BAB 2 KERAJAAN HIELO

Typo \= maaf

***

Setelah pergi ke asrama, mandi dan berganti baju, kini ke-empatnya pergi menuju kantin. Rasa lapar sudah mendominasi sejak tadi. Ini sudah waktu makan siang, namun ke-empatnya lebih memilih ke kantin daripada ke dapur asrama. Mereka ingin membeli makanan ringan daripada makan nasi.

"Bagaimana dengan latihanmu?" tanya Kenae kepada Salvador.

"Tidak ada perubahan," jawab Salvador dengan lesu, "mungkin aku memang ditakdirkan tidak memiliki kekuatan," lanjutnya.

"Hey, kau jangan sedih, dong. Aku yakin kau pasti memiliki kekuatan." Kavindra memberikan semangat kepada Salvador.

"Tapi, kau lihat, kan? Selama tujuh belas tahun aku hidup, aku tidak tahu apa kekuatan yang aku miliki hingga detik ini. Tidak ada yang spesial dari diriku."

"Kau spesial. Sangat-sangat spesial. Kau sudah ditakdirkan. Mungkin saat ini kau belum tahu apa kekuatanmu, tapi percayalah suatu hari kau akan tahu siapa dirimu sebenarnya. Tidak mungkin seorang-"

Ucapan Kavindra terhenti ketika sebuah anak panah melesat dengan cepat menuju ke arah Salvador. Salvador yang terkejut dengan serangan mendadak itu langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Tidak ada waktu baginya untuk menghindar. Dia memejamkan keduanya matanya, dahinya mengkerut, bersiap jika anak panah itu mengenainya.

Hingga beberapa detik berlalu, dia tidak merasakan apa pun. Salvador mencoba menurunkan kedua tangannya secara perlahan dan melihat apa yang terjadi. Matanya melotot terkejut saat melihat anak panah itu hanya berjarak beberapa centi darinya. Pusaran air yang tidak begitu besar mengelilingi anak panah itu. Salvador menoleh ke arah sumber pusaran air itu.

Beruntung Kenae tadi dengan cekatan langsung menahan anak panah itu. Jika tidak, maka bisa dipastikan anak panah itu akan mengenai Salvador. Keane mengarahkan pusaran air itu ke arah tiang beton yang tidak jauh darinya. Anak panah itu langsung terbelah menjadi dua begitu menabrak tiang beton.

Vernon dan Kavindra masih terdiam. Mereka masih syok dengan kejadian yang terjadi dalam waktu singkat itu. Bukan hanya mereka berdua, para murid yang menjadi saksi kejadian itu pun juga terdiam seperti patung. Kejadian yang tidak disangka-sangka dan terjadi dalam waktu yang singkat.

Kenae melihat lurus ke depan. Mata biru safirnya menyorot tajam ke arah seseorang yang berjalan mendekat. Tepukan tangan terdengar dari orang itu, juga senyuman mengejek yang ditampilkan olehnya. Di bahunya tersampir sebuah panah, bisa dipastikan bahwa dia yang meluncurkan anak panah itu.

"Wah... Wah...." Orang itu menggelengkan kepalanya.

"Kemampuanmu boleh juga," ucap orang itu.

"Kau lagi!" Kavindra yang sudah tersadar dari rasa syoknya langsung menyorot tajam ke arah orang itu.

"Kau tidak ada bosannya, ya. Apa masalahmu hingga terus mengganggu Salvador?"

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa laki-laki di depan mereka ini suka sekali mencari masalah. Tiada hari darinya tanpa mengganggu Salvador. Entah apa masalah di antara mereka berdua. Mereka juga tidak tahu alasan dibalik perilaku laki-laki itu.

"Apa maumu, Gasendra Danantya?" Kini, giliran Kenae yang bertanya. Suara datar terdengar dari setiap katanya.

Laki-laki yang dikenal dengan nama Gasendra itu hanya mengangkat bahunya. Tidak ada rasa takut darinya terhadap aura menusuk yang dikeluarkan Kenae.

"Tidak ada. Aku hanya ingin bermain-main saja dengannya."

"Apa kau tidak sadar jika baru saja membahayakan nyawa seseorang?"

Gasendra terkekeh. "Aku hanya bercanda tadi."

Kavindra yang mendengar itu menggeram marah. Bisa-bisanya Gasendra mengatakan hal itu dengan santai, padahal dia baru saja bermain-main dengan nyawa seseorang. "Apa kau sudah gila, hah? Kau tidak lihat, anak panahmu bisa saja melukai Salvador jika Keane tidak menahannya. Kau bilang itu hanya bercanda?"

"Wow.... Tidak usah emosi begitu, bung. Lagipula temanmu tidak apa-apa, kan."

"Kau keterlaluan!"

Kavindra melangkah maju, mendekat ke arah Gasendra. Sungguh, dia geram sekali dengan sikap Gasendra yang semakin hari semakin semena-mena. Vernon yang mendapat sinyal bahaya segera menghentikan Kavindra. Dia langsung menarik Kavindra dan Salvador pergi dari sana. Untuk Kenae dia tidak begitu khawatir. Kenae itu cukup pandai mengendalikan emosi, jadi tidak masalah jika dia tinggal.

Vernon harus mengamankan Kavindra dan Salvador terlebih dahulu. Bisa bahaya jika Kavindra sudah mengamuk. Bisa-bisa satu Academy dibakar habis olehnya. Dan, jika dia tidak segera membawa Salvador pergi dari sana, Gasendra bisa saja melakukan hal-hal yang lebih berbahaya untuk Salvador atau bahkan mengancam nyawanya.

