Typo\=maaf
Felaz Academy, sebuah akademi yang dibuat khusus untuk para pemilik kemampuan. Mereka yang mempunyai kekuatan luar biasa akan diajarkan tentang banyak hal di sini. Mulai dari yang dasar hingga akhir. Para muridnya juga berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari pangeran, putri, hingga anak panglima. Gedung Academy ini dibuat dengan bentuk persegi panjang dengan empat lantai. Academy laki-laki dan perempuan berada di tempat berbeda.
Di tengah-tengah gedung dibuat sebuah taman yang ditumbuhi berbagai macam jenis bunga yang indah. Fasilitasnya juga dibuat selengkap mungkin agar dapat menunjang kebutuhan para murid. Terdapat puluhan kelas dengan masing-masing kelas terdiri dari empat puluh murid. Selain itu, terdapat juga sebuah asrama untuk tempat tinggal para murid yang berada tepat di sebelah gedung utama. Terdiri dari sepuluh lantai dengan ratusan kamar.
Gedung dan asrama ini dibuat di tengah hutan belantara. Di sekelilingnya dibangun tembok raksasa untuk menghindari serangan hewan buas, juga terdapat tameng kasat mata yang bertujuan untuk mencegah murid yang ingin kabur. Para murid akan dilatih di sini saat usia mereka menginjak tujuh tahun. Ada banyak tes yang akan dilakukan untuk menguji sampai mana kemampuan mereka.
Ada lima tingkatan dari Academy ini. Tingkatan pertama, tingkatan untuk para pemula. Di sini mereka akan dibimbing untuk mengetahui kekuatan apa yang mereka miliki. Tingkatan ke-dua, di sini mereka akan diajarkan untuk mengendalikan kekuatan mereka. Tingkatan ke-tiga, dimana mereka akan dilatih supaya kekuatan mereka bisa bertambah. Tingkatan ke-empat, mereka akan dilatih dan diuji untuk bertarung.
Tingkatan ke-lima, ini adalah tingkatan khusus untuk para penerus tahta. Mereka akan diuji dengan masuk ke dalam hutan belantara dan bertarung dengan para hewan. Namun, itu masih berada di dalam pengawasan Academy. Jika mereka berhasil, maka mereka akan dinyatakan lulus. Namun, jika gagal mereka akan mengulang kembali tahun depan. Selain diajarkan tentang kekuatan dan bertarung, para murid juga diajarkan cara menggunakan senjata, berbicara depan umun hingga cara bertahan hidup di situasi darurat.
Seperti hari-hari sebelumnya, kini para murid sedang berlatih menggunakan senjata di halaman belakang Academy. Suara senjata yang saling beradu terdengar menggema. Masing-masing murid membawa senjatanya. Ada tombak, pedang hingga panah. Di badan mereka juga terpasang rompi supaya tidak terluka.
Tring....
Salvador menangkis serangan lawannya menggunakan pedang di tangannya. Dia mengayunkan pedang ke arah lawan. Tubuhnya bergerak lincah di bawah terik matahari. Keduanya sudah berlatih sejak dua puluh menit yang lalu. Keringat bercucuran dari dahi hingga membasahi wajah keduanya. Mereka sangat fokus berlatih. Salvador memiringkan tubuhnya ke samping saat lawannya menyerang. Dia kembali memberikan serangan ke lawannya.
Suara peluit terdengar menggema, membuat semua murid yang sedang berlatih berhenti. Pandangan mereka langsung menuju ke arah seorang pria yang meniup peluit tadi. Tubuhnya berdiri dengan gagah di depan pintu masuk bagian belakang Academy.
"Latihannya cukup sampai di sini. Kita lanjutkan minggu depan," ucapnya dengan suara yang tegas.
Semua murid mengangguk. Mereka langsung pergi menuju asrama untuk membersihkan diri. Namun, berbeda dengan Salvador. Dia berjalan menuju ke arah sungai yang tidak jauh dari lapangan. Dia berjongkok di pinggir sungai dan mulai mencuci muka. Rasa segar langsung terasa di wajahnya. Walaupun sungai itu adalah sungai buatan, tapi air sungai itu begitu jernih. Bahkan, banyak yang menyangka sungai itu asli saat pertama kali melihatnya.
