Zhao Baoguo sama sekali tidak menyadari kelesuan para pemuda terdidik. Bahkan jika tahu pun, ia tidak perduli. Bukan dia yang meminta mereka datang, tapi mereka sendiri yang ingin masuk ke dalam lubang api. Sudah enak-enak hidup di kota, eh malah lari ke desa terpencil dan miskin seperti Zhaojia. Lagi pula ini bukan yang pertama kalinya. Sudah sering lihat. Jadi ia sudah kebal.
Zhao Baoguo secara selektif melupakan arahan Bapak walikota, bahwa negara mencanangkan program memanggil para pemuda terpelajar untuk membangun desa. Tujuannya selain untuk mengurangi tekanan ekonomi yang berat di kota akibat over jumlah penduduk, juga untuk meratakan pembangunan antara desa dan kota.
Dengan murah hati Zhao Baoguo berkata, "Gadis-gadis itu tinggal di rumah yang besar, dan kalian yang cowok tinggal sedikit lebih jauh. Oh, saya lupa, izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Zhao Baoguo, dan saya kapten brigade di Desa Zhaojia. Karena Anda datang ke sini sebagai tanggapan atas panggilan negara, Anda harus bekerja keras untuk mendapatkan poin kerja dan menerima pendidikan yang baik. Bersihkan semua masalah orang kota kalian di sini."
Para pemuda terdidik gelombang keempat itu diam seribu bahasa. Mereka masih syok berat karena diberi tempat tinggal yang buruk, yang lebih buruk dari perkiraan mereka. Ini sih bukan tempat tinggal manusia. Ini kandang babi. Tiba-tiba mereka merasa tertekan dan depresi. Bagaimana caranya bertahan hidup di sini?
"Kalian bisa membersihkan asrama kalian terlebih dahulu. Nanti brigade akan memberi anda poin pemula untuk pemuda intelektual. Saya mengambil beberapa remah jagung dan menaruhnya di tong di sana. Sudah hampir siang, ambil makanan kalian. Kerja dimulai sore hari. Jangan terlambat! Jika ada pertanyaan, silakan tanya pada senior kalian. Sebentar lagi mereka datang."
Zhao Baoguo menjatuhkan instruksi terakhir dan lalu menghilang dengan pipa rokok di mulutnya.
"Shin Ping, kemasi barang bawaanmu dengan hati-hati. Aku akan pergi sebentar lagi." Du Fei mengaku dan berlari ke pondok belakang.
“Aku tidak tahu cara memasak, jadi siapa di antara kalian yang bisa melakukannya?” Zhang Guilan dengan marah melemparkan barang-barang itu ke kang, mengambil tempat duduk di dekat jendela dan duduk.
"Aku juga tidak tahu bagaimana melakukannya. Ibuku memasak di rumah. Di mana aku pernah melakukan pekerjaan seperti itu. "Tian Yue'e berlari ke sisi Zhang Guilan dan mulai meletakkan barang bawaannya.
Yi Ping mengacuhkan teman serombongannya. Ia memilih membersihkan kang, tempat tidurnya malam ini sambil memeriksa barang-barangnya.
"Shin Ping, apakah kamu tidak tahu caranya memasak? Silakan masak," teriak Zhang Guilan dengan arogan memerintah Shin Ping yang ia cemburui sepanjang perjalanan.
Langkah Shin Ping melambat. Ia sedikit marah, mengapa diantara para pemuda terdidik lainnya Zhang Guilan harus memintanya memasak? Memangnya ia pikir dia ini apa? Kesemek lembut yang bisa dibulatkan dan diratakan sesuka hati?
“Kamu tidak mengenalku dan aku tidak tahu siapa kamu. Sister Guilan, tolong jangan menggertakku sepanjang waktu.”
Setelah Shin Ping selesai berbicara, dia membawa barang-barangnya dan berlari ke tempat terakhir di kang di seberang Barat. Ia mengemasi barang-barangnya dengan penuh keluhan. Sejujurnya, ia tahu caranya memasak. Tapi, ia enggan mengaku. Ia tidak mau disalah gunakan secara sewenang-wenang hanya karena ia dianggap mampu. Maafkan keegoisannya, tapi hidupnya lebih penting.
"Kapan aku menggertakmu, kamu memiliki Du Fei untuk melindungimu setiap hari, siapa yang berani menggertakmu.” Zhang Guilan langsung ngegas tidak senang. Dia memeluk bahunya dan mulai mengkritik.
Shin Ping benar-benar tidak ingin berbicara dengan Zhang Guilan. Mengapa ada orang yang begitu menyebalkan, penderita penyakit neurotik akut yang merasa benar sendiri di sini? Apa dunia masih kurang kacau? Jelas-jelas ia tidak ingin berbicara dengannya, namun ia tidak memiliki pengetahuan diri!
Zhang Guilan tidak mendapat jawaban, jadi dia sangat marah sehingga dia akan mengangkat tangannya untuk menepuk Shin Ping, tetapi dia dihentikan oleh Du Fei yang mendadak muncul.
"Zhang Guilan, kamu tidak bisa mengubah makan kotoran? Kesemek itu lembut? Ayo, bully aku jika kamu punya kemampuan, ayo, bully aku dengan santai! " Du Fei khawatir tentang Shin Ping. Ia menjatuhkan barang-barangnya dan berlari kembali. Ia melihat Zhang Guilan mengangkat tangannya untuk memukul tunangannya, sehingga dia buru-buru menghentikannya.
"Jangan banyak omong! Lekas masak!" Du Fei meraung marah. Zhang Guilan menatap dengan marah, dan hanya bisa memasak karena takut amarah Du Fei.
“Shin Ping! Apa kau bisa bertahan tinggal di sini selamanya?” Du Fei marah. Ini tidak sesuai dengan imajinasinya. Mereka adalah pemuda terpelajar, tetapi mereka diperlakukan seperti ini ketika mereka datang ke pedesaan? Siapa yang tidak marah?
"Memang kamu mengharapkan apa? Tinggal di rumah batu bata?" tanya Shin Ping dengan nada getir.
Sejak awal ia sudah tidak sreg dengan ide Du Fei yang ingin lari ke desa. Ia tidak berfikir hidup desa itu indah seperti yang digembar-gemborkan oleh tim propaganda dari Kantor Pemuda Terdidik di kota dan menilik dari bobroknya titik asrama para pemuda terdidik ia pikir tebakannya tidak jauh dari kebenaran. Hidup di desa itu pahit.
Shin Ping mengerang dalam hati. Bahkan jika pun ia tahu kebenarannya, ia bisa apa? Ia tidak punya kuasa untuk memutar balikkan keadaan. Pergi ke desa itu mudah. Tinggal daftar, besok pun sudah bisa berangkat. Lain cerita jika ia ingin kembali kota. Hampir sesulit membangun Pagoda 8 tingkat dalam waktu semalam alias mustahil.
Ini bukan pepesan kosong, tapi fakta. Kenyataannya ada ribuan lebih para pemuda terdidik dari setiap kota yang lari ke desa terpencil di pegunungan, namun hanya ada hitungan jari yang terdengar bisa kembali ke kota.
"Tidak harus seperti itu, tapi minimal tidak di tempat sebobrok ini," keluh Du Fei. "Asrama para gadis ini masih lebih baik. Setidaknya bersih. Asramaku dipenuhi tikus dan sarang laba-laba."
"Tidak usah mengeluh. Para penduduk desa sudah kelelahan menggarap tanah pertanian, mereka tidak bisa dibuat lebih capek hanya untuk mengurusi kita." hibur Shin Ping.
"Tapi..." Du Fei ingin menyela, namun Shin Ping tidak memberinya kesempatan.
"Harusnya kamu bersyukur, di hari pertama sudah dialokasikan Asrama Pemuda Terdidik. Kami tidak seberuntung itu. Kami diperas di rumah penduduk desa dan asal tahu saja itu salah satu pengalaman horor yang tidak ingin ku lihat," sela Meimei, Ketua Pemuda Terdidik.
Ia dengan ramahnya menuturkan cerita horor tentang kehidupan para pemuda terdidik di pedesaan era 70an. Bukannya terhibur, Pemuda Terdidik yang baru bergidik ngeri. Wajah mereka pucat layaknya seorang tahanan Penjara Azkaban ketemu dengan Dementor.
Jika sebelumnya, mereka masih punya ekspektasi tertentu, ilusi indah tentang kehidupan pedesaan. Setelah mendengarkan cerita Saudari Meimei, ilusi mereka hancur sudah.
"Cepatlah bangun! Jangan ngeluh! Kalau baru segini saja kamu sudah ngeluh, nanti saat turun ke tanah kamu mungkin pingsan."
"Lebih berat?" Du Fei syok berat. Ada perasaan tertipu. Ia merasa keputusannya untuk mengantre pergi ke pedesaan adalah keputusan paling bodoh dan juga paling gegabah.
Meimei menepuk bahu Du Fei pihatin, "Tenanglah ada pepatah lama mengatakan 'Dalam kesulitan ada kemudahan. Di balik musibah ada berkah tersembunyi,"
Tubuh Du Fei menggigil gemetar. "Apa?"
Meimei tersenyum penuh arti. "Kamu akan terbiasa dengan penderitaan dan akhirnya tumbuh sebagai pemuda yang kuat, lebih kuat dari rata-rata penduduk kota," katanya bijak.
Du Fei mengernyit tidak setuju. Apa ia pergi ke desa hanya agar ia lebih kuat dalam perkelahian, bukannya untuk mendapat pendidikan dari para rekan petani? "Serius?"
"Mungkin," sahut Meimei enteng.
Wajah Du Fei langsung suram. Ada awan gelap menutupi kepalanya. Ia merasa tertipu.
"Masih ada harapan itu baik. Setidaknya tidak membuatmu langsung terpuruk," hibur Meimei yang tidak menyerupai hiburan.
Yi Ping diam-diam menyimak percakapan para pemuda terdidik. Ups salah. Maksudnya para aktor yang berperan sebagai pemuda terdidik. Mereka sangat profesional dan berdedikasi dalam karir mereka. Setelah disiksa oleh rasa lelah akibat perjalanan panjang, mereka bisa langsung syuting dan dengan cepat memasuki peran mereka. Aktingnya natural dan brillian. Tidak ada NG. Buktinya ia tidak mendengar kata 'Cut!' dari Bapak atau ibu sutradara.
By the way, perannya apa ya? Figuran tidak jelas yang tidak punya garis, makanya itu ia tidak kebagian dialog? Ah, tau ah gelap. Bodo amat. Yang penting sekarang tidur. Hal-hal lainnya bisa menunggu.
......TBC......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Fana Yuki
jir harry potter
2024-06-27
1