BAB 4 CAHAYA MISTERIUS

Typo\=maaf

***

"Kenapa kita harus melakukan ini?" gerutu Andonios sembari mengambil satu per satu daun tanaman obat.

Setelah makan malam tadi, mereka langsung pergi ke kebun Academy sesuai dengan perintah Mister Ithnan. Hari sudah malam, mungkin sekarang sudah pukul tujuh. Sudah hampir satu jam mereka berada di kebun itu dan selama itu juga Andonios selalu mengeluarkan gerutuannya. Mereka memanfaatkan cahaya lentera sebagai penerangannya. Kebun ini jaraknya sedikit jauh dari gedung utama dan asrama, sehingga cahaya dari ke-dua bangunan itu nampak samar-samar menerangi kebun.

"Seharusnya kita hanya dihukum membersihkan laboratorium saja, tapi kenapa juga disuruh mencari tanaman obat?"

"Ini juga karena ulah kalian. Kalau saja kalian tidak berbuat aneh-aneh, pasti kita tidak akan dihukum seperti ini. Sudahlah, jangan terus mengeluh. Lebih baik kita selesaikan ini," ucap Salvador. Telinganya sudah panas mendengar setiap keluhan Andonios.

Andonios langsung terdiam setelah Salvador menegurnya. Jika dia membatah, maka siap-siap saja mendapat amukan dari Salvador. Baginya, amukan Salvador itu lebih mengerikan daripada dimarahi oleh Mister Ithnan. Tanaman obat yang mereka cari cukup banyak. Sekitar dua puluh tiga jenis tanaman obat.

Jika seperti ini ledakan itu tidak bisa dikatakan kecil, meskipun tidak seluruh laboratorium rusak, tapi efeknya merambat hingga ke ruangan lain. Entah ruangan mana lagi yang terkena dampaknya. Jika sampai ada, maka mereka pasti akan mendapat hukuman lagi. Salvador menghela napas. Dia menyesal telah meninggalkan ke-tiganya tanpa pengawasan. Jika dia menitipkan ke-tiganya kepada kelompok lain untuk diawasi, maka kejadian ini tidak akan pernah terjadi.

Setelah semua tanaman obat terkumpul, ke-empatnya langsung kembali ke Academy untuk menyerahkan tanaman obat itu kepada Mister Baskara, penanggungjawab unit kesehatan. Mereka masuk ke dalam lift dan menuju ke lantai dua. Setelah selesai menyerahkan tanaman obat itu, mereka langsung kembali ke asrama. Damian meregangkan badannya yang terasa pegal karena menjalani hukuman dari sore hingga malam.

"Akhirnya bisa istirahat juga," ucap Damian.

"Sepertinya ini akan menjadi rekor baru di Felaz Academy. Selama ini belum ada yang pernah membuat ledakan dan menghancurkan laboratorium. Setelah ini pasti nama kita akan terkenal seantero Academy," ucap Kavindra.

"Iya, terkenal sebagai biang onar," sahut Andonios.

Ketiganya tertawa. Entah harus bangga atau menyesal, karena kejadian tadi. Namun, sepertinya tidak ada penyesalan dari ke-tiganya. Karena terlalu fokus dengan pembicaraan, ke-tiganya sampai tidak sadar jika Salvador tertinggal di belakang. Pandangan Salvador tertuju ke arah sebuah cahaya di selatan. Cahaya itu berwarna biru keputih-putihan. Sejak keluar dari ruang kesehatan, cahaya itu langsung menarik perhatiannya. Dia tidak tahu cahaya apa itu.

Salvador terkejut ketika seseorang menepuk pundaknya. Dia menoleh.

"Kau ingin tahu apa itu?" tanya Kavindra sambil melihat cahaya yang menarik perhatian Salvador itu.

Tanpa menunggu jawaban dari Salvador, Kavindra langsung menarik tangannya ke arah lift. Dia menekan tombol lantai paling atas, yaitu rooftop. Lift bergerak naik. Tidak beberapa lama pintu lift terbuka. Udara dingin langsung menerpa ke-dua nya begitu keluar dari lift. Salvador memandang takjub ke sekeliling. Dari atas sini, dia bisa melihat seluruh Felaz Academy, tembok-tembok dan hutan-hutan. Pemandangan ini sungguh indah. Baru hari ini dia tahu bahwa Felaz Academy mempunyai rooftop. Entah karena dia yang kurang tahu atau karena memang rooftop ini tidak banyak orang yang mengunjungi.