"Hai, Salvador!"
Sapaan riang itu langsung membuat pemilik nama menoleh. Tiga orang remaja seumurannya berjalan mendekat.
"Kau tidak ke asrama?" tanya orang yang memberikan sapaan tadi. Kavindra Tolucan, salah satu sahabat Salvador selain Vernon.
"Sebentar lagi," jawab Salvador.
"Eh, kau tahu? Si biru ini tadi dikalahkan berkali-kali oleh adik kelas. Seharusnya kau melihat bagaimana wajah kesalnya tadi." Kavindra tertawa keras. Terlihat sangat puas saat mengingat kejadian yang dialami temannya beberapa waktu lalu.
Namun, tawanya seketika berhenti ketika air menerpa wajahnya. Baju, muka dan rambutnya basah. Wajahnya yang semula riang langsung berubah menjadi muram. Kini giliran Vernon dan Salvador yang tertawa melihat keadaan Kavindra yang basah kuyup.
"Maaf, itu tadi sengaja," ucap dalang dibalik penyiraman air itu. Perceus Kenae.
"Hey! Apa kau tidak melihat keadaanku? Semudah itu kau berkata maaf?" ucap Kavindra tidak terima.
"Itu karena kau yang memulai."
"Aku hanya bercerita kepada Salvador."
"Yang salah itu saat kau tertawa dengan puas tadi."
"Dasar, biru!"
"Dasar, pemarah!"
Salvador dan Vernon yang menyaksikan pertengkaran itu hanya menggelengkan kepala. Sudah biasa menyaksikan keduanya bertengkar seperti ini. Sifat keduanya memang sangat bertolak belakang. Kavindra yang ceria, jahil, dan mudah marah serta Kenae yang tenang, selalu serius dan tidak suka mencari masalah.
Tapi, walaupun begitu keduanya lah yang selalu mencairkan suasana. Persahabatan tidak akan lengkap tanpa ada perbedaan, bukan? Ditambah dengan Salvador yang cuek dan suka menyendiri, serta Vernon yang selalu menjadi penengah. Bagi mereka perbedaan itu indah, karena dengan adanya perbedaan mereka bisa saling memahami dan saling melengkapi satu sama lain.
"Diamlah, biru!"
"Jangan panggil aku biru!"
Sungguh, Kenae sangat tidak suka dipanggil 'biru'. Entah bagaimana mulanya, sehingga Kavindra memanggilnya biru. Itu terjadi selama sepuluh tahun mereka bersahabat. Saat ditanya alasannya, Kavindra hanya menjawab, "Karena mata dan rambutmu berwarna biru. Maka dari itu aku memanggilmu biru."
"Hey, sudahlah. Lebih baik kita kembali ke asrama dan berganti baju. Apa kalian tidak merasa gerah?" Vernon langsung melerai keduanya sebelum keadaan semakin runyam.
"Ayo, kembali ke asrama. Aku ingin segera ke kantin. Perutku terasa sangat lapar," ucap Salvador. Dia berdiri dan berjalan terlebih dahulu menuju ke asrama.
Kenae dan Kavindra langsung diam. Ke-tiganya kemudian berjalan menyusul Salvador ke asrama. Memisahkan Kenae dan Kavindra yang bertengkar itu sangat mudah, tidak membuang banyak tenaga. Tapi, jika Kavindra bertengkar dengan Salvador, maka Vernon dan Kenae akan bekerja ekstra untuk memisahkan keduanya. Kavindra dan Salvador sama-sama tipe orang yang tidak mau mengalah.
Pertengkaran keduanya bermula karena masalah sepele, yaitu berebut makanan ringan. Vernon dan Kenae saat itu sampai kewalahan untuk memisahkan keduanya. Alhasil, pertengkaran mereka menjadi pusat perhatian dan diketahui oleh pengurus asrama. Keduanya pun dijatuhi hukuman. Maka dari itu, Vernon dan Kenae selalu waspada saat Kavindra dan Salvador sudah menunjukkan tanda-tanda pertempuran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments