5_Terkadang Manis

...****************...

Bagaskara perlahan mulai menampakkan sinarnya, pertanda pagi sudah datang. Aisyah menyambut pagi penuh semangat hari ini. Senyumnya merekah saat melihat wajah manis sang suami yang masih terlelap di sampingnya.

Kemarin, Aisyah menguatkan hati untuk menjalani kehidupan yang sebenarnya. Ia tidak lagi berharap bahtera cintanya akan manis seperti drama romantis dalam novel yang pernah ia baca. Di mana romansa dalam novella dibangun berdasarkan cerita fiktif belaka. Berdasarkan tingkat kehaluan sang penulis itu sendiri.

“Kalau nasib tokoh dalam novel itu ditentukan oleh para penulis, sedangkan nasibku ditentukan oleh Sang Maha Agung, masa aku mau ngeluh. So ... semangat, Aish. Semua akan terasa indah jika kita pandai mensyukuri.” Aisyah bergegas membersihkan diri setelah kembali menyemangati diri sendiri.

Usai melaksanakan kewajiban pada Sang Khalik, Aisyah cekatan melaksanakan pekerjaannya. Usai merendam cucian dengan sabun, ia beralih meraih sayuran yang sudah ia beli kemarin untuk segera dimasak. Hari ini Aisyah berencana memasak tumis kangkung dengan lauk telur dadar serta tempe goreng.

Semua bumbu sudah siap. Sayuran juga sudah dicuci bersih. Ia pun segera menyalakan kompor gas, tapi sudah ketiga kali Aisyah mencoba menyalakan kompor, kompor tak kunjung menyala hingga ia tengok indikator tabung gas. “Yah, habis,” keluhnya.

Perasaan ragu kembali menghantui. Hatinya ketar-ketir. “Bangunin, nggak, ya?” gerutunya sendiri. Kuku yang sudah pendek menjadi pelampiasan dari giginya.

“Kalau aku bangunin, entar marah. Tapi kalau nggak aku bangunin, aku nggak bisa masak.” Aisyah membuang napas dengan kasar. Ia kembali mondar-mandir di depan kompor.

"Ya, Allah ... seandainya saja aku nggak sepenakut ini. Bismillah aja dulu, deh.” Puas berbicara sendiri, ia segera mencoba melepas tabung LPG dari selang regulator. “Yes! Berhasil,” soraknya senang, “Alhamdullillah, aku nggak ngrepoti Mas Bayu lagi.”

Bergegas ia pergi ke warung terdekat untuk membeli gas LPG. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Aisyah segera pulang kembali. Ia mencoba memasang sendiri tabung LPG. Meski tak pernah melakukannya, ia sering melihat Bayu mengganti tabung LPG.

Lima belas menit Aisyah mencoba, hingga suara desisan gas terdengar membuat Aisyah terperanjat. Buru-buru ia melepas lagi tabung LPG dari selang regulator. Rasa takut menyergap. Ia sering mendengar berita tabung LPG yang meledak, hal itu lah yang membuatnya selalu ragu untuk memasang tabung LPG sendiri.

“Mas. Bangun, Mas.” Tergopoh Aisyah membangunkan Bayu yang masih terlelap dibuai mimpi. Melihat tidak ada respons dari Bayu, ia mengguncang kembali tubuh Bayu dengan lembut. “Mas, tolongin Aish. LPG-nya habis.”

Bayu mengerjap, merasa tidurnya terganggu. “Apaan, sih, Dek?” bentaknya.

“Mas, maafin Aish. Tapi tabung LPG-nya habis. Aish minta tolong dipasangkan tabungnya biar Aish bisa segera masak.”

“Ck!” decak Bayu. Ia pun bergegas bangkit. Rasa kesal sudah di ubun-ubun, “Sudah sering aku bilang buat mandiri. Kenapa sulit sekali, sih, Dek?” bentaknya.

Aisyah tertunduk. Jari jemarinya saling meremat. Peluh yang ada di kening ia biarkan mengalir perlahan. Rasa takut masih mendominasi hati. Ia mengekori Bayu menuju dapur. Ia tak berniat sama sekali untuk membalas perkataan sang suami.

“Masa masang tabung aja nggak bisa? Ini itu tugasnya wanita. Ibu yang udah sepuh aja pasang gas sendiri bisa, masa kamu gini aja nggak bisa.”

Sakit. Aisyah merasakan itu. Ia paling tidak suka dibandingkan dengan orang lain. Bagi Aisyah, setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi untuk apa harus membandingkan manusia satu dengan manusia yang lain.

“Allah, rasanya sakit. Haruskah aku rasakan sakit ini? Adakah dosa yang telah aku lakukan hingga Kau menghukumku dengan rasa sakit ini? Berikan aku penawarnya, Ya Rabb, agar aku mampu melewatinya dengan rasa sabar,” rintih Aisyah dalam hati.

Butir bening itu lolos begitu saja kala hatinya merasa perih. Buru-buru ia seka air mata yang menetes. Ia tak mau dibilang cengeng oleh suaminya. Sudah cukup rasa kecewa yang ia dapat hari ini.

Bayu dengan cekatan memasang tabung LPG, “Lain kali kamu harus bisa sendiri, Dek! Aku nggak mau direpoti dengan hal remeh seperti ini lagi.” Bayu meninggalkan Aisyah begitu saja.

Tidak ada lagi senyum menghiasi wajah manis Aisyah. Wajah itu bermuram durja. Setelah kepergian Bayu, air mata Aisyah tumpah ruah. “Tidakkah kamu lihat perjuanganku, Mas? Aku sudah berusaha menekan ketakutanku,” batinnya menjerit.

Ia tekan suaranya agar tidak ke luar isakan. Dengan berurai air mata ia selesaikan acara memasak yang sempat tertunda. Meski pikirannya berkecamuk, hatinya remuk, Aisyah mampu menyelesaikan dengan tepat waktu. Setelah menyiapkan semua di meja makan ia bergegas mencuci pakaian lalu mandi. Sempat ia melirik sekilas Bayu yang tengah asyik memainkan ponselnya.

“Ternyata aku tidak lebih penting dari ponselmu, Mas,” batin Aisyah. Sekali lagi hatinya berdenyut nyeri. “Kuatkan aku, Ya Rabb. Ini belum ada seujung kuku aku hidup bersamanya. Masih ada banyak waktu yang memerlukan kesabaran.”

Usai mandi dan bersiap, Aisyah gegas ke meja makan untuk sarapan. Dilihatnya Bayu sudah duduk sambil mengisi perut. “Tumben kamu masaknya enak, Dek. Cuma sayang, tumisnya kurang pedas.”

Aisyah sama sekali tidak berniat menanggapi celetukan suaminya. Ia takut tidak bisa mengontrol emosi. Kekecewaan yang menumpuk masih bisa ia bentengi dengan sabar, tetapi tidak menutup kemungkinan sabar itu akan tergerus jika arus kekecewaan semakin deras.

“Oh, ya. Ini uang sepuluh ribu buat kamu. Kemarin aku cuma dapat pelanggan satu orang, itu pun hanya ganti oli. Jadi aku cuma terima lima belas ribu.” Bayu sodorkan uang selembar sepuluh ribuan itu pada Aisyah.

Aisyah menatap nanar uang itu. Bukan karena merasa kurang atas pemberian Bayu, hanya saja ia tidak tega mengambil uang itu. Aisyah ingin mengambil selembar uang yang ada di atas meja agar Bayu tidak tersinggung jika ia menolaknya, tapi ragu. Ia takut salah dalam mengambil sikap.

“Ehm ... Mas Bayu enggak apa-apa kalau uang ini aku ambil? Eh, maksudnya, Mas masih punya pegangan?” Buru-buru Aisyah meralat perkataannya. Ia sungguh takut jika Bayu tersinggung.

Bayu menatap Aisyah dengan tatapan yang Aisyah sendiri tidak mampu menerjemahkannya.

“Kenapa memangnya?”

“Aish takut Mas nggak ada pegangan kalau uangnya dikasih ke Aish. Aish masih ada uang buat belanja sehari-hari. Kalau Mas mau bawa dulu nggak apa-apa,” terang Aish dengan selembut mungkin.

“Aku tahu ini tidak banyak, bahkan cenderung kurang, tapi setidaknya aku sudah berusaha buat kasih nafkah ke kamu. Apa kamu tidak bisa menerimanya?”

“Eh,” Aisyah gelagapan. Sepertinya Bayu tersinggung dengan pertanyaannya. “Bu-bukan itu maksud Aish, Mas. Aish justru khawatir kalau Mas nggak ada pegangan. Nanti kalau tiba-tiba bensinnya habis di tengah jalan gimana kalau Mas nggak ada pegangan uang?”

Bayu tersenyum melihat reaksi istrinya. “Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku.” Ia bangkit dari duduknya lalu mengecup pipi sang istri.

Bayu melenggang pergi tak menghiraukan Aisyah yang melongo karena tindakannya barusan. Aisyah benar-benar dibuat jantungan dengan tingkah sang suami yang terkadang manis juga terkadang bikin nangis.

...****************...

...To be continued...

Terpopuler

Comments

Mila Khayla Di

Mila Khayla Di

wow

2023-03-03

0

Sufisa ~ IG : Sufisa88

Sufisa ~ IG : Sufisa88

Bayu labil 🤣🤣

2023-02-27

0

Fitri_hn28

Fitri_hn28

🤮🤮🤮🤮🤮🤮🤮🤮🤮🤮

2023-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Satu__Awal Pernikahan
2 2_Mendapat Hadiah
3 3_Tak Semanis Novela
4 4_Belajar Memahami
5 5_Terkadang Manis
6 6_Menginap
7 7_Rengekan Erina
8 8_Merayu
9 9_Provokasi Erina
10 10_Sabar, Aish!
11 11_Maafkan, Aish!
12 12_Hadiah untuk Erina.
13 13_Memilih Diam
14 14_Seharusnya kamu mengerti.
15 15_Apa teman-teman kamu lebih penting, Mas?
16 16_Kecewa
17 17_Rencana Masa Depan
18 18_Coba Kamu Cek!
19 19_Positif
20 20_Sudah Enam Minggu
21 21_Morning Sickness
22 22_Hanya bisa makan buah
23 23_Rencana Setelah Melahirkan
24 24_Paket untuk Aisyah
25 25_Hadiah Dari Witri
26 26_Az-Zahra Putri
27 27_Pasca Melahirkan
28 28_Mencari Pekerjaan Baru
29 29_Diterima Bekerja
30 30_Satu Bulan Bekerja
31 31_Gaji Pertama
32 32_Menolak Keinginan Erina
33 33_Kesal
34 34_Kembali Bekerja
35 35_Teman Baru
36 36_Reoni
37 37_Meninggalkan Villa
38 38_Shift Sore
39 39_Minta Di Jemput
40 40_Perhatian Tian
41 41_Menunggu Suami Pulang
42 42_Pertengkaran Tian dan Ajeng
43 43_Kesabaran Tian
44 44_Terlalu Cuek
45 45_Ungkapan Perasaan Tian
46 46_Rasa Yang Tak Bisa Di Cegah
47 47_Bersikap Dingin
48 48_Aku Kira Dia Perduli
49 49_Rencana Untuk Resign
50 50_Berita Mengejutkan
51 51_Pengakuan Erina
52 52_Hari Pernikahan Erina
53 53_ Bisakah Kamu Membantu Erina?
54 54_Berjunjung Kerumah Mertua
55 55_Membantu Indar
56 56_Indar Lagi
57 57_Kedekatan Indar di keluarga Bayu
58 58_Jauhi Dia, Mas!
59 59_Semoga Kalian Bahagia.
60 60_Lebih Baik Aku Pergi.
61 61_Ingin Kembali Bekerja
62 62_Keputusan Aish Sudah Bulat!
63 63_Memutuskan Untuk Berpisah
64 64_Perceraian
65 65_Aku Ingin Kita Bercerai! (Aisyah dan Bayu)
66 66_Ikutlaah Pulang Bersamaku!