"Kata orang-orang cahaya itu berasal dari sesosok makhluk misterius yang bersembunyi di dalam hutan. Aku berpikir itu hanya dongeng saja, namun banyak orang yang mempercayai hal itu. Katanya, makhluk itu sangat berbahaya. Tapi, banyak orang yang bilang jika ada yang berhasil menaklukkannya, maka orang itu akan mempunyai kekuasaan atas sebuah kerajaan. Banyak orang yang berlomba-lomba untuk menaklukkannya, namun sampai sekarang tidak ada yang berhasil.

"Setiap orang yang masuk ke hutan untuk memburunya, maka orang itu pasti tidak akan pernah kembali. Masyarakat yang tinggal di pinggir hutan percaya jika orang-orang itu telah meninggal, karena dibunuh oleh makhluk itu. Oleh karena itu, tidak ada yang tahu seperti apa dan dimana makhluk itu berada. Keberadaannya masih menjadi misteri sekarang.

"Dulu, katanya pernah ada seseorang yang berhasil menaklukkan makhluk itu. Katanya, orang itu bukanlah orang sembarangan. Dia berasal dari suatu kerajaan yang jauh. Tetapi, tetap saja penduduk tidak tahu bagaimana rupa makhluk itu. Bertahun-tahun berlalu, hingga suatu hari seorang penduduk melihat cahaya biru keputih-putihan itu. Beritanya dengan cepat langsung menyebar ke seluruh desa, bahkan hingga ke luar desa.

"Penduduk percaya bahwa cahaya itu berasal dari makhluk yang dulu berhasil ditaklukkan. Entah apa yang sebenarnya terjadi, hingga makhluk itu bisa berada di sana. Tidak ada yang bisa memastikan apakah makhluk itu adalah makhluk yang dulu berhasil ditaklukkan atau bukan, karena setiap orang yang memburunya tidak pernah kembali.

"Cahaya itu biasanya muncul sehari sebelum bulan purnama. Masyarakat percaya jika cahaya itu adalah bentuk pencarian dari sang makhluk terhadap tuannya."

"Kau tahu banyak hal rupanya," ucap Salvador.

Kavindra menggeleng. "Aku hanya akan mencari tahu dan berbuat sesuatu dengan alasan tertentu."

Keduanya terdiam. Angin malam berhembus pelan menerpa kulit ke-duanya. Salvador masih terus melihat cahaya itu dengan saksama. Entah mengapa dia merasakan sesuatu saat melihat cahaya itu. Sementara Kavindra sudah hanyut dalam lamunannya.

"Maaf, karena sudah melanggar janji."

***

Salvador membuka pintu kamarnya dan menyalakan lampu. Cahaya terang seketika menyinari kamarnya. Dia melepaskan sepatu dan meletakkannya di samping pintu. Kakinya berjalan menuju ke arah meja belajar, membuka buku dan langsung mengerjakan tugas. Jika dia tidak ingat belum belajar, maka sudah pasti dia akan berada di rooftop dan melihat cahaya biru keputih-putihan tadi hingga larut malam.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih dua puluh menit. Biasanya di jam-jam ini dia sudah hanyut dalam mimpinya. Namun, karena hukuman dan cahaya indah tadi waktu tidurnya harus mundur. Salvador mengerjakan tugasnya dengan cepat. Matanya sudah terasa sangat mengantuk. Setelah semua tugasnya selesai, dia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur yang lembut. Bukannya tidur, dia malah hanyut dalam lamunannya.

"Kata orang-orang cahaya itu berasal dari sesosok makhluk misterius yang bersembunyi di dalam hutan."

Dia jadi penasaran seperti apakah rupa makhluk yang diceritakan oleh Kavindra tadi. Apakah makhluk itu berupa seperti monster yang menakutkan atau malah indah seperti unicorn. Salvador menguap. Matanya tiba-tiba terasa berat. Tidak beberapa lama kemudian dia sudah hanyut dalam mimpinya.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

mampir ng👍 like aja, smoga sukses novelnya. 👌

2023-04-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!