadi gerobak sapi? Siapa yang memindahkannya secara diam-diam?
Yi Ping menepis dugaan perdagangan manusia. Sekuat-kuatnya jaringan pedagang manusia, mereka tidak akan berani melakukannya secara terbuka di tempat umum di siang bolong tanpa mengikat tangan dan kaki para korban. Itu mustahil.
Terlebih lagi wajah para pemuda-pemudi dalam rombongannya tidak ada yang memperlihatkan ekspresi ketakutan secara berlebihan. Kalau berwajah masam, letih, lesu, dan suram itu sih biasa. Perjalanan panjang selama dua puluh empat jam dengan kondisi jalan yang rusak parah bukanlah sebuah pengalaman yang menyenangkan. Sebaliknya, itu bisa menjadi sebuah cerita horor dalam arti tertentu.
Percayalah!
Jadi, ada apa ini? Apa yang telah terjadi setelah ia memejamkan mata? Adakah yang bisa menjelaskan ini padanya?
"Kamu kenapa? Kelihatan bingung begitu? Ada yang hilang?" tegur pria aneh yang membangunkannya tadi.
Ya. Ada banyak. Ia mau nanya dimana kopernya? Dimana barang-barangnya? Dan, yang utama mau tanya, "Kita tadi bukannya mencarter mobil dari stasiun kota, kenapa berubah jadi gerobak sapi?"
"Kamu ngelindur? Siapa kita sehingga bisa mengakses kendaraan mewah bermotor itu? Pejabat ibukota yang sedang melakukan dinas resmi? Kita ini hanyalah pemuda terdidik yang sedang melakukan perjalanan ke desa untuk membantu membangun desa dan berbakti pada ibu pertiwi." Seorang gadis berusia kira-kira 17-18 tahun yang duduk di depan Yi Ping nyeletuk dengan nada sinis. Matanya melirik jijik pada Yi Ping, menyiratkan ketidak sukaannya secara terbuka.
Pemuda terdidik? Membangun desa? Berbakti pada ibu pertiwi? Jenis makanan apa itu? Bukannya semboyan ini sudah memudar di awal 90an dan punah di tahun 20an? Kenapa masih ada lagi sih pemuda berdarah panas yang menggelorakannya di era milenial ini?
Jangan-jangan ia salah rombongan? Ini bukannya rombongan menuju Desa Zhaojia untuk penelitian, melainkan syuting film dengan latar belakang Tiongkok tahun 70an? Aduh! Masalah lagi. Yi Ping ingin menepuk jidatnya, merutuki kecerobohannya sendiri.
"Eh, Yi Ping! Cepat lihat! Setelah melewati ladang sorgum ini, itu adalah Desa Zhaojia," kata pria aneh itu dengan penuh semangat.
Okey, pria itu benar. Melihat hamparan warna merah gandum siap panen di sepanjang jalan di sore hari adalah sebuah pemandangan yang menakjubkan. Spektakuler. Ini mirip seperti permadani merah yang glamor di acara penghargaan para bintang film. Mendadak, ia jadi terbersit ingin mengabadikannya.
Tangan Yi Ping dengan cekatan memeriksa isi tas yang sedang ditentengnya. Ia melewatkan jurnal hariannya, dompet kain berisi pulpen, pensil, rautan, penggaris, dan penghapusnya. Masing-masing ada salinannya. Ia juga menyingkirkan barang-barang pribadinya. Setelah mencari-cari, akhirnya ia menemukan ia kamera pinhole buatannya sendiri, yang ia buat dari kotak kayu. Ia membuatnya mengikuti tutorial video barang-barang DIY.
Tapi...
Alis Yi Ping mengerut dalam. Kebingungannya bertambah parah. Iya, dia memang yang membuat kamera pinhole ini, namun benda ini sudah ia letakkan di gudang bersama barang-barang rongsokan, rusak, atau tua lainnya. Kenapa benda ini bisa muncul di dalam tas tangannya?
Mungkin adiknya yang iseng masukin benda ini ke dalam tasnya sebagai kejutan saat ia lengah. Yi Ping positif thinking.
Yi Ping hampir mengeluarkan kameranya dari dalam tasnya, ketika ia menyadari benar-benar ada yang salah dengan situasinya. Bukan sebuah kesalahan sepele seperti salah rombongan seperti dugaannya semula. Lebih dari itu. Ini...ini..., ia tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Intinya ia tahu jika ia tidak seharusnya ada di sini. Ini bukan tujuan aslinya.
"Permisi. Paman err boleh saya memanggil paman?" tanya Yi Ping sopan pada pria setengah baya yang sedang berkonsentrasi menyetir gerobak sapi di depan.
"Ya."
Suara pria setengah baya itu datar dan cenderung dingin. Ia sama seperti penduduk desa Zhaojia lainnya, tidak suka dengan para pemuda terdidik yang berdatangan dari segala penjuru negeri yang suka meneriakkan semboyan, 'Membangun Desa, Membangun Negeri atau Pergi Membangun Desa untuk Memenuhi Panggilan Negara!', tapi nyatanya jauh panggang dari api.
Pada generasi pertama pemuda terdidik yang pergi ke pedesaan, awalnya mereka sangat bersemangat membangun desa. Setelah ditempa oleh kerasnya hidup di pedesaan selama sebulan, mengandalkan belas kasihan langit, semangat mereka pun terkikis dan kini yang tersisa hanyalah orang-orang berwajah suram dengan semangat nol.
Akan tetapi, ini lebih baik. Meskipun kinerja mereka tidak layak naik ke atas meja alias payah, tapi setidaknya mereka tidak berbuat onar seperti para pemuda terdidik di brigade sebelah. Nah, itu baru masalah.
Jadi Pak Tua Zhao yang tidak berharap banyak pada pemuda terdidik generasi keempat yang baru tiba di desanya. Lihat saja wajah lose mereka! Jelas mereka sangat enggan datang ke desa, tapi karena satu lain hal mereka terpaksa pergi ke pedesaan. "Haishhh..., semoga saja kali ini yang datang bukan tipe bajingan pembuat onar," harapnya dalam hati.
...TBC...
Halo semua! Terima kasih untuk dukungannya yang mau membaca ceritaku. Sebulan ini aku sibuk banget. Tidak punya waktu luang untuk mengupdate cerita ini. Maaf sebelumnya.
Alur cerita ini aku rombak. Jadi chapter selanjutnya akan ada beberapa perubahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Krislin Meeilin
ceritanya bagus sekali 🥰🥰🥰🥰
2024-07-12
0