67 67_Nasihat Ambar
68 68_Penyesalan Bayu
69 69_Kami Bisa Bekerja Lagi Di Sini!
70 70_Diterima Dengan Hangat
71 71_Kemarahan Diana
72 72_Ayo Kita Pulang!
73 73_Karma
74 74_Dua Penguntit
75 75_Kembalilah Padaku, Tian!
76 76_Datang Menemui Aisyah
77 77_Beradu Ilmu
78 78_Kedatangan Ambar
79 79_Membuat Keributan
80 80_Gosip di kantor
81 81_Nasihat Pernikahan
82 82_Kabar Buruk
83 83_Melewati Masa Kritis
84 84_Kembali Bersama
85 85_Permintaan Maaf Tian
86 86_Datang Melamar
87 87_End
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Satu__Awal Pernikahan
2
2_Mendapat Hadiah
3
3_Tak Semanis Novela
4
4_Belajar Memahami
5
5_Terkadang Manis
6
6_Menginap
7
7_Rengekan Erina
8
8_Merayu
9
9_Provokasi Erina
10
10_Sabar, Aish!
11
11_Maafkan, Aish!
12
12_Hadiah untuk Erina.
13
13_Memilih Diam
14
14_Seharusnya kamu mengerti.
15
15_Apa teman-teman kamu lebih penting, Mas?
16
16_Kecewa
17
17_Rencana Masa Depan
18
18_Coba Kamu Cek!
19
19_Positif
20
20_Sudah Enam Minggu
21
21_Morning Sickness
22
22_Hanya bisa makan buah
23
23_Rencana Setelah Melahirkan
24
24_Paket untuk Aisyah
25
25_Hadiah Dari Witri
26
26_Az-Zahra Putri
27
27_Pasca Melahirkan
28
28_Mencari Pekerjaan Baru
29
29_Diterima Bekerja
30
30_Satu Bulan Bekerja
31
31_Gaji Pertama
32
32_Menolak Keinginan Erina
33
33_Kesal
34
34_Kembali Bekerja
35
35_Teman Baru
36
36_Reoni
37
37_Meninggalkan Villa
38
38_Shift Sore
39
39_Minta Di Jemput
40
40_Perhatian Tian
41
41_Menunggu Suami Pulang
42
42_Pertengkaran Tian dan Ajeng
43
43_Kesabaran Tian
44
44_Terlalu Cuek
45
45_Ungkapan Perasaan Tian
46
46_Rasa Yang Tak Bisa Di Cegah
47
47_Bersikap Dingin
48
48_Aku Kira Dia Perduli
49
49_Rencana Untuk Resign
50
50_Berita Mengejutkan
51
51_Pengakuan Erina
52
52_Hari Pernikahan Erina
53
53_ Bisakah Kamu Membantu Erina?
54
54_Berjunjung Kerumah Mertua
55
55_Membantu Indar
56
56_Indar Lagi
57
57_Kedekatan Indar di keluarga Bayu
58
58_Jauhi Dia, Mas!
59
59_Semoga Kalian Bahagia.
60
60_Lebih Baik Aku Pergi.
61
61_Ingin Kembali Bekerja
62
62_Keputusan Aish Sudah Bulat!
63
63_Memutuskan Untuk Berpisah
64
64_Perceraian
65
65_Aku Ingin Kita Bercerai! (Aisyah dan Bayu)
66
66_Ikutlaah Pulang Bersamaku!
67
67_Nasihat Ambar
68
68_Penyesalan Bayu
69
69_Kami Bisa Bekerja Lagi Di Sini!
70
70_Diterima Dengan Hangat
71
71_Kemarahan Diana
72
72_Ayo Kita Pulang!
73
73_Karma
74
74_Dua Penguntit
75
75_Kembalilah Padaku, Tian!
76
76_Datang Menemui Aisyah
77
77_Beradu Ilmu
78
78_Kedatangan Ambar
79
79_Membuat Keributan
80
80_Gosip di kantor
81
81_Nasihat Pernikahan
82
82_Kabar Buruk
83
83_Melewati Masa Kritis
84
84_Kembali Bersama
85
85_Permintaan Maaf Tian
86
86_Datang Melamar
87
87_End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!