Kenae mendekat ke arah Gasendra. Tatapan matanya masih menyorot tajam. "Ku peringatkan kau, jangan pernah mengganggu sahabatku lagi. Jika tidak, maka kau akan menerima akibatnya."

Setelah mengucapkan itu, Kenae langsung pergi meninggalkan Gasendra. Dia bukan tipe orang yang suka bermain-main dengan ucapannya. Jika dia bilang A, maka tetap A. Jika dia mengatakan sesuatu, maka dia akan menepatinya. Gasendra berbalik. Matanya melihat punggung Kenae yang perlahan menjauh. Senyuman miring tercetak di bibirnya.

***

Vernon, Salvador, Kavindra dan Kenae duduk dengan nyaman di salah satu kursi kantin. Bungkus makanan berserakan di atas meja mereka. Bermacam-macam makanan mereka beli. Kantin ini memang menyediakan banyak makanan ringan untuk para murid. Jika para murid sedang tidak ingin makan makanan berat, maka mereka akan langsung menuju ke kantin. Bisa dibilang lebih mirip supermarket daripada kantin.

"Apa kalian pernah mendengar tentang kerajaan Hielo?" tanya Kavindra memulai percakapan.

"Kerajaan Hielo? Aku tidak pernah mendengarnya," ucap Salvador.

"Aku hanya pernah mendengar namanya saja, tapi aku tidak tahu apa dan bagaimana kerajaan itu," sahut Vernon.

"Yang kudengar kerajaan itu adalah kerajaan es. Tempatnya di arah tenggara. Untuk tempat pastinya aku tidak tahu dimana," ucap Kenae.

"Kerajaan es?" tanya Vernon.

"Ya, tapi aku hanya tahu itu saja dari ayahku."

"Kenapa dengan kerajaan Hielo?" tanya Salvador penasaran.

Kavindra meneguk minumannya sebelum berbicara. "Dulu Kerajaan itu adalah Kerajaan yang makmur. Pemimpinnya adalah orang yang baik dan sangat mementingkan rakyatnya. Rakyat hidup dalam keadaan yang sangat sejahtera. Namun, semua itu berubah saat terjadi bentrokan di dalam istana. Pemerintahan diambil alih. Sejak saat itu rakyat hidup dalam kesengsaraan. Pemimpinnya hanya mementingkan tahta, kekuasaan dan harta saja. Banyak rakyat yang dibiarkan mati kelaparan."

"Kemana pemimpin sebelumnya?" tanya Vernon.

"Aku tidak tahu," jawab Kavindra. Tangannya mengambil salah satu bungkus makanan, membukanya dan memakan isinya.

"Kehidupan politik itu selalu rumit."

"Ya. Kehidupan politik selalu diwarnai dengan perselisihan dan perebutan kekuasaan. Bahkan, tidak jarang hukum rimba diterapkan. Siapa yang paling kuat dialah yang akan memimpin. Oleh karena itu, aku bersyukur tidak menjadi pewaris tahta."

"Kau tahu darimana cerita itu?" tanya Salvador.

"Aku tidak sengaja mendengarnya."

"Tunggu, jadi kau menguping pembicaraan orang?" tanya Kenae disertai dengan tatapan menyelidik.

Kavindra melempari Kenae dengan kulit kacang yang bertumpuk di atas meja. "Hey! Aku tidak menguping. Aku hanya tidak sengaja mendengar. TI-DAK SE-NGA-JA. Kenapa kau selalu menuduh ku, heh?"

"Kalian!"

Perhatian ke-empatnya teralihkan kepada seorang yang menatap tajam ke arah mereka. Tubuh mereka terdiam kaku. Dia adalah Axelle, ketua seksi kebersihan di Academy dan asrama. Dia terkenal sangat tegas jika berkaitan dengan kebersihan. Jika ada seorang murid yang tertangkap membuang sampah sembarangan, maka dia tidak segan-segan untuk memberikan hukuman.

Ke-empatnya menelan ludah. Tatapan Axelle benar-benar sangat mengerikan. Tanpa disuruh, mereka langsung membersihkan bungkus makanan dan kulit kacang yang berserakan dengan tergesa-gesa. Jika dalam kondisi seperti ini, sudah bisa dipastikan jika Axelle akan memberikan mereka hukuman.

Salvador mengelap meja menggunakan kain yang dia pinjam dari penjaga kantin hingga bersih. Kenae menyapu area sekitar tempat duduk mereka, sementara Kavindra dan Vernon langsung membuang sampah yang sudah mereka kumpulkan ke tempat sampah. Kejadian itu disaksikan oleh seluruh murid yang berada di kantin. Kejadian itu menjadi hiburan tersendiri bagi mereka. Kapan lagi mereka bisa melihat ke-empatnya dihukum seperti itu. Apalagi ada Salvador -yang terkenal sebagai murid teladan- yang ikut andil di kejadian itu.

Setelah semuanya bersih, mereka berdiri dihadapan Axelle dengan pandangan takut. Dalam hati mereka berdoa, semoga Axelle tidak jadi menghukum mereka. Axelle menelisik setiap sudut tempat duduk mereka, memastikan tidak ada satu pun sampah sekecil apa pun yang tertinggal. Pandangan matanya kembali melihat ke arah ke-empatnya.

"Jangan pernah ulangi lagi," ucap Axelle. Dia kemudian berjalan menjauh dari ke-empatnya.

Ke-empatnya menghela napas lega. Tuhan mengabulkan doa mereka. Syukur Axelle tidak menghukum mereka hari ini. Mungkin suasana hatinya sedang sangat baik, hingga tidak memberikan hukuman kepada murid yang melanggar aturan.

Terpopuler

Comments

V_Zie

V_Zie

wkwk andai seksi kebersihan di sekolahku tegas kek gitu pasti asri dah.

2023-03-